Menu Tutup

Kisah Umar dan Istri, Nabi Daud yang Mau Nikah Lagi, dan Wanita Ajaib dalam Kitab Uqudullujain

DatDut.Com – Kitab Uqudullujain karya Syekh Nawawi Banten merupakan salah satu kitab dalam kategori kekeluargaan yang masih selalu dikaji di pesantren. Kitab yang menerangkan hak dan kewajiban suami istri ini menjadi salah satu bekal para santri untuk berkeluarga. Nah, di dalamnya banyak terdapat kisah-kisah unik seputar keluarga yang layak kita baca kembali.

Mungkin beberapa di antara kisah berikut ini sudah pernah Anda temukan di beberapa buku, website ataupun diceritakan ulang oleh para ustadz dan dai. Beberapa di antaranya beredar tanpa menyebutkan rujukan atau sumber. Karenanya kali ini kisah-kisah unik tersebut akan kami ulangi supaya Anda tahu bahwa salah satu sumbernya adalah dari kitab Uqudullujain.

[nextpage title=”1. Sahabat Umar dan Istrinya”]

1. Sahabat Umar dan Istrinya

Sebaik-baik kalian adalah yang palik baik terhadap istrinya, dan akulah yang paling baik terhadap istriku,” (HR. Ibnu Hibban).

Demikian salah satu hadis yang dicantumkan oleh Syekh Nawawi dalam bab awal. Kemudian diterangkan bahwa sebagian dari berbuat baik terhadap istri adalah bersabar terhadap perangai buruk seorang istri. Melengkapi keterangannya atas hadis tersebut, beliau menuliskan riwayat seorang lelaki yang bertamu ke kediaman Khalifah Umar r.a.

Diriwayatkan ada seorang lelaki datang ke rumah Amirul Mukminini Umar r.a. Ia bermaksud mengadukan kelakuan istrinya yang sering mengomel panjang lebar pada lelaki itu. Ia menunggu di depan pintu menunggu izin masuk.

Namun dari dalam rumah terdengar olehnya suara istri Umar r.a. yang sedang berkata-kata pada suaminya itu. Sedangkan Sayyidina Umar diam saja tak membantah. Mendengar kejadian itu, si lelaki lantas beranjak pergi seraya berkata pada dirinysa sendiri, “Kalau seorang Amirul mukminin saja begini keadaannya, bagaimana dengan aku?”

Ketika itu Umar bin Khattab membuka pintu dan terlihatlah calon tamunya yang beranjak pergi. Ia lantas memanggil lelaki itu. “Apa keperluanmu?”

“Wahai Amirul mukminin,” sahut lelaki itu. “Saya datang ingin mengeluhkan perangai istriku dan kebiasaannya mengomel padaku. Namun saya dengar istri Anda pun demikian keadaanya. Maka saya beranjak pergi seraya berkata kalau begini keadaan seorang pemimpin orang-orang beriman, lalu bagaimana keadaanku?”

“Saudaraku,” kata Umar bin Khattab selanjutnya. “Sungguh aku menahan diri karena istriku punya hak-hak yang menjadi kewajibanku. Dialah yang memasak makananku, membuatkan roti, mencucikan pakaianku, menyusui anakku, padahal semua itu bukan kewajibannya. Ia juga menenangkan diriku agar terhindar dari perbuatan haram. Karena itulah aku menahan diri,” paparnya panjang lebar.

“Amirul mukminin, demikian pula istriku.”

“Saudaraku, bertahanlah dalam menanggungnya. Sungguh itu hanyalah sebentar,” kata Umar bin Khattab.

[nextpage title=”2. Perempuan yang Berbicara dengan Ayat Alquran”]

2. Perempuan yang Berbicara dengan Ayat Alquran

Abdullah al-Wasithi berkisah, ia melihat seorang wanita di tanah Arafah dan ia berucap, “Siapa yang ditunjukkan oleh Allah, maka tiada seorang pun bisa menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan maka tiada seorang pun yang bisa menunjukkannya.”

Dari ucapan wanita itu pahamlah Abdullah bahwa wanita itu sedang tersesat. Ia lantas bertanya, “Hai wanita, dari manakah kamu datang?”

Wanita itu menjawab dengan ayat pertama dari surat Al-Isra’, “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha …”

Abdullah mengerti bahwa wanita itu dari Bait al-Maqdis. “Apa keperluanmu datang ke daerah ini?” lanjutnya.

… mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah,” jawab wanita itu membaca Ali Imran ayat 97.

“Engkau punya suami?” Tanya Abdullah. “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya…” jawab wanita itu membaca Al-Isra’ ayat 36.

“Bersediakah Anda naik untaku?”  lanjut Abdullah menawarkan bantuan. “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya,” jawab wanita itu membaca Albaqarah ayat 197, menunjukkan ia bersedia.

Saat wanita itu hendak naik unta Abdullah al-Wasithi, ia membaca ayat k 30 dari surat an-Nur, “Katakanlah kepada orang-orang beriman, hendaknya mereka menjaga pandangannya.” Lalu Abdullah memalingkan pandangannya.

“Siapakah namamu?” tanya Abdullah saat wanita itu telah berada di punggung kendaraan. “dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Alquran,” jawabnya membaca surat Maryam ayat 16.

“Anda punya anak?” kata Abdullah. “Dan Ibrahim mewasiatkan kalimat itu kepada putra-putranya, demikian juga Ya’kub,” jawabnya membaca al-Baqarah:132. Abdullah mengerti bahwa wanita ini punya beberapa anak lelaki.

“Siapa nama mereka?” lanjut Abdullah. “Dan Allah benar-benar telah berbicara kepada Musa. Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai manusia pilihan. Wahai Daud, sungguh Aku jadikan kamu pemimpin di bumi,” jawabnya mengutip Qs. an-Nisa’:164, an-Nisa`:125, dan surat Shad:26. Itulah nama-nama anak dari wanita itu.

“Di mana aku bisa mencari mereka?” tanya Abdullah. “Dan (dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). dan dengan bintang-bintang Itulah mereka mendapat petunjuk,” jawabnya dengan Surat an-Nahl:16. Abdullah paham bahwa anak-anak perempuan itu adalah penunjuk jalan bagi kafilah-kafilah dagang.

Abdullah lalu bertanya, “Wahai Maryam, tidakkah kamu makan sesuatu?”

Sungguh aku bernadzar untuk Sang Maha Kasih bahwa aku akan berpuasa …” jawabnya dengan surat Maryam:26.

Abdullah al-Wasithi akhirnya bisa menemukan rombongan anak dari wanita itu. Melihat ibunya telah kembali, menangislah anak-anak wanita itu. Kepada mereka, wanita itu menyuruh belanja dengan membaca surat al-Kahfi:19, “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.

Kepada para putrannya, Abdullah menanyakan perihal wanita itu. “Dia telah hilang tersesat selama 3 hari,” jawab mereka. “Dia juga telah bernadzar tidak akan bicara kecuali dengan membaca ayat Alquran.”

Setelah peristiwa itu berlalu, di waktu yang lain Abdullah al-Wasithi berjumpa dengan anak-anak wanita yang dulu ditolongnya sedang menangis. “Ibu sedang sekarat,” kata mereka ketika Abdullah menanyakan apa yang terjadi. Abdullah segera masuk dan menjumpai wanita itu. Saat ditanya keadaannya, wanita itu membaca surat Qaf:19, “Dan telah datang sakratul maut dengan nyata.

Akhirnya wanita itu meninggal. Malam harinya Abdullah bermimpi melihat wanita itu. Ia bertanya, “Dimanakah kamu?”. Seperti biasanya, wanita itu menjawab dengan membaca Alquran. Kali ini surat al-Qamar:54 dan 55, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi, di sisi Tuhan yang berkuasa.”

[nextpage title=”3. Kisah Cobaan Nabi Daud”]

3. Kisah Cobaan Nabi Daud

Dalam bab ke-4, tentang menjaga pandangan mata, Syekh Nawawi menukil perkataan Sa’ad bin Jubair, bahwa cobaan nabi Daud as. adalah dari pandangan mata. Tentang itu terdapat kisah bahwa pandangan mata nabi Daud tanpa sengaja jatuh pada istri Auriya bin Hannan dan ia jatuh hati. Namun hal itu bukan berarti dosa dalam syariat Nabi Daud kala itu. Pandangan pertamanya terjadi tanpa sengaja, dan timbulnya rasa cinta juga bukan merupakan dosa.

Ketika ia telah jatuh hati kepada istri Auriya bin Hannan, ia lantas berkata, “Ceraikanlah istrimu agar aku menikahinya.” Auriya malu untuk menolak permintaan Nabi Daud. Ia pun lalu menceraikan istrinya. Hal semacam ini menurut riwayat tersebut boleh dalam syariat Nabi Daud dan telah menjadi tradisi.

Umat nabi Daud kala itu juga melakukan hal yang sama, jika tertarik kepada istri orang lain, ia lalu meminta suaminya agar menceraikan istrinya. Hanya saja hal itu menjadi tidak patut dilakukan oleh Nabi Daud sebagai seorang nabi, sehingga Allah SWT. mencela Nabi Daud. Karena, sepantasnya ia bisa menahan diri karena telah memiliki 99 istri, sedangkan Auriya hanya punya satu istri.

Namun, hikmah kejadian ini, lahirlah Nabi Sulaiman a.s. Mantan istri Auriya bin Hannan inilah ibu dari Nabi Sulaiman.

Itulah 3 kisah menarik dan sebagian beredar, yang dimuat dalam kitab Uqudullujain. Masih ada beberapa kisah lain yang menarik, namun terlalu panjang jika diungkap dalam satu tulisan saja. Semoga beroleh hikmah.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *