Menu Tutup

Jelang Idul Adha, Ternyata Banyak Tradisi Unik di Berbagai Daerah, Mulai Mepe Kasur hingga Manten Sapi

Datdut.Com – Setiap even tertentu, memiliki cara yang berbeda dalam merayakannya. Begitu halnya dengan Idul Adha di Indonesia. Setiap wilayah dan masyarakatnya memiliki kebiasaan dan tradisi tersendiri dalam merayakannya. Itulah kekayaan bangsa Indonesia. Beragam tradisi, bahasa, dan suku, namun tetaplah dalam kebhineka-tunggalikaan bangsa ini. Mau tahu, apa saja tradisi unik saat menjelang hari raya Idul Adha di Indonesia? Yuk simak 5 tradisi unik jelang Idul Adha khas Indonesia berikut ini:

1. Grebek Gunungan di Yogyakarta

Tradisi Grebeg Gunungan ini biasa digelar Keraton Yogyakarta setiap menjelang Idul Adha. Ritual tersebut sudah menjadi tradisi tahunan bagi kraton. Dengan dikawal prajurit dan dua ekor kuda, tiga buah gunungan grebeg diarak terlebih dahulu dari kraton melewati alun-alun utara menuju masjid.

Setelah dibacakan doa, tiga buah gunungan yang terdiri dari 1 gunungan lanang dan 2 gunungan putri tersebut diperebutkan oleh warga yang hadir. Konon katanya gunungan yang nantinya akan diperebutkan bisa mendatangkan berkah bagi siapa saja yang mendapatkannya.

2. Tradisi Mepe Kasur di Banyuwangi

Lain lubuk, lain ikannya. Begitulah pribahasa yang sangat menggambarkan keberagaman tradisi di republik ini. Lain tradisi di Yogya, lain pula tradisi dan proses saat Idul Adha di Banyuwangi, Jawa Timur.

Warga di sana, juga memiliki tradisi unik jelang Idul Adha, yakni tradisi Mepe Kasur (menjemur kasur). Tradisi ini digelar untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Tarian gandrung mengawali rangkaian tradisi jemur kasur yang setiap tahun digelar warga Desa Adat Using, Kemiren. setiap mendekati Idul Adha pada bulan Dzulhijjah warga setempat menggelar tradisi menjemur kasur secara masal.

Pada saat tertentu, ibu-ibu akan memukul-mukul kasur dengan rotan untuk menghilangkan debu yang melekat. Setiap 1 jam sekali, kasur digebuk bersama-sama sehingga menimbulkan irama yang dipercaya bisa menolak datangnya wabah penyakit santet. Berbeda pada umumnya, kasur warga Using Kemiren ini seluruhnya berwarna hitam dan merah atau biasa disebut kasur gembil.

Bagi warga setempat, kasur gembil mempunyai makna tersendiri, yaitu warna hitam melambangkan langgeng dan merah berarti berani. Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun ini selain untuk membersihkan kasur setelah selama setahun terakhir dipakai, juga untuk menghormati datangnya bulan haji.

3. Tradisi Apitan di Semarang

Menjelang Idul Adha, warga Kelurahan Sampangan, Kota Semarang, Jawa Tengah memiliki tradisi unik, yakni sedekah bumi Apitan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan raya. Tradisi ini berlangsung turun temurun sampai sekarang. Tujuannya merupakan wujud ungkapan syukur kepada sang pencipta, Allah AWT atas limpahan rizki kepada warga.

Bentuk syukur itu disimbolkan dengan arak-arakan hasil bumi disusun bertumpuk, misalnya; padi, cabe, terong, jagung, tomat dan lainnya. Arak arakan ini berujung di kantor kelurahan setempat. Di tempat ini prosesi tradisi Apitan selesai ditandai dengan pembacaan doa bagi keselamatan warga.

Di akhir acara, warga berebut gunungan hasil bumi yangbaru saja selesai diarak. Warga percaya mendapatkan beraneka jenis hasil bumi yang baru saja diarak akan mendatangkan berkah.

4. Manten Sapi di Pasuruan

Di Pasuruan, Jawa Timur, juga ada tradisi yang tidak kalah unik. Tradisi yang sudah turun temurun digelar saban menjelang Idul Adha ini biasa dilakukan warga Desa Wates Tani, Kecamatan Grati. Warga menyebutnya Manten Sapi atau pengantin sapi. Istilah “manten” biasa ditujukan kepada seorang yang akan menikah.

Uniknya, setiap kali menyambut Idul Adha warga Pasuruan mendandani sapi-sapi yang dipasangkan kalung dengan rangkaian bunga tujuh rupa dan kain putih layaknya pengantin. Setelah prosesi menghias, barulah sapi-sapi ini diarak lalu diserahkan kepada panitia qurban. Ibu-ibu juga berpartisipasi menyemarakkan “manten sapi” dengan membawa peralatan rumah tangga dan bumbu untuk persiapan acara penyembelihan.

5. Tradisi Mudik Warga Madura

Di Madura, Jawa Timur, juga memiliki tradisi unik yaitu mudik atau pulang kampung menjelang Idul Adha. Idul Adha menjadi momen penting tersendiri oleh masyarakat Madura. Bagi warga Pulau Garam, tradisi mudik memang bukan saat Idul Fitri seperti warga di tempat lain, melainkan menjelang Idul Adha.

Tradisi mudik menjelang Idul Adha ini tampak di Pelabuhan Perak di Surabaya dan di Jembatan Suramadu. Warga berjubel antre menyeberang di pelabuhan dan jembatan terpanjang di Indonesia itu. Masyarakat Madura biasa “mudik” di hari raya qurban tersebut. Saking telah membudayanya tradisi ini hingga banyak yang mengatakan bahwa Idul Adha adalah hari rayanya orang Madura.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *