DatDut.Com – Orang yang selalu berada di atas sering kali kehilangan kepekaan hati sehingga tak jarang antisosial, tinggi hati, dan mau menang sendiri. Karena belum pernah merasa gagal, ia tidak pernah tahu bagaimana pahitnya sebuah kegagalan.
Karena tak pernah sakit, ia tak pernah merasakan bagaimana menderita bila sakit melingkupi raganya. Karena tak pernah berkekurangan, ia tak pernah bisa menghargai kelebihan yang selalu berlimpah di sekitarnya. Karena tak pernah menderita, ia tak bisa memaknai penderitaan itu seperti apa. Karena tak pernah kalah, ia tak pernah merasakan begitu terpukulnya orang yang kalah. Semua penyakit ini diidap oleh Firaun.
Namun, sunatullah selalu memberi pelajaran bahwa kesombongan pasti berujung pada kehancuran dan kenestapaan. Berikut 5 pelajaran berharga dari kesombongan Firaun yang tak layak ditiru:
1. Kejam dan Bengis
Ia selalu berhasil melakukan apa yang menjadi rencananya. Konon, ia tidak pernah merasakan sakit, meski sekadar sakit panas saja. Kekuasaannya sangat kuat. Pasukannya terlatih dan jumlahnya pun banyak.
Penguasa Sungai Nil ini memiliki apa saja yang diinginkannya, meskipun itu hanya tergerak di hatinya. Ia juga sombong dan kejam. Ia bisa melakukan apa saja, kapan saja, dan pada siapa saja yang menurutnya bisa mengancam kedudukannya dan dengan cara apa saja yang kejam sekalipun.
Kalau membaca kisah tentang Isra Mikraj, kita akan mendapati kisah tentang tukang sisir putri Firaun, yang harus dimasukkan ke dalam kuali besar yang mendidih bersama anak-anaknya dan suaminya. Apa sebabnya? Ternyata penyebabnya sepele, tetapi bagi Firaun itu masalah besar.
Alkisah, suatu kali ketika menyisir putri Firaun, sisirnya terjatuh. Wanita penyisir yang biasa diceritakan orang bernama Masyithah (padahal masyithah di sini bukan nama, tetapi julukan tukang sisir dalam bahasa Arab, seperti di bahasa kita ada istilah mbok emban atau dalam bahasa Indonesia modern kita mengenal istilah pembantu) secara spontan menyebut nama Allah sebagai Tuhannya dan bukan Firaun.
Rupanya kejadian itu memancing putri Firaun untuk melaporkannya kepada ayahnya. Dan, hukuman yang pedih itu pun diterima oleh si tukang sisir, yang tidak mau mengakui Firaun sebagai tuhan. Ia bersikukuh dengan tauhidnya bahwa Allahlah Tuhannya dan Tuhan keluarganya.
2. Membunuh Semua Bayi Laki-laki
Tidak hanya tukang sisirnya saja yang merasakan kekejamannya. Semua Bani Israel saat itu selalu dihantui perasaan takut. Mereka selalu merasa terancam jangan-jangan giliran mereka yang mendapat kekejaman Firaun.
Ternyata kebengisan dan kekejaman itu bermuara pada ketakutannya bahwa apa yang dipunyainya itu akan berakhir lantaran ada orang yang menggantikannya, padahal sebelumnya ia merasa aman dengan posisi dan kedudukannya. Ini bermula ketika ia bermimpi seluruh Mesir terbakar habis.
Melalui penasihat spiritualnya dan paranormal dari seluruh Mesir, ia mendapati informasi mengenai makna mimpinya itu bahwa akan ada bayi yang terlahir dari rahim Bani Israel yang akan mengancam kekuasaannya.
Ia percaya pada apa yang dijelaskan oleh penasihat spiritualnya dan paranormal seluruh Mesir yang saat itu satu suara memaknai mimpinya itu. Ia pun menerbitkan kebijakan baru bahwa semua anak lelaki yang terlahir akan dibunuh, sementara anak perempuan dibiarkan hidup.
Setelah muncul kebijakan itu, kekejian Firaun melalui tangan-tangan kerajaannya semakin menyesakkan dada Bani Israel. Semua wanita hamil diawasi. Setelah melahirkan, dicek apakah berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Bila laki-laki, petugas dari kerajaan Firaun pun langsung membunuhnya. Perburuan ini pun terus dilakukan.
Salah satu korban dari kebijakan ini ialah Nabi Musa yang harus dihanyutkan di Sungai Nil lantaran ibunya takut akan kesalamatan jiwa bayinya itu. Dan, berkat pertolongan Allah, bayi Musa selamat dari ancaman kebijakan Firaun. Ia pun malah diasuh keluarga Firaun yang menemukannya terhanyut di sungai dekat istana. Firaun pun luluh mengasuhnya karena istri tercintanya menginginkan anak laki-laki. Keluarga Firaun akhirnya merawatnya, padahal bayi inilah yang nantinya akan mengancamnya.
3. Politik Belah Bambu
Kekejaman Firuan tidak berhenti hanya pada politik bumi hangus bayi laki-laki yang terlahir. Demi mempertahankan kekuasaannya, ia juga pandai memainkan politik belah bambu. Kelicikannya berhasil memecah-belah Bani Israel menjadi beberapa kelompok yang saling bermusuhan sehingga kelompok-kelompok itu menjadi kelompok-kelompok kecil yang tidak punya kekuatan untuk melawan apa pun yang ditetapkan Firaun.
4. Mempertuhankan Diri
Dengan segala kelebihan dan keberhasilannya dalam mengendalikan kerajaan dan mengelola kekuasaannya, ia hingga berani mengklaim dirinya sebagai tuhan, bahkan tuhan yang tertinggi. Ia menyebut tuhan tertinggi lantaran masyarakat saat itu masih menganut politeisme, bukan monoteisme.
Ini pula yang nanti akan bertentangan dengan ajaran Nabi Musa yang mengusung ajaran monoteisme. Menurut saya, klaim ini juga tidak semata-mata lantaran dia merasa berhasil, tetapi juga terkait dengan persoalan politik juga. Dengan mengaku sebagai tuhan, apalagi tuhan tertinggi, ia ingin kekuasaannya lebih mapan dan tak ada satu orang pun yang berani mengganggunya.
5. Menentang Dakwah Musa
Namun, di manapun kesombongan akan mengakibatkan kekalahan dan kehinaan. Sikap terlalu percaya diri yang dimilikinya menjadi bumerang di kemudian hari. Kekejamannya pun juga melahirkan kebencian warganya, yang terpaksa mempertuhankan tuhan yang sangat dibenci dan ditakuti itu. Inilah yang mengakibatkan kegagalan demi kegagalan Firauan dalam mengabadikan kekuasaannya, di samping ia sendiri memang tidak abadi.
Ketika Musa besar, nabi yang sedikit temperamental ini datang menghadap kepada Firaun. Musa mengajaknya untuk beriman kepada Allah. Namun, ajakan itu dinilainya sebagai ancaman akan kekuasaannya, padahal Musa sudah mengajaknya dengan cara persuasif (qaulan layyinan).
Firaun pun menantang Musa membuktikan kebenaran ajarannya itu dengan diadu melawan tukang sihir Firaun yang jumlahnya banyak sekali. Di satu arena yang sudah disiapkan Firaun, Musa harus menghadapi tukang sihir Firaun yang telah menyiapkan semua trik sihirnya.
Dengan bantuan Allah, Musa berhasil memenangi pertempuran magis dengan tukang sihir Firaun. Raja bengis ini pun marah besar lantaran tukang sihirnya kalah dan di luar dugaan para tukang sihir menyatakan beriman pada ajaran Musa.
Kemarahannya saat itu tidak main-main. Ia seperti kesetanan. Ia mengancam akan memotong tangan dan kaki para mantan tukang sihirnya selang-seling. Mereka juga diancam akan disalib di pangkal pohon kurma. Mendengar ancaman Firaun yang pasti tidak main-main itu, Musa yang tahu karakter kebinatangan Firaun menyeru pengikutnya (termasuk mantan tukang sihir Firaun) untuk melarikan diri.
Firaun ternyata mendengar rencana Musa itu. Ia berikut bala tentaranya pun mengejar Musa bersama pengikutnya hingga ke laut merah. Di laut itu pula, pasukan Firuan berhasil mengepung Musa bersama pengikutnya. Namun, Allah membantu Musa.
Nabi ini diberi bekal tongkat serba guna. Tongkat itu bisa digunakan untuk membelah lautan sehingga pasukannya pun bisa melalui laut merah itu. Setelah berhasil meloloskan diri, Musa memukulkan lagi tongkatnya yang telah membelah lautan. Pukulan kedua ini mengembalikan lagi lautan yang terbelah menjadi lautan lagi. Padahal, saat itu pasukan Firaun sedang mengikutinya melalui lautan yang terbelah itu.
Apa yang terjadi? Sudah bisa diduga, Firaun beserta pasukannya tenggelam. Tenggelamnya Firaun ini mengakhiri kesombongannya yang terlalu percaya diri bahwa kemampuan yang dimilikinya adalah atas kuasa dirinya.
Ia ditenggelamkan Tuhan, meski sempat mengakui keberadaan Tuhan Musa. Tetapi, Tuhan tidak memercayai keimanannya itu ketika nyawa sudah ada di tenggorokan. Inilah akhir hidup manusia yang tidak berhasil melalui masalah kekayaan dan kekuasaan yang dipunyainya.
- ADDAI Akan Anugerahkan Sejumlah Penghargaan Bergengsi untuk Dai dan Program Dakwah di TV - 18 November 2023
- Pengumuman Kelulusan Sertifikasi Dai Moderat ADDAI Batch 3 - 2 September 2023
- ADDAI Gelar Global Talk Perdana, Bahas Wajah Islam di Asia Tenggara - 7 Oktober 2022