Menu Tutup

Tiru 5 Kesederhanaan Malik bin Dinar, Sang Penyalin Alquran Era Tabiin

DatDut.Com – Malik bin Dinar mempunyai julukan Abu Yahya. Dulunya budak seorang wanita dari Bani Samah bin Luay. Ia lahir pada masa Ibnu Abbas berada di puncak kariernya.

Ia diketahui meriwayatkan hadis dari banyak tabiin terkemuka, seperti Hasan Basri, Ibnu Sirin, Qasim bin Muhammad, dan tabiin yang lain. Meskipun tidak terlalu dikenal ahli dalam bidang periwayatan, namun Nasa’i dan ahli hadis yang lain menilainya sebagai orang yang tepercaya (tsiqah).

Salah satu yang terpenting dari biografi Malik bin Dinar, ia dikenal sebagai salah satu penyalin mushaf pada zamannya. Hanya dari menyalin mushaf itu, ia memperoleh penghasilan. Ia dikenal amat sederhana, padahal profesi penyalin mushaf amat bergengsi pada masa itu. Nah, kesederhanaannya itu yang patut ditiru. Berikut 5 kesederhanaannya, seperti yang tercantum dalam Mawa’izh Malik bin Dinar karya Shalih Ahmad al-Syami:

1. Hanya Mengambil Honor ala Kadarnya

Suatu hari Jabin bin Zaid bertandang ke rumahnya. Saat itu ia sedang menulis. Melihat hal itu, Jabir bertanya padanya, “Malik, apa pekerjaan Anda hanya ini? Anda hanya menyalin Alquran dan mendapat pekerjaan halal dari ini?”

Ia hanya menyalin mushaf. Ia tidak mau mengambil honor melebihi apa yang sudah dilakukannya. Apa yang sudah didapatnya biasanya ia belanjakan di warung untuk makan. Lazimnya ia menulis mushaf selama empat bulan.

2. Sabar dalam Kekurangan

Ia terkadang mendapat penghasilan dari pekerjaan yang berhubungan dengan daun kurma. Ia punya keahlian dan kesabaran untuk menjalani hidup serba kekurangan. Banyak informasi yang menjelaskan kebiasaannya ini.

3. Rumahnya Tak Berperabot

Rumahnya diketahui tidak berperabot, kosong melompong. Tak heran bila ia tidak punya kunci dan gembok rumah. Hartanya cuma dua dirham: satu dirham untuk daun dan satu dirham untuk daun kurma. Dua dirham inilah yang menjadi modal kerjanya.

4. Tak Pernah Makan Enak

Ia hampir tidak pernah makan daging, makanan yang lezat, dan buah-buahan. Kuah makanannya hanya berbumbu garam saja. Dalam hal ini, ia menuturkan, “Saya pernah mengalami satu tahun. Di tahun itu saya hanya makan pada hari Idul Adha. Saya hanya makan daging kurban, karena memang ada anjuran untuk itu.”

5. Doa Cerminan Kesederhanaannya

Ia berharap rezekinya cukup berupa kerikil yang bisa diisapnya dan tidak membutuhkan apa-apa lagi. “Saya ingin rezekiku hanya berupa kerikil yang aku isap. Aku tidak menginginkan hal lain lagi sampai aku menemui ajal.”

meashaMeasha | Penulis tetap DatDut.Com
Twitter: @measha

Baca Juga: