Menu Tutup

Elpiji Kian Mahal, 5 Macam Kompor Berbahan Bakar Air Ini Bisa Jadi Solusinya

DatDut.Com – Gas elpiji sebagai bahan bakar sudah bukan hal asing lagi. Semenjak diluncurkannya program pemerintah untuk beralih dari minyak ke gas, otomatis industri pembuatan kompor juga menyesuaikan diri. Tidak ada lagi ditemui kompor berbahan bakar minyak.

Setelah konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas berhasil, ternyata kian mahalnya gas menjadi beban baru bagi masyarakat. Harga gas yang beberapa kali naik, kelangkaan yang kadang terjadi, bahaya kebakaran dari ledakan kompor gas juga menjadi salah satu hal yang menghantui masyarakat.

Mengingat hal itu, seharusnya pemerintah mengapresiasi penemuan-penemuan spektakuler berupa kompor berbahan bakar air. Mungkin tidak 100 % bahan bakar air. Namun sudah sangat bisa menekan penggunaan bahan bakar minyak ataupun gas. Selain tidak khawatir meledak, tidak perlu bingung mencari bahan utamanya yang hanya air.

Tidak banyak yang tahu, penemuan-penmuan kompor alternatif sudah muncul sejak tahun 2007. Bahkan penemuan baru-baru ini kompor menggunakan gas yang pengisian ulangnya ke semacam SPBG, yang untuk menciptakan gasnya juga menggunakan air. Penasaran? Berikut ini 5 kompor berbahan bakar air hasil karya anak Indonesia:

[nextpage title=”1. Brazier Water Fuel (BWF)”]

1. Brazier Water Fuel (BWF)

Namanya keren. Kompor ini adalah hasil karya Pak Suparmin Sinuang Rahardja, warga Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah. Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Jurusan Elektro. Penemuan kompor ini dilansir beberapa media sejak tahun 2007. Salah satunya oleh Kabar Indonesia. Kompor tersebut merupakan hasil uji coba Suparmin selama 3,5 tahun. Sayang sekali kompor luar biasa ini tidak begitu banyak diketahui masyarakat Indonesia.

Kompor ini hanya membutuhkan satu sendok teh minyak tanah dan satu liter air untuk bisa menyala selama satu jam. Nyala api yang dihasilkan sangat kuat, tanpa asap, tidak menimbulkan jelaga, dan tanpa bau.

Suhu yang dihasilkan cukup tinggi, dengan warna api kebiruan yang bahkan lebih panas daripada kompor gas. Prinsip kerjanya, air dan minyak dididihkan dalam bagian pemanas dengan menggunakan bantuan listrik, menghasilkan uap campuran minyak dan air yang menyala saat disulut dengan pemantik.

[nextpage title=”2. Kompor Eddy Suprianto”]

2. Kompor Eddy Suprianto

Tahun 2008, Eddy Suprianto, seorang pensiunan pegawai swasta menemukan kompor berbahan bakar air. Uji cobanya berlangsung selama 6 bulan. Seperti dilansir detiknews.com, ia enggan membeberkan resep rahasianya sebelum dipatenkan ke Dirjen HAKI. Menurutnya, dengan modal Rp. 6000 saja, sudah cukup untuk mengubah sebotol air menjadi bahan bakar.

“Yang akan saya daftarkan adalah paten campuran air dengan bahan kimia yang saya temukan. Lalu temuan ini akan saya demonstrasikan di Kementerian Perdagangan supaya mendapat hibah membuat prototipe kompor yang sesungguhnya karena dana saya cekak. Bikin prototipe kan mahal, ” ungkap Eddy.

Sejenis dengan penemuan Eddy, tahun 2013 yang lalu Siti Khodijah juga menemukan kompor berbahan bakar air. Murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERSIS Cempakawarna, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya ini, melakukan penelitian bersama guru pembimbingnya, Heru Pamungkas, selama 1,5 bulan.

Seperti dilansir Tempo.co (26/8/’13), prinsip kerja kompor ini, sampah aluminium dipotong kecil-kecil lalu dicampur dengan soda api serta air. Sampah alumunium bisa didapat dari kaleng minuman ringan. Campuran tersebut lalu dimasukkan dalam wadah tertutup yang telah dimodifikasi, diaduk hingga bereaksi dan menghasilkan gas hydrogen. Gas ini dialirkan dengan slang ke dalam penampungan yang memiliki kran. Untuk penggunaan tinggal membuka kran lalu menyulutnya dengan korek api.

[nextpage title=”3. Kompor Berbahan Bakar Spiritus dan Air”]

3. Kompor Berbahan Bakar Spiritus dan Air

Masih di tahun 2008, ditemukan inovasi berupa kompor berbahan bakar spiritus atau alkohol yang dicampur air. Seperti dilansir Liputan 6, Untung Santoso, warga Desa Kasihan, Bantul, Yogyakarta bersama rekan-rekannya mengembangkan kompor ini di bengkel kerjanya. Di bengkel itu pula mereka setiap hari melayani dan membuat pesanan dari dalam dan luar daerah.

Sebenarnya kompor ini lebih tepat dikatakan berbahan bakar spiritus, tetapi spiritus tersebut bisa ditambah dengan air hingga 20 persen. Sumber lain, okezone.com menyebutkan bahwa penemu pertama kompor ini adalah Rohmat, warga Wonokerso, Wonosobo, Yogyakarta. Dialah yang pertama kali memperkenalkan kompor jenis ini. Penemuan Rohmat bahkan saat itu mendapat apresiasi dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X.

[nextpage title=”4. Kompor Berbahan Bakar Air dan Minyak Tanah”]

4. Kompor Berbahan Bakar Air dan Minyak Tanah

Untuk keperluan mengoven tembakau, Lalu Mandra Rama Dwi Surya, warga Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menciptakan kompor berbahan bakar campuran air dan minyak tanah. Kondisi harga minyak yang mahal dan kebutuhan dari para petani tembakau di daerah tersebut mendorong Surya untuk menemukan solusi.

Seperti dilansir Antara (14/1/2013), dengan bahan bakar terdiri dari 1,5 liter air dan 1 liter minyak tanah, kompor ciptaan Surya ini mampu menghasilkan panas hingga 800 derajat celcius. Kompor tersebut memang ditujukan untuk keperluan mengoven tembakau dan kopra. Menurut Surya, harga kompor ini per unitnya tak akan lebih dari Rp. 1,5 juta. Jauh lebih murah daripada kompor yang biasa dipakai para petani yang harganya mencapai Rp. 5 juta.

[nextpage title=”5. Kompor Gas Hidrogen”]

5. Kompor Gas Hidrogen

Kompor satu ini agak beda. Air hanya dibuat untuk menghasilkan gas hidrogen dan diisikan ke dalam tabung khusus dari stainnlees steel sebagai ganti tabung gas elpiji. Penemu kompor gas hidrogen ini adalah Dede Miftahul Anwar, pemuda Kampung Kerajan, Desa Cihambulu, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pemuda berumur 22 tahun ini merupakan mahasiswa Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Dede telah mengikut sertakan temuannya itu dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2015 dan meraih juara pertama Bidang Usaha Teknologi Non Digital. Ia juga telah mendirikan perusahaan bernama CV Energon Teknologi untuk memasarkan temuannya.

Seperti dilansir Money.id (9/5/’16), sejak didirikan tahun 2015, Dede telah meraup keuntungan melimpah dari penjualan gas hidrogen yang ia bandrol hanya Rp. 10 ribu. Menurut Dede satu tabung gas hidrogen tersebut biasanya cukup untuk pemakaian hingga 3 pekan.

Saat ini Dede masih berusaha untuk mendapatkan hak paten dan sertifikat SNI agar leluasa memasarkan kompor dan gas temuannya ke seluruh Indonesia. “Kalau paten sudah keluar, insya allah dua tahun dari sekarang sudah dikenal di seluruh Indonesia,” ungkapnya pada Money.id.

Sudah menjadi keharusan pemerintah untuk lebih berpihak pada karya anak bangsa. Penemuan-penemuan tersebut bisa menjadi solusi atas semakin langka dan mahalnya BBM dan BBG elpiji. Harus difasilitasi dan didukung sebelum penemuan hebat itu jatuh ke tangan asing karena dicuekin di negeri sendiri.

Baca Juga: