DatDut.Com – Dalil yang menjadi dasar keistimewaan Nabi Muhammad Saw. mudah
sekali ditemukan di dalam Alquran dan Hadis. Dengan kata lain, untuk menunjukkan keistimewaan beliau, kita tidak lagi perlu menyodorkan sesuatu informasi yang di dalamnya terdapat informasi palsu, bohong, dan bersifat melebih-lebihkan.
Imam Ahmad dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab r.a. yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Jangan kultuskan aku seperti orang Kristen yang telah mengultuskan Isa. Aku hanya hamba. Sebut saja aku sebagai ‘hamba dan Rasul Allah.’”
Dalam Islam, mengabarkan berita dusta tentang diri Nabi bukan hal yang sepele. Menebarkan berita dusta tentang Nabi bahkan menjadi salah satu dosa besar. Ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dan rawi yang lain bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Seseorang yang menginformasikan suatu hadis tentang aku yang diduga dia sedang berdusta, maka dia salah satu pendusta.”
Salah satu bentuk penyampaian berita palsu tentang Nab yang tersebar di masyarakat dan banyak dibaca oleh masyarakat awam adalah informasi dari buku-buku yang ditulis mengenai maulid. Menurut Abdullah Al-Harari, buku-buku ini ditaburi dengan hadis-hadis palsu, penuh cacat baik mata maupun sanadnya, fanatisme buta, mendustakan agama, dan antropomorfisme.
Berikut 5 informasi palsu dalam buku-buku tersebut, seperti ditulis oleh Abdullah Al-Harari dalam Ar-Rawa’ih Az-Zakiyyah fi Mawlid Khair Al-Bariyyah (Beirut: Darul Masyari‘, 1999):
1. Hadis tentang Nur Muhammad
Salah satu buku yang banyak tersusupi oleh kebohongan-kebohongan itu adalah buku yang berjudul Mawlid Al-‘Arus. Di dalam buku itu terdapat penjelasan bahwa Allah memungut segenggam cahaya dari wajah-Nya. Lalu Dia berkata pada cahaya itu, “Jadilah Muhammad!” Setelah itu cahaya itu pun menjadi Muhammad.
Informasi ini jelas menisbahkan keterbagian pada Allah Swt., sementara Allah terbebas dari keterbagian dan kelemahan. Dia tidak bisa menerima berbilang dan banyak. Dia juga tidak menerima keterbagian. Allah Mahasuci dari itu semua. Dia tidak bisa diserupakan dengan apa pun yang ada pada makhluk-Nya. Dia juga tidak bisa diserupai oleh apa pun yang ada pada makhluk-Nya.
Allah Swt. berfirman, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS Asy-Syura [42]: 11). Hukum orang yang meyakini bahwa Muhammad atau orang lain merupakan bagian dari Allah adalah kafir secara mutlak. Allah Swt. berfirman, “Mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya,” (QS Az-Zukhruf [43]: 15).
Perlu dijelaskan di sini, buku ini bukan karya Ibnul Jauzi. Buku ini dinisbahkan secara palsu kepada Ibnu Jauzi yang dikenal sebagai ahli hadis, fakih, dan mufassir. Alasannya, buku-buku Ibnul Jauzi yang lain jelas menyucikan Allah dari keserupaan dengan makhluk. Ibnul Jauzi juga menafikan antropomorfisme dari Allah.
2. Nabi Muhammad Makhluk Pertama
Informasi lain yang juga palsu dan bermasalah bahwa Muhammad adalah makhluk pertama. Informasi itu bersumber dari hadis palsu yang disandarkan pada Jabir berikut: “Jabir, hal pertama yang diciptakan Allah adalah cahaya nabimu yang diciptakan-Nya dari cahaya-Nya sebelum segala sesuatu diciptakan.” Hadis ini jelas tidak ada dasarnya. Ini pasti hadis palsu yang dinisbahkan pada Rasulullah. Isi hadis itu jelas bertentangan dengan Alquran dan Sunah.
Hadis di atas bertentangan dengan Alquran seperti pada firman Allah Swt., “Dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup,” (QS Al-Anbiya [21]: 30). Allah Swt. juga berfirman, “Katakanlah, ‘Aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku,’” (QS Al-Kahf [28]: 110).
Hadis di atas bertentangan degan hadis-hadis lain yang telah dipastikan kesahihannya. Al-Bukhari dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari Imran bin Al-Hushain yang menuturkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Allah sudah ada, sementara yang selain-Nya saat itu belum ada. Arsy-Nya berada di atas air.”
Pada hadis yang pertama jelas terdapat penjelasan bahwa air dan Arsylah yang menjadi makhluk Allah yang pertama, sementara air tercipta sebelum Arsy merupakan intisari dari dua hadis terakhir.
Penisbahan hadis Jabir pada Al-Baihaqi adalah penisbahan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Penisbahannya pada Mushannaf Abdurrazzaq juga ternyata tidak ditemukan di karya itu, bahkan di kitab Jami dan di kitab tafsirnya. Yang ada di tafsirnya justru penjelasan sebaliknya. Dia menyebutkan bahwa makhluk yang pertama kali ada adalah air.
Al-Hafizh As-Suyuthi dalam karyanya yang berjudul Al-Hawi berpendapat mengenai hadis Jabir ini sebagai berikut: “Hadis ini tidak memiliki sanad yang bisa dipertanggungjawabkan.” Hadis itu pastilah hadis palsu. Dalam Syarh Sunan At-Tirmidzi, As-Suyuthi menjelaskan bahwa hadis mengenai cahaya Muhammadlah yang pertama kali diciptakan itu sama sekali tidak benar.
3. Muhammad Nabi Pertama
Hadis “saya adalah nabi pertama yang diciptakan dan paling akhir diutus” adalah hadis daif. Ini seperti dijelaskan banyak ahli Hadis. Di dalam hadis itu terdapat Baqiyyah bin Al-Walid yang merupakan rawi mudallis dan Sa‘id bin Basyir yang merupakan rawi daif.
Hadis “saya sudah menjadi nabi, sementara Adam masih berupa antara air dan tanah” dan hadis “saya sudah menjadi nabi ketika belum ada Adam, belum ada air, dan belum ada tanah” juga tidak memiliki sumber. Dua hadis ini tidak bisa ditakwilkan. Oleh karena itu, tidak diperlukan menakwilkan ayat atau hadis sahih untuk kepentingan hadis palsu yang tidak bersumber.
4. Wahyu Disampaikan dari Balik Tabir
Kepalsuan lainnya bisa ditemukan pada riwayat yang menyatakan bahwa Jibril a.s. menyampaikan wahyu dari balik tabir. Tabir itu suatu kali disingkap untuknya lalu dia mendapati Rasulullah Saw. yang mewahyukan padanya. Jibril pun lalu mengatakan, “Dari Anda dan untuk Anda.” Ini jelas merupakan kebohongan yang sangat bertentangan dengan firman Allah Swt., “Daemikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,” (QS Asy-Syura [42]: 52).
5. Nabi adalah Bintang
Kebohongan yang lain adalah satu riwayat tentang maulid Nabi dari Abu Hurairah yang menuturkan, “Nabi Saw. bertanya pada Jibril, ‘Jibril, berapa umur Anda?’ Jibril menjawab, ‘Rasulullah, saya tidak tahu, hanya saja dalam tirai yang keempat itu ada bintang yang bersinar sekali pada tiap tujuh puluh ribu tahun. Saya sudah melihatnya sebanyak dua kali ditambah tujuh puluh tahun.’ Nabi Saw. pun menjawab, ‘Demi kehormatan Tuhanku, sayalah bintang itu.’”
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah | Founder DatDut.Com
@syarifhade