Menu Tutup

Lima Kelatahan Umat Islam Dewasa Ini

DatDut.Com – Kini, kepungan hegemoni budaya Barat terasa tak lagi mempunyai sekat di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi yang semakin canggih.

Perang wacana lintas negara merupakan hal lumrah. Hal itu membuat para founder perusahaan media raksasa seperti raja yang leluasa menggiring opini publik, baik untuk sebuah misi politik maupun ekonomi.

Tak ayal banyak di antara kita, yang antara sadar gak sadar, malah tergiring dan latah mengikut apa yang sedang ramai dibicarakan dan populer.

Kelatahan masyarakat Indonesia pada aspek sosio-kultural itu berdampak membentuk gaya hidup yang kebarat-baratan. Nah, Berikut ini beberapa contoh kelatahan Umat Islam Dewasa ini. Yuk, simak!

1. Fenomena Pasang Foto Bendera Prancis di Medsos

Ikut kisruh masalah tingkat internasional, sepertinya lebih heroik memang. Lihat saja banyak sekali postingan bendera prancis dengan hastag “Pray for Paris”, yang anehnya justru  muncul di tengah banyaknya komentar dan gambar berbau Islamofobia, yang sentimen dan memojokkan Islam.

Padahal, penyerangan terhadap Paris itu akibat ulah mereka sendiri yang mereka lakukan  selama ini. Masih ingat kasus penyerangan kelompok radikal terhadap kantor majalah mingguan Paris Charlie Hebdo di Paris beberapa bulan yang lalu? Ya, penyerangan itu akibat Charlie Hebdo membuat karikatur Nabi Muhammad Saw. untuk sampul majalahnya yang terbit Januari 2015 lalu.

Ya, penyerangan yang barbar itu memang salah. Lalu, bagaimana dengan kebarbaran yang berjuta kali lebih dasyat yang terjadi di beberapa negara Islam beberapa tahun terakhir? Radikalisme itu tidak mempunyai identidas agama. Mari beri penilaian lebih adil!

Daripada ikutan latah posting bendera Prancis, bukankah lebih bijak kita ikut merespons persoalan nilai tukar rupiah yang terus melemah, standar sistem pendidikan yang selalu berubah, pelanggaran HAM di Papua, penjajahan asing atas nama perpanjangan kontrak Freeport, dan seterusnya.

2. Makalah Seolah Lebih Ilmiah kalau Referensinya dari Literatur Barat.

Merupakan sebuah keniscayaan, belajar dan menggali ilmu dari yang sedang menguasai peradaban dan kecanggihan ilmu teknologi. Mengutip dan memakai referensi dari literatur-literatur Barat, juga termasuk dari serangkaian keniscayaan itu.

Nah, akibat opini tersebut, kini muncul sindrom di kalangan mahasiswa Muslim bahwa memakai referensi dari literatur Barat membuat makalah terasa lebih ilmiah.

Padahal jika sebuah literatur layak dan memenuhi syarat menjadi referensi primer, tentu tidak boleh memandangnya sebelah mata apalagi diremehkan.

3. Segala Fashion yang Berasal dari Barat Dinilai Lebih Fahsionable

Tak dipungkiri, semua hal yang berasal dari kalangan negara pertama selalu jadi tolok ukur kepopuleran sebuah merek pakaian tertentu.

Terbukti banyak para wanita shopholic yang latah memakai atau membeli pakaian dan tas sebuah merk tertentu agar terlihat fashionable.  Padahal tak jarang busana tersebut kurang cocok bagi budaya ketimuran kita.

4. Bahasa Asing Mendominasi Hampir Semua Realitas Sosial

Lihat saja hampir semua judul acara di televisi memakai bahasa asing. Pemakaian istilah asing di media massa, cetak, pers sudah banyak yang menggunakan bahasa dan istilah-istilah asing dengan sangat tidak bijaksana dengan alasan lebih populer dan go international.

Semua hal itu akhirnya merembet pada pergaulan anak-anak muda, yang sering menggunakan istilah-istilah asing dalam percakapan mereka.

Tak jarang mereka malah mem-bully teman-temannya yang memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar karena menganggap mereka katro alias gak gaul.

Mulailah “anak-anak katro” itu ikutan latah menggunakan istilah-istilah asing seperti otw, gws, hbd, sorry, tengkyu, dsb. Ada juga beberapa kelompok remaja yang menggunakan istilah ikhwan dan akhwat untuk mengganti sebutan bro dan bray.

5. Latah dengan Gaya Hidup Hedonis

Santernya gelombang globalisasi telah membawa  gaya hidup hedonis, gaya hidup yang berorientasi pada kesenangan, kenikmatan dan menghindari perasaan-perasaan tidak enak. Ironisnya, para pemuja hidup enak itu banyak yang tidak sadar bahwa perilakunya menjurus pada gaya hidup hedonis.

Berbagai media informasi yang menggempur dengan berbagai macam sajian life style punya andil besar dalam hal ini. Tanyangan sinetron yang menyuguhkan gaya hidup yang mudah dan cepat saji seperti fast food serta jauh dari realitas, telah menggiring para penikmat sinema meniru dan menjadikannya paradigma baru untuk menikmati kehidupan di masa muda.

Jika sikap hedonis ini telah melekat dalam realita gaya hidup masyarakat Indonesia, maka jati diri serta nilai-nilai luhur kemanusian para remaja bisa luntur.

nenengNeneng Maghfiro | Penulis tetap Datdut.Com

Twitter : @NengAirin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *