Menu Tutup

Ketika Mbah Kiai Syafa’at Menyayangi Kucing dan Anjing

DatDut.Com – Nabi Muhammad Saw. diutus dengan membawa agama yang mengajarkan rahmat kepada sesama makhluk, bahkan hingga tumbuhan dan binatang. Nabi pun mengajarkan untuk menyayangi dan tidak menyakiti hewan peliharaan maupun binatang liar kecuali sangat terpaksa. Banyak sekali hadis-hadis terkait kasih sayang kepada binatang. Dari soal memelihara, memberi beban muatan hingga tata cara menyembelih.

Banyak kisah para sahabat, tabiin dan ulama yang mempraktikkan kasih sayang terhadap hewan. Bahkan di antaranya menjadi sebab turunnya rahmat Allah Swt. Terkait kasih sayang terhadap binatang, berikut ini 3 kisah Mbah Kiai Syafa’at dengan binatang di sekitarnya. Dikutip dari buku Mbah Kiai Syafa’at, Bapak Patriot dan Imam al-Ghazalinya Tanah Jawa.

[nextpage title=”1. Membiarkan Nyamuk Mengambil Rezekinya”]

1. Membiarkan Nyamuk Mengambil Rezekinya

Siapa yang tak jengkel dengan nyamuk? Binatang kecil yang selalu menjadi pengikut setia di siang maupun malam hari. Mengincar darah sebagai bagian makan hariannya.

Kalau Imam Ghazali dikisahkan menaruh belas kasihan pada lalat, yang juga sama menjengkelkannya dengan nyamuk, maka kisah serupa dipraktekkan Mbah Kiai Syafa’at kepada nyamuk.

Dituturkan oleh K.H. Hasan Hamdi, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Huda, Blimbingsari, Tegalsari bahwa Mbah Kiai Syafaat tidak pernah mau mengusir nyamuk yang menggigit tubuhnya. Bia ada orang yang hendak mengusir nyamuk itu, maka beliau melarangnya.

“Biarkan nyamuk ini minum dari darah yang telah dijadikan sebagai bahagian rezekinya oleh Allah,” dawuhnya.

[nextpage title=”2. Anjing Pun Makhluk Tuhan”]

2. Anjing Pun Makhluk Tuhan

Sebagai binatang yang dianggap membawa najis mughaladzah, anjing sangat dibenci oleh banyak santri. Mereka tak akan membiarkan anjing bebas keluar masuk areal pesantren. Bahkan kadang anjing diusir dengan cara kasar.

Terkait kasihan kepada anjing, Rasulullah Saw. bercerita:

Konon ada seekor anjing yang berputar-putar di sekeliling sebuah sumur.  Ia hampir mati karena kehausan. Tiba-tiba seorang wanita tuna susila dari Bani Israel melihatnya. Lalu wanita itu melepaskan sepatunya untuk mengambil air yang kemudian diminumkannya kepada anjing tersebut. Karena amalannya itulah kemudian Allah Swt. berkenan mengampuninya,” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

K.H. Harun Ismail mengisahkan cerita ketika masa-masa beliau mondok di Blokagung. Ketika itu di sekitar pesantren masih ada segelintir orang beragama Hindu dan Kristen, sehingga masih ada anjing piaraan yang sering berkeliaran.

Suatu hari salah satu anjing warga ada yang masuk ke lokasi pesantren. Para santri terkejut dan reflek mengambil kayu untuk memukul anjing itu. Dipukuli banyak orang, anjing itu berlumuran darah hingga akhirnya mati di tempat.

Mendengar ada keributan di luar, Mbah Kiai Syafa’at keluar dan melihat apa yang terjadi. Begitu mengetahui apa yang dilakukan para santri, beliau berteriak agar para santri berhenti memukuli anjing yang sudah mati. Beliau menangis melihat kematian anjing yang tragis. Tanpa menunggu lama, bangkai anjing itu langsung digendongnya dan dibawa ke pekarangan sekitar Blokagung untuk dikubur.

Malam harinya, Mbah Kiai mengumpulkan seluruh santri dan meminta maaf. Beliau menyesalkan perbuatan para santri siang tadi. Lalu beliau menasihati para santri tentang pentingnya kasih sayang terhadap semua makhluk Tuhan tanpa terkecuali, temasuk pada anjing.

[nextpage title=”3. Kucing dan Lengan Baju Mbah Kiai”]

3. Kucing dan Lengan Baju Mbah Kiai

Kucing merupakan salah satu binatang yang sering disebut dalam berbagai hadis terkait binatang. Salah satunya dalam hadis tentang seorang wanita yang masuk neraka gara-gara menyiksa kucing.

Ada seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya sampai mati kelaparan. Karena kucing itulah ia masuk neraka,” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Seorang santri Mbah Kiai Syafa’at tahun 50-an, Mbah Kiai Tarmudi, Tegalsari, Banyuwangi bercerita, ada seekor kucing yang tidur di lengan baju milik Mbah Kiai Syafa’at. Bukannya mengusir kucing itu, tapi Mbah Kiai justru membiarkan kucing itu hingga bangun dan pergi sendiri.

Ketika masuk waktu salat, Mbah Kiai juga tak membangunkan kucing itu. Tetapi Mbah Kiai Syafa’at malah menggunting lengan baju yang dipakai alas tidur oleh si kucing, lalu bajunya dipakai shalat. Baru setelah usai salat, setelah kucing itu bangun dan pergi, Mbah Kiai mengambil kembali lengan bajunya itu lalu menjahitnya lagi.

Baca Juga: