Menu Tutup

Ini Lho Masjid Imam Al-Haddad, Peninggalan Penyusun Ratibul Haddad di Tarim Yaman

DatDut.Com – Salah satu landmark yang tergolong populer di kota Tarim Hadramaut Yaman adalah Masjid Al-Fath yang disebut juga dengan masjid Al-Abrar. Masjid yang berukuran tidak terlalu besar ini dibangun di Perkampungan Al-Hawi. Perkampungan ini berada di pinggiran kota Tarim, hingga akhirnya kampung ini menyatu dengan kota Tarim.

Masjid ini didirikan pada tahun 1183 Hijriyah oleh seorang ulama yang sangat populer di seantero dunia Islam, terlebih lagi di Indonesia. Beliau adalah Imam Al-Haddad. Imam Al-Haddad, yang bernama lengkap Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah salah satu cendekiawan besar Hadramaut yang dinobatkan sebagai pembaharu abad kesebelas Hijriyah.

Namanya harum di Indonesia khususnya lantaran karya-karyanya yang berbau tasawwuf berkomplikasi dengan fikih yang menyebar di bumi Islam dunia. Terlebih lagi satu susunan beliau yang dibaca oleh para santri setiap harinya dan mayoritas jamaah majelis di seluruh Nusantara yaitu Ratibul Haddad yang membuat nama beliau semakin dikenang oleh seluruh masyarakat Islami.

Beliau tidak hanya mendirikan, tapi juga membangun masjid ini, sekaligus menjadi imam selama kurang lebih 48 tahun. Selain dibangun dengan gaya arsitektur khas Yaman dengan dilengkapi dua menara, masjid ini juga dihiasi dengan tulisan kaligrafi Arab. Di dalamnya, semua susunan Ratibul Haddad ditulis dengan gaya kaligrafi yang memenuhi atap tiang di langit-langit dinding masjid ini, sehingga kelihatan sangat indah jika memasuki masjid ini.

Selain itu, di dalam masjid ini juga tedapat bangunan seluas 2 x 1 meter yang dijuluki dengan “Adl-Dliqah”, yaitu tempat ibadah khusus Imam Haddad yang setiap harinya banyak dari masyarakat yang mengerjakan salat sunah di dalamnya dan terlebih lagi para musafir demi mengambil berkah sang imam.

Meskipun sudah pernah direhab dan diperluas, masjid ini juga masih menyimpan keaslian masjid kecil yang dibangun oleh Imam Haddad dulunya, yaitu dengan dibatasi dengan pembatas khusus sehingga bisa dirasakan kurang afdal jika para pendatang tidak merasakan mengerjakan salat di dalamnya.

Adapun kegiatan dan rutinitas yang masih dilestarikan dari peninggalan Imam Haddad, yaitu pembacaan maulid setiap malam Jumat, membaca wirid Ratibul Haddad setelah salat isya, dan membaca Diwan Al-Haddad (karya Imam Haddad yang berupa gubahan syair) yang dilakukan setelah perayaan Idul Fitri dengan dihadiri para ulama dan masyarakat dari berbagai kalangan dan penjuru.

Satu bangunan yang tidak kalah menarik dan mengesankan yang berada di samping masjid ini, yaitu rumah asli Imam Abdullah Al-Haddad. Rumah yang terbilang kecil dan terlalu sederhana inilah yang ditempati oleh Imam Haddad dulunya.

Biasanya, para peziarah di spesialisasikan dengan ini, yaitu penjaga kunci membukakan rumah asli sang Imam yang masih sangat dirasakan suasana kerohaniannya. Di dalam bangunan ini, kita bisa melihat, mengambil berkah dan sebagainya, melihat tempat mengaji dan menyabarkan ilmu, dan segala perlengkapan bangunan rumah sang imam yang bisa dikatakan sudah terbilang tua.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *