Menu Tutup

Ini 5 Sahabat dan Tabiin yang Lakukan Kreasi dalam Doa dan Salawat, Masih Anggap Bidah?!

DatDut.Com – Salawat Allah atas Rasulullah bermakna curahan rahmat dan ampunan. Salawat para malaikat artinya adalah permohonan ampun. Demikian sebagian makna yang dinukil Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibn Katsir atas surah al-Ahzab ayat 56. Adapun salawat kita kepada Nabi juga berarti doa agar Allah Swt. mencurahkan rahmat-Nya kepada beliau. Sebagai doa, maka redaksinya tidak harus selalu dari Rasulullah. Kita bebas berkreasi dalam menyusun doa. Nabi pun tidak melarang seseorang berdoa dengan susunan kata-katanya sendiri.

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw.  pernah bertemu dengan laki-laki a’rabi (pedalaman) yang sedang berdoa dalam salatnya dan berkata:

Wahai Tuhan yang tidak terlihat oleh mata, tidak dipengaruhi oleh keraguan, tidak dapat diterangkan oleh para pembicara, tidak diubah oleh perjalanan waktu dan tidak oleh malapetaka; Tuhan yang mengetahui bobot gunung, takaran lautan, jumlah tetesan air hujan, jumlah daun-daun pepohonan, jumlah segala apa yang ada di bawah gelaapnya malam dan terangnya siang. Satu langit dan satu bumi tidak menghalanginya ke langit dan bumi yang lain, lautan tidak dapat menyembunyikan dasarnya, gunung tidak dapat menyembunyikan isinya. Jadikanlah akhir umurku adalah saat terbaiknya, amal terbaikku sebagai pamungkasnya, dan hari terbaikku adalah saat aku bertemu dengan-Mu.

Ketika a’rabi usai berdoa, Nabi Saw. memanggilnya dan memberi hadiah berupa emas. Beliau lalu berkata, “Aku memberimu emas itu karena doamu yang bagus,” (HR At-Thabrani dengan sanad sahih).

Apakah Nabi menegur orang itu karena berdoa dengan doa yang belum pernah beliau ajarkan? Tidak. Akan tetapi Nabi Saw. justru memuji dan memberinya hadiah. Terkait gubahan redaksi salawat, ternyata banyak sahabat dan ulama salaf telah menyusun salawat versi mereka sendiri dan tak seorang pun yang memprotes hal itu. Sebagai contoh, berikut ini 5 redaksi salawat versi sahabat dan ulama salaf:

1. Salawat Abdullah Ibnu Mas’ud

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Apabila kalian bersalawat kepada Rasulullah Saw., maka buatlah redaksi salawat yang bagus. Siapa tahu salawat kalian itu dihaturkan kepadanya.”

Murid-murid Abdullah bin Mas’ud pun bertanya, “Ajari kami cara salawat yang bagus kepada beliau.” Abdullah bin Mas’ud mengajari salawat berikut pada mereka:

Ya Allah jadikanlah segala salawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau posisi terpuji yang menjadi harapan orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian.

Hadis sahih ini diriwayatkan oleh Ibn Majah (906), Abdurrazzaq (3109), Abu Ya’la (5267), al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir (9/115), dan Ismail al-Qadhi dalam Fadhl al-Salat (h. 59). Dalam salawat ini kita temukan pula contoh penyematan kata sayyid kepada Rasulullah.

2. Salawat Abdullah bin Abbas

Ibn Abbas r.a. membaca salawat kepada Nabi Saw. dengan redaksi berikut ini:

Ya Allah, kabulkanlah syafaat Muhammad yang agung, tinggikanlah derajatnya yang luhur, dan berilah permohonanya di dunia dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa.

Hadis ini diriwayatkan oleh Abd bin Humaid dalam al-Musnad, Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (3104), dan Ismail al-Qadhi dalam Fahdl al-Salah ‘ala al-Nabi (hal 52). Hadis ini juga disebutkan oleh Ibn al-Qayyim dalam Jala’ al-Afham (hal 76), Al-Hafizh al- Sakhawi mengatakan dalam al-Qaul al-Badi’ (hal. 46), sanad hadis ini sahih.

