Menu Tutup

Ini Sindiran dan Kode Keras dari Nabi untuk Para Jomblo

DatDut.Com – Dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Dua rakaat yang dilakukan mereka yang sudah menikah lebih utama berbanding 70 derajat daripada dua rakaat yang dilakukan mereka yang jomblo.”

Meskipun hadis ini kualitasnya daif, tapi substansinya perlu juga jadi pertimbangan bagi para jomblowan dan jomblowati. Apalagi kedhaifannya bukan karena periwayat hadis itu diketahui sebagai pendusta atau pemalsu hadis.

Kalau memperhatikan substansi hadis itu, kita akan merasa Nabi seperti sedang menyindir orang-orang yang betah menjomblo. Intinya, tidak ada untungnya menjadi jomblo. Sampai-sampai dalam ibadah saja dia kalah jauh dari yang sudah berpasangan.

Bayangin bedanya 70 derajat.  Itu pun kalau masing-masing sama-sama salat sendiri atau sama-sama salat jamaah. Ingat! Keutamaan salat berjamaah. Selisihnya kan 27 derajat. Masih tetap menang kan yang sudah menikah.

Nah, kalau pun yang jomblo jamaah dan yang sudah menikah tidak, itu saja yang menikah masih menang banyak. Coba hitung 70-27. Masih menang 43 derajat. Apalagi kalau yang sudah menikah berjamah dan yang jomblo tidak. Tinggal dikalikan saja 70 x 27. Total 1890 derajat.

Nah, Islam tidak cuma menuntut untuk menikah. Tapi juga memahami dan mengajarkan bagaimana cara memilih yang baik. Ada kriteria dan alasan memilih pasangan hidup yang bisa ditemukan di Alquran dan hadis.

Kalau kriteria cari suami, ternyata ketemunya di Alquran. Lihat surah al-Qashash, 26. Ini penting dicamkan baik-baik oleh kaum jomblowati.

Ada dua kata kunci di ayat itu yang menjelaskan kriteria seperti apa suami terbaik. Yang pertama, “qawi”. Dia kuat, mapan, dan matang. Kuat kepribadiannya, mapan ekonominya, dan matang psikologinya. Kedua, “amin”. Dia harus bisa dipercaya, amanah, bertanggung jawab, setia, memberi rasa aman dan nyaman.

Nah, kalau kriteria cari istri justru ketemunya di hadis Nabi, riwayat Abu Hurairah. Hadisnya populer. Ada empat kriteria yang bisa dijadikan alasan untuk memilih calon istri: harta, nasab, kecantikan, dan pengamalan agamanya.

Kalau sudah tahu, sekarang waktunya untuk mencari yang sesuai kriteria di atas dan jangan lupa mengukur diri. Saya ulang: mengukur diri. Inilah yang dalam istilah fikih disebut kufu (sepadan). Jangan sampai pungguk merindukan bulan.

Mengapa? Karena kalau tidak sekufu, itu biasanya makan hati. Hati salah satunya atau dua-duanya. Ya kecuali kalau hatinya terbuat dari baja. Pasti nggak enak hatinya dimakan.

Satu lagi, jangan sibuk mencari tanggal, apalagi tanggal cantik. Yang terpenting justru nyari calonnya. Calon yang mau diajak nikah, maksudnya! (Maaf kalau terlalu diperjelas. Piss).

Meskipun tanggal 7-7-17 sudah lewat dan dilebay-lebaykan sebagai “hari patah hati nasional”, ingatlah wahai para jomblo syar’i, kelanggengan pernikahan bukan tergantung pada tanggal pernikahan!

Toh masih ada tanggal 17-7-17. Nanti juga akan ada momen 17-17-17. Coba bandingkan, mana yang lebih cantik nomernya?! Ini sih lebih mahal kalau nomer kartu perdana. Intinya kalau mau nyari tanggal cantik, tanya ke tukang jual kartu perdana.

Ingat! Itu jelas bidah terbesar dalam pernikahan. Tapi bagi para jomblo, yang penting bukan soal bidah atau tidak. Yang terpenting, masih ada waktu untuk terus mencari. Jangan bosan mencari, meskipun pasti sudah bosen dan ngelus dada terus-terusan ditanya, “Kapan nikah?”

Baca Juga:

1 Comment

  1. Ali Nuri

    Sy berterimakasih utk point tentang kriteria lelaki yg baik menurut Al Qur’an. Itu mengingatkan saya agar jadi spt itu. Tetap postinglah seperti ini, praktis dan berguna utk masyarakat. Jangan terlalu banyak posting pertengkaran, perdebatan, caci maki, dkk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *