Menu Tutup

Jangan Olok-olok NU setelah Ahok Kalah

DatDut.Com – Gara-gara Ahok kalah, ada orang-orang tertentu yang dengan sembrono mengolok-olok dan membully NU. Seolah NU sebagai organisasi mendukung Ahok pada Pilkada DKI yang super spektakuler itu.

Padahal, faktanya PWNU DKI Jakarta melalui Rais Syuriahnya K.H. Mahfudz Asirun secara penuh mendukung Anies-Sandi (Tempo, 16 April). Rais Syuriah PBNU K.H. Ma’ruf Amin dan Wakilnya K.H. Miftahul Akhyar juga secara terbuka menolak si terdakwa penista dan bahkan tidak setuju adanya orang-orang tertentu di tubuh PBNU yang memberi dukungan terbuka terhadap Ahok.

Oleh karenanya, Kalau Anda tidak suka dengan orang-orang yang membawa-bawa NU untuk mendukung terdakwa penista, itu hak Anda. Tapi jangan NU-nya yang Anda olok-olok. NU terlalu mulia untuk ikut mendukung dan pasti mayoritas warga NU tidak akan rela.

Kalau ada pribadi-pribadi tertentu yang membawa-bawa bendera atau nama NU untuk mendukung Ahok, itu tanggung jawab pribadinya masing-masing. NU secara organisasi tidak pernah menyatakan dukungan terhadap Ahok. Apalagi arus bawah NU terutama yang di DKI sama sekali tidak mendukung Ahok.

Pernyataan Pak Mahfud MD di acara ILC 25 April 2017 semakin menguatkan bahwa warga NU terutama  yang di DKI tidak memilih Ahok dan berada di garis yang sama dengan Habib Rizieq. Apalagi saat aksi-aksi bela Islam, PWNU DKI selalu berkontribusi dengan membuka posko untuk logistik para peserta aksi.

Saya pribadi sebagai warga NU yang tinggal dan ber-KTP DKI menyaksikan dan mendengarkan langsung ribuan atau bahkan ratusan ribu warga Nahdliyin di DKI yang ikut serta dalam aksi-aksi bela Islam dan tak pernah sudi mendukung Ahok. Di masjid-masjid NU di DKI, penolakan warga Nahdliyin terhadap Ahok itu terasa sekali baik di dalam pengajian maupun khotbah.

Nah, orang-orang NU yang selama ini diberitakan memberi dukungan pada Ahok, faktanya tidak punya pengaruh apa-apa di arus bawah NU, terutama di DKI. Suara mereka tidak didengar. Dukungan mereka tidak berimbas apa-apa. Toh, suara Ahok malah semakin turun di putaran kedua. Kekalahannya pun telak dan pasti amat menyakitkan.

Dalam konteks inilah, biarlah kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi siapapun yang menyeret-nyeret NU untuk memenuhi ambisi dan keuntungan pribadi, tanpa mempedulikan suara Nahdliyin arus bawah. Dan, semestinya orang-orang itu perlu dimintai pertanggungjawaban, agar menjadi ibrah bagi generasi NU di masa mendatang.

Kepada orang-orang itu, tolong kembalikan NU pada khittahnya. NU lahir bukan untuk nunut urip (numpang hidup). Jangan mencari makan di NU dan menjual NU dengan sangat murah, apalagi untuk keuntungan pribadi dan segelintir orang, lalu mengabaikan mayoritas warga Nahdliyin yang justru menanggung olok-olok dari mereka yang tak suka.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *