Menu Tutup

Jangan Bangga Jadi Santri Bila Belum Bisa Berbuat untuk Umat dan Bangsa Ini

DatDut.Com – Hari Santri baru saja berlalu. Mulai dari sabang, hingga merauke. Dan, tak luput juga dari yang perkotaan, sampai pedalaman ikut merayakan hari ini. Hari Santri Nasional yang masih seumur “jagung” ini amat sangat disambut, dan juga hangat diapresiasi oleh berbagai kalangan. Mulai dari santrinya sendiri (pastinya), hingga para jajaran ulama yang keadaanya sebagai mudir pesantren.

Hari Santri untuk pertama kalinya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo mulai dari tahun lalu, dan merupakan wujud kekinian resolusi jihad Nahdlatul Ulama. Sebuah hari yang dikeramatkan  untuk para santri di seluruh Indonesia. Mengingat, perjuangan umat Islam di negara ini sangat besar. Terutama jasa para santri yang tak terhitung jika mau dihitung.

Sayangnya, akan menjadi sebuah “beban” bagi para santri di negeri ini. Dikatakan sebuah beban, karena hari yang di“wariskan untuk suatu objek pastinya ada asbab dan alasannya. Contohnya, tanggal 28 oktober menjadi Hari Sumpah Pemuda karena pada hari itulah sumpah pemuda di rancangkan. Lalu, bagaimana dengan Hari Santri? Pasti ada muasalnya.

Adanya Hari Santri ini, karena tanggal 22 Oktober 1947 Hadroatussyaikh membuat resolusi jihad untuk melawan londo. Betapa hebatnya santri dahulu, karena berani menumpahkan darahnya sekalipun. Agar damai tetap tumbuh di Nusantara ini.

Lalu, apa kabarnya santri sekarang? Masihkah berdarah seperti dahulu, atau kini jauh menurun? Tak ada yang tahu pasti. Karena, kini stigma di masyarakat banyak yang aneh, lucu, bahkan buruk untuk para santri kini. Tidak semua, tapi hanya sebagian. Contoh, anak yang dimasukan ke pesantren adalah anak bandel, yang biasanya tak menuruti perintah orangtua.

Melihat satu contoh itu, ada baiknya dijadikan refleksi untuk kini. Tidak hanya masa sekarang, tapi masa yang akan datang. Santri harus lebih maju, dan tentunya lebih bermanfaat untuk negeri ini. Menjadi panutan dan public figure yang pantas dijadikan tolok ukur. Contohlah Gus Dur, Cak Nur dkk. beberapa santri yang namanya masih terdengar hangat, walau sudah lama wafat.

Mengapa bisa begitu? Sekali lagi, karena jasa dan kontribusinya. Maka, jadilah santri yang bermartabat. Yang bisa melanjutkan warisan perjuangan santri dulu. Karena, tanpa disadari gelar santri adalah tanggung jawab besar.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *