Menu Tutup

Begini 5 Cara Mbah Kiai Syafa’at Menanamkan Kecintaan Ilmu kepada Keluarga dan Para Santrinya

DatDut.Com – Kecintaan Mbah Kiai Syafa’at terhadap ilmu dibuktikan dengan pengembaraanya dari satu ulama ke ulama yang lain. Hal itu tidak semata dilakukan untuk sekedar menguasai ilmu sebanyak-banyaknya, namun juga dalam rangka berburu keberkahan lewat para ulama (tabarukan).

Keteguhan niat dan kekuatan tekadnya menjadi bekal utama untuk bertahan di pesantren meski dengan keadaan bagaimanapun. Dalam keadaan serba kekurangan, sering sakit, bahkan mengidap penyakit kulit bertahun-tahun pun dijalani.

Tak sedikit pun membuatnya surut. Saking betahnya mondok dan mengabdi kepada guru, kepulangan Mbah Kiai Syafa’at dari pesantren terakhirnya, Pesantren Ibrahimy, Njalen, juga terbilang unik.

Salah satu putra K.H. Ibrahim Arsyad yang bernama Gus Dim (KH. Dimyati Ibrahim) terkenal sedang mengalami jadzab. Gus Dim ini di masa akhir-akhir Syafa’at muda mondok di Njalen, selalu mengganggu dan mengusir Syafaat muda dari pesantren.

Bahkan Gus Dim mengejar-ngejar Syafa’at muda dengan parang. Kemanapun bersembunyi selalu ketemu. Akhirnya Syafaat muda kembali ke Blokagung, ke tempat kakaknya yang bernama Hj. Fatimah (sebelum haji bernama Uminatun).

Kecintaan akan ilmu juga ditanamkan kepada para putra-putri beliau yang notabene adalah penerus perjuangannya kelak. Beliau tidak membiarkan putra-putrinya hanya bersantai dan mengandalkan status sebagai Gus dan Ning, yang selalu beroleh berkah doa kiai. Tidak.

Nah, 5 ulasan berikut ini mencoba mengetengahkan sebagian teladan Mbah Kiai Syafa’at dalam menanamkan kecintaan ilmu kepada putra-putri dan para santrinya.