3. Salawat Ali bin Abu Thalib

Salamah al-Kindi berkata, “Ali bin Abi Thalib Ra. mengajari kami cara bersalawat kepada Nabi Saw. sebagai berikut:

Ya Allah, pencipta bumi yang menghampar, pencipta langit yang tingi, dan penuntun hati yang celaka dan yang bahagia pada ketetapanya. jadikanlah salawat-Mu yang mulia, berkah-Mu yang tidak terbatas dan kasih sayang-Mu yang lembut pada Muhammad, hamba dan utusan-Mu, pembuka segala hal yang tertutup, pamungkas yang terdahulu, penolong agama yang benar dengan kebenaran, dan penakluk bala tentara kebatilan seperti yang dibebankan padanya, sehingga ia bangkit membawa perintah-Mu dengan tunduk kepada-Mu, siap menjalankan ridha-Mu, tanpa gentar dalam semangat dan tanpa kelemahan dalam kemauan, sang penjaga wahyu-Mu, pemelihara janji-Mu, dan pelaksana perintah-Mu, sehingga ia nyalakan cahaya kebenaran pada yang mencarinya, jalan-jalan nikmat Allah terus mengalir pada ahlinya.

Dengan Muhammad, hati yang tersesat memperoleh petunjuk setelah menyelami kekufuran dan kemaksiatan.  Ia telah memperindah rambu-rambu yang terang, hukum-hukum yang bercahaya, dan cahaya-cahaya Islam yang menerangi.

Dialah orang yang jujur, dipercayai oleh-Mu dan penyimpan ilmu-Mu yang tersembunyi. Saksi-Mu di Hari Kiamat, utusan-Mu yang membawa nikmat, Rasul-Mu yang membawa rahmat dengan kebenaran.

Ya Allah, luaskanlah surga-Mu baginya. Balaslah dengan kebaikan yang berlipat ganda dari anugerah-Mu baginya. Yaitu kelipatan yang mudah dan bersih, dari pahala-Mu yang dapat diraih dan anugerah-Mu yang agung dan tidak pernah terputus.

Ya Allah, berilah ia derajat tertinggi di antara manusia. Muliakanlah tempat tinggal dan jamuannya di surga-Mu. Sempurnakanlah cahayanya. Balaslah jasanya sebagai utusan-Mu dengan kesaksian yang diterima, ucapan yang diridhai, pemilik ucapan yang lurus, jalan pemisah antara yang benar dan yang bathil dan hujah yang kuat.”

Panjang banget salawatnya ya. Hehe. Hadis ini diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur, Ibn Jarir dalam Tahdzib al-Atsar, al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath dan lain-lain. Menurut al-Hafizh Ibn Katsir, redaksi salawat ini populer dari Ali bin Abi Thalib.

4. Salawat Imam Syafi’i

Abdullah bin al-Hakam mimpi bertemu Imam Syafi’i setelah beliau meninggal. Ia bertanya, “Bagaimana perlakuan Allah kepadamu?” Imam Syafi’i menjawab, “Allah mengasihiku dan mengampuniku. Lalu aku bertanya kepada Allah, ‘Dengan apa aku memperoleh derajat ini?’ Lalu ada yang menjawab, ‘Dengan salawat yang kamu tulis dalam kitab al-Risalah sebagai berikut:

Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada Muhammad sejumlah ingatan orang-orang yang berdzikir kepada-Nya dan sejumlah kelalaian orang-orang yang lalai kepada-Nya.

Pagi harinya Abdullah bin al-Hakam melihat kitab al-Risalah, ternyata salawat tersebut ada tercantum di kita tersebut sebagaimana dalam mimpinya. Kisah ini diriwayatkan oleh banyak ulama seperti al-Hafizh al-Sakhawi dalam al-Qaul al-Badi’ (h. 254), juga Ibn al-Qayyim dalam Jala’ al-Afham (h. 230).

5. Salawat ‘Alqamah an-Nakha’i (Tabiin)

Saat Alqamah an-Nakh’i ditanya tentang bacaan ketika masuk masjid, beliau menjawab, “Engkau ucapkan ‘Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya, dan malaikat mohonkan rahmat, atas Nabi Muhammad. Salam dan rahmat Allah atasmu wahai Nabi.

Salawat ini dimuat dalam kitab Jala’ al-Afham di bagian hadis mursal dan mauquf (h.75). Wa akhiran, doa dan salawat yang diajarkan Rasulullah memang lebih utama, namun bukan berarti rangkaian salawat yang dikreasikan ulama itu salah dan bidah yang sesat.

nasrudin maimun

Kontributor : Nasrudin | Penggemar martabak dan bakso

FB: Nasrudin El-Maimun

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *