Menu Tutup

Makna Dua Kalimat Syahadat yang Tak Banyak Diketahui

DatDut.Com – Makna kesaksian bahwa tiada tuhan yang patut disembah kecuali hanya Allah Swt. secara umum berarti bahwa mengakui dengan lisan dan meyakini dengan hati bahwa Zat yang patut disembah dengan sebenar-benarnya hanya Allah Swt.

Makna kesaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah Swt. adalah mengakui dengan lisan dan tunduk patuh dengan hati bahwa Nabi Muhammad adalah rasul yang diutus oleh Allah Swt. untuk seru sekalian alam, baik dari kalangan manusia maupun dari kalangan jin; selalu benar pada setiap apa yang disampaikannya dari Allah Swt., agar semua yang ada di alam ini beriman dengan syariatnya serta mengikuti jalannya.

Sementara itu, maksud dari dua kalimat syahadat itu sendiri berarti menafikan ketuhanan dari siapa pun dan apa pun yang selain Allah Swt., di samping menetapkan ketuhanan itu hanya untuk Allah SWT, dengan disertai sikap pengakuan terhadap kerasulan yang diemban oleh Muhammad.

Allah Swt. berfirman, “Siapa yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka Kami menyediakan neraka yang menyala-nyala untuk orang-orang yang kafir,” (QS Al-Fath [48]: 13).

Ayat di atas jelas sekali menyatakan kekafiran orang-orang yang tidak mengimani Muhammad. Siapa pun yang membantah pernyataan ini, berarti telah menentang dengan apa yang telah dijelaskan oleh Alquran. Seseorang yang menentang dengan apa yang disampaikan Alquran, berarti telah kafir.

Para ahli fikih telah bersepakat mengenai kafirnya orang-orang yang beragama selain Islam, orang-orang yang tidak mengafirkan orang yang tidak beragama Islam, orang-orang yang ragu-ragu bersikap, dan orang-orang yang tidak bersikap sama sekali, seperti orang yang mengatakan, “Saya tidak dapat mengatakan bahwa orang itu telah kafir atau tidak kafir.”

Perlu diketahui pula bahwa keimanan dan keislaman tidak akan sah, amal-amal saleh juga tidak akan diterima, tanpa adanya dua kalimat syahadat, yang ditandai dengan mengucapkan kalimat: “Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah (aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang patut disembah kecuali hanya Allah Swt. dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya),” atau kalimat-kalimat yang sejenis, meski tidak diucapkan dalam bahasa Arab.

Keislaman seseorang dianggap sah hanya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat itu, meski hanya sekali sepanjang umur. Selain itu, kalimat syahadat hanya diwajibkan pada tiap kali melakukan salat sebagai syarat sah salat.

Kewajiban sekali mengucapkan kalimat syahadat hanya diperuntukkan untuk nonmuslim yang menginginkan memeluk Islam. Ini berbeda dengan orang yang tumbuh dan dibesarkan dalam suasana Islam dan telah meyakini dua kalimat syahadat itu. Bagi orang yang seperti ini, tidak dipersyaratkan mengucapkan secara lisan dua kalimat syahadat itu. Ia tetap dikatakan muslim, meski tidak mengucapkannya.

Nabi pernah bersabda, “Allah Swt. pernah mengatakan, ‘Tidaklah seorang hamba yang melakukan pendekatan diri kepada-Ku lebih Aku cintai melebihi hamba yang mendekatkan diri kepada-Ku dengan apa yang telah Aku wajibkan padanya,” (HR Al-Bukhari). Dan, kewajiban yang utama dan pertama itu adalah mengimani Allah Swt. dan rasul-Nya.

Keyakinan bahwa “tiada tuhan yang patut disembah kecuali hanya Allah Swt.” saja tidak cukup jika tanpa dibarengi dengan keyakinan bahwa Muhammad adalah rasul-Nya.

Allah Swt. berfirman, “Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, maka Allah tidak menyukai orang-orang kafir,” (QS Ali Imran [3]: 32). Maksudnya bahwa Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berpaling dari beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, karena disebabkan sikap kafir mereka.

Ayat ini merupakan dasar bahwa seseorang yang tidak beriman kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Ia telah benar-benar kafir, dan Allah Swt. tidak menyukainya karena sikap kafirnya itu.

Oleh karena itu, siapa pun yang mengatakan bahwa Allah Swt. menyukai semua orang yang beriman juga yang kafir karena Dialah yang menciptakan semuanya, berarti telah mendustakan Alquran. Orang seperti ini harus diberitahu bahwa meski benar Allah Swt. telah menciptakan semuanya, namun Allah Swt. tidak menyukai semuanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *