DatDut.Com – Sosok Gus Dur tidak akan pernah habis didiskusikan. Pemikiran dan gagasannya yang cemerlang membuat para pengagumnya terus menggalinya. Saat Haul Gus Dur yang ke-6 di Ciganjur, Jakarta Selatan, banyak tokoh yang hadir mengenang kiprah Gus Dur dalam memperjuangkan keadilan di Bumi Pertiwi ini. Panitia pelaksana mengangkat tema “Merawat Tradisi Merajut Hati”.
Di antara tokoh-tokoh yang hadir dalam acara tersebut adalah Rais Aam PBNU, K.H. Makruf Amin, Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman era Gus Dur, Rizal Ramli, Menteri Agama RI era Jokowi, Lukman Hakim Saifudin, dan lain sebagainya. Berikut kenangan 5 tokoh tersebut terkait sosok Gus Dur:
1. Ma’ruf Amin
K.H. Ma’ruf Amin mendapat kesempatan memulai sambutan lebih dulu disbanding tokoh-tokoh lainnya. Keturunan Syekh Nawawi Banten ini, menyampaikan kekagumannya pada Presiden ke-4 tersebut. “Gus Dur itu buku bacaan yang tak akan habis dibahas. Beliau yang memulai dinamisasi pemikiran kritis di lingkungan NU,” ujar Kiai Ma’ruf seperti dikutip Muslimedianews.
Selain itu, Gus Dur itu, menurut Kiai Ma’ruf, menguasi Fikih dan Usul Fikih dengan baik. Bahkan, kitab Al-Hikam dijadikan pedoman oleh Gus Dur bagaikan Alquran, “Kada al-Hikamu an Yakuna Quranan,” lanjut Kiai Ma’ruf Amin
2. Said Aqil Siradj
Kiai Said Aqil Siradj menyampaikan sambutannya setelah Kiai Ma’ruf Amin. Seperti biasa, pidato-pidato pria yang akrab diundang Kang Said ini, penuh dengan guyonan-guyonan segar. Terkait Gus Dur, pria kelahiran Cirebon ini memujinya sebagai sosok ulama yang nasionalis, seperti dilaporkan dari Detik.com.
Beliau membandingkan ulama-ulama Indonesia, termasuk Gus Dur, dengan ulama-ulama Timur Tengah. Menurutnya, tokoh-tokoh Timur Tengah itu kalau ulama, biasanya tidak nasionalis. Begitupun sebaliknya, kalau nasionalis tapi bukan ulama. Selain itu, pria alumni Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur ini, memuji keberanian Gus Dur mempertahankan pendapatnya meski berbeda dari pendapat umum.
3. Basuki Tjahaja Purnama
Gubernur DKI Jakarta yang akrab disapa Ahok, menceritakan kenangannya dengan Gus Dur. Dulu, pria Tionghoa ini, pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur Bangka Belitung pada tahun 2007. Gus Dur pun men-support Ahok hingga datang ke Bangka Belitung. Karena membela non-Muslim, Gus Dur dicap sebagai kiai abal-abal. Ahok pun kalah dalam pemilihan Gubernur Babel karena merasa dicurangi salah satu lawannya.
Ahok yakin bila dirinya mengajukan gugatan ke Mahkamah Agung pasti menang. Apalagi Gus Dur menawarkan bantuan Banser sebanyak 2000 untuk datang ke Babel membantu Ahok. Namun Ahok menolaknya. Dia pun sempat putus asa karena merasa menjadi Tionghoa sebagai minoritas di Indonesia. Otomatis, ini mempersulit dirinya menjadi Gubernur. Gus Dur justru mendoakan Ahok pasti bisa menjadi Gubernur, bahkan Presiden RI, seperti dilaporkan Detik.com
4. Rizal Ramli
Detik.com melaporkan bahwa Rizal Ramli menyampaikan dua hal penting terkait kenangannya dengan Gus Dur. Cucu K.H. Hasyim Asyari ini, mengajari Rizal Ramli bahwa semua permasalahan yang dihadapi seseorang itu tidak semuanya bisa dijangkau dengan rasional. Sebagai akademisi, Rizal awalnya belum memahami pernyataan Gus Dur tersebut. Lambat laun, Rizal memahami juga nasihat Gus Dur tersebut.
Gus Dur juga mengajarkan Rizal bagaimana berpidato di hadapan santri dan para kiai. Suatu waktu, Rizal diajak Gus Dur ke salah satu pesantren untuk memberikan ceramah. Rizal menyampaikan ceramah dengan gaya akademisi yang penuh dengan teori dan angka. Namun para hadirin yang mendengarkan ceramahnya pun terbengong-bengong tidak paham. Rizal pun gerogi dan keluar keringat dingin. Usai ceramah, Rizal dinasihati Gus Dur, “Rizal kalau bicara di depan rakyat jangan kayak dosen. Bicara yang ngalir saja seperti cerita, dan topiknya jangan terlalu banyak.”
5. Lukman Hakim
Menteri Agama, Lukman Hakim, memiliki catatan khusus terkait jasa-jasa Gus Dur. Menurutnya, Gus Dur-lah ulama yang memperkenalkan pesantren di mata para jenderal dan pejabat Indonesia pada era 70-an.
Selain itu, menurut Menag, Gus Dur itu orang yang sangat menjujung tinggi pluralisme. Gus Dur mampu menyelesaikan konflik bernegara. Pancasila bukanlah sesuatu ideologi negara yang bertentangan dengan Islam. Gus Dur juga dikenal sebagai pembela hak-hak minoritas, seperti dikutip Detik.com.
Penulis : Ibnu Harish | Penulis Tetap Datdut.com
Fb : Ibnu Harish