Menu Tutup

Kapan Kita Meributkan Sesuatu yang Memajukan Umat?

DatDut.Com – Yang meributkan dukhan 15 Ramadan 2020 hanya kita yang di Indonesia saja. Di dunia Islam yang wacana keislamannya sudah maju, tak ada yang membahasnya.

Yang meributkan soal bintang tsurayya tanda korona berakhir juga cuma kita. Di tempat lain yang tingkat literasi dan wawasan keislamannya sudah maju, tak ada yang menyinggungnya karena yang disebutkan di hadis itu adalah “ahat” yang tak cocok untuk korona.

Gegara medsos terutama FB dan Youtube, wacana keislaman kita tak beranjak maju. Muter-muter di situ-situ saja. Kita sering menciptakan dunia sendiri.

Yang kita ributkan kalau tidak sesuatu yang usang (seperti doa berbuka atau waktu imsak), ya yang kita ributkan sesuatu yang tak jelas pijakannya dan bahkan sesuatu yang out of context.

Kita yang menanggapi wacana receh itu juga terjebak dalam lingkaran setan.Tak ditanggapi, terlanjur banyak yang percaya. Ditanggapi juga kerap tak mengubah banyak hal. Kadang yang ditanggapi juga tak kalah ngototnya. Padahal jelas-jelas pendapatnya salah.

Maka pantas saja wacana kita tak dibaca dunia, karena kita tak pernah membaca dunia. Kita di sini maksudnya ya kiai-kiainya, dai-dainya, ustaz-ustaznya, juga para influencernya.

Wacana keislaman kita masih terlalu receh, belum ke substansi. Dugaan saya ini buah dari kajian-kajian Islam di kita yang jarang sekali berbasis kitab. Maka, wacana yang kita produksi tidak utuh. Hanya parsial.

Ini belum lagi diperparah sikap kita yang lebih hormat pada orang-orang yang viral atau punya follower banyak di medsos, daripada kepada mereka yang mengajari umat dengan wawasan utuh melalui suatu kitab, juga termasuk rendahnya hormat kita kepada mereka yang punya karya tertulis.

Lalu, kapan kita meributkan sesuatu yang memajukan umat?

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *