Menu Tutup

Santri Juga Punya Kisah Cinta, Namun Salah Satu dari 5 Hal Ini Jadi Endingnya

DatDut.Com – Di pesantren pun ada kisah cinta. Tak sevulgar dunia luar, para santri masih mengikuti norma agama dan budaya yang ada. Selain itu, peraturan pesantren dan rasa taat kepada guru atau kiai tertanam kuat. Sehingga meskipun mereka menjalin hubungan batin dengan lawan jenis, santri tetap menjauhi tindakan mendekati zina.

Di kalangan santri yang masih mondok ada ungkapan “cinta terhalang dinding pesantren”. Artinya meskipun sama-sama cinta, mengikat janji untuk bisa hidup bersama nantinya, mereka tidak bisa bebas bertemu. Memang tak semua santri bisa menjaga diri, namun mereka yang terjerumus tentu lebih layak kita sebut sebagai oknum santri.

Kisah cinta tak selalu berakhir bahagia. Hubungan saling cinta antara sepasang santri putra dan santri putri juga tak selalu berujung pelaminan. Selain karena ketidakcocokan atau masalah lainnya, kelima hal berikut ini menjadi fenomena umum yang merupakan akhir kisah kasih antar santri. Kepoin yuk!

[nextpage title=”1. Terbongkar Pengurus”]

1. Terbongkar Pengurus

Larangan memiliki hubungan khusus dengan lawan jenis sudah menjadi peraturan lazim di setiap pesantren. Hubungan khusus dalam bentuk pacaran dan sejenisnya adalah hal tabu. Maka melakukan hal tersebut merupakan salah satu pelanggaran berat. Hukumannya bisa disel bahkan dipulangkan ke orang tua.

Nah, salah satu akhir kisah cinta sepasang santri kadang dari sini. Mungkin mereka tidak melakukan tindakan melewati batas dengan berkencan dan sebagainya. Namun kalau sudah ketangkap pengurus, mereka harus menghentikan ikatan cinta terlarangnya. Putus berarti tidak boleh berhubungan lewat apa pun. Ini khususnya bagi santri tingkatan dasar dan pertengahan. Kalau sudah lulus, jadi ustad, mencari pasangan jusru dianjurkan. Tetapi tetap dalam batasan yang ditentukan.

Sekedar info, kirim pesan cinta lewat surat masih berlaku lo di kalangan santri. Soalnya mereka gak boleh bawa HP. Nah, surat cinta ini kadang terbongkar oleh pengurus dan membuahkan hukuman bagi pelakunya.

[nextpage title=”2. Dilamar Gurunya”]

2. Dilamar Gurunya

Salah satu akhir dari kisah cinta sepasang santri adalah ketika si cewek dikhitbah oleh guru. Lebih-lebih guru wali kelas atau disebut juga sebagai mustahiq. Santriwati yang baik tak akan menolak niat baik guru untuk mempersunting dirinya menjadi istri. Bahkan meskipun ia telah ada “ikatan hati” dengan kang santri.

Pertimbangannya mirip kaidah fikih, hal yang sudah jelas tidak boleh dikalahkan dengan hal yang masih samar. Si ustadz yang sudah siap nikah jelas lebih layak dipilih jadi imam ketimbang kang santri yang masih harus menyelesaikan studi. Santriwati yang dilamar si ustad akhirnya memilih untuk menerima lamaran tersebut. Selain karena sungkan untuk menolak, ya mempertimbangkan kelayakan jadi imam rumah tangga tadi.

[nextpage title=”3. Dijodohkan oleh Orangtua”]

3. Dijodohkan oleh Orangtua

Meski sekarang bukan zaman Siti Nurbaya, tapi perjodohan masih tetap ada. Kalau orangtua sudah menentukan sosok yang dianggap baik untuk anaknya, maka di situlah hubungan sepasang santri akan berakhir. Apalagi kalau orang pilihan itu memang lebih unggul daripada calon pasangan pilihan si santri.

Entah itu yang dijodohkan adalah yang cowok atau yang cewek, karena telah dididik untuk menghormati orangtua, tentu santri akan menuruti pilihan orangtua.

[nextpage title=”4. Dimantu oleh Kiai”]

4. Dimantu oleh Kiai

Menjadi menantu dari kiai, apalagi kiainya sendiri, merupakan impian dan kebanggaan bagi sebagian besar santri. Khususnya yang memang tergolong santri mumpuni. Seorang putra atau putri kiai mempunyai kharisma tersendiri bagi kalangan santri. (Baca: 5 Pesona Putri Kiai di Mata Para Santri Putra). Diambil menjadi menantu sang kiai bisa menjadi anugrah terbesar untuk seorang santri. Selain tentu sebagai amanah berat.

Nah, ketika sepasang santri putra dan putri memiliki ikatan cinta, lantas salah satunya diminta oleh kiai untuk menjadi menantunya, apalagi yang bisa dilakukan selain taat? Jarang santri yang mampu membuka mulut untuk berkata tidak ketika ia dijodohkan dengan putra atau putri sang kiai. Menerima untuk diangkat menantu oleh kiai, tentu lebih aman dan berkah daripada menuruti hati memperjuangkan cinta, dan jelas menyinggung perasaan kiai.

[nextpage title=”5. Dijodohkan oleh Kiai”]

5. Dijodohkan oleh Kiai

Selain dimantu kiai, dijodohkan oleh kiai dengan pilihannya merupakan salah satu anugerah bagi kalangan santri. Terutama mereka yang belum memiliki pilihan sendiri. Tapi dijodohkan juga bisa jadi bencana terbesar bagi mereka yang sudah punya tambatan hati.

Pertimbangannya sama dengan soal  dijodohkan dengan putra kiai. Lebih baik ikut pilihan sang kiai yang tentunya sudah melalui pertimbangan matang, ketimbang mengikuti pilihan sendiri yang belum tentu.

Zaman memang sudah berubah. Banyak kiai sekarang enggan melakukan “intervensi” soal jodoh. Alasannya santri sekarang sudah pintar-pintar. Sudah tahu FB dan sejenisnya. Jadi ketika kiai ingin menjodohkan mereka, banyak yang sudah punya. Tidak enak kalau harus menyakitkan, atau membuat santri dalam dilema. Nah, kisah mana yang pernah Anda alami?

Baca Juga: