Menu Tutup

Ini 5 Penjelasan Soal Hukuman Mati Tokoh Syiah di Arab Saudi

DatDut.Com – Kedutaan Besar Arab Saudi untuk Iran yang bertempat di Teheran dibom oleh beberapa kelompok radikal Syiah di Iran, seperti dikabarkan Arabiya.net pada (02/01/16). Kejadian tersebut terjadi pada Sabtu sore waktu setempat. Tindakan radikal ini merupakan respons atas tindakan eksekusi mati yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi atas 47 teroris. Salah satu tokoh Syiah radikal, Syekh Nimr Baqir al-Nimr, masuk dalam daftar teroris yang dihukum mati.

Isu ini menuai banyak kontriversi di kalangan masyarakat Indonesia. Untuk menengahi pandangan yang pro-Iran (Syiah) atau pro-Arab Saudi (Wahabi), Sumanto Al-Qurtuby, Antropolog asal Indonesia yang menjabat sebagai Profesor di Fahd of Petreleum University, Riyadh, Saudi Arabi, memberikan pandangannya terkait hukuman mati 47 tokoh yang dianggap teroris oleh Pemerintah Arab Saudi, seperti dikutip dari laman Facebooknya. Berikut 5 uraiannya:

1. Syekh Nimr Baqir dan Faris Al-Shuwail

Menurut Sumanto, di antara 47 orang yang dieksekusi mati adalah Syekh Nimr Baqir al-Nimr dan Faris Al-Shuwail. Syekh Nimr itu tokoh “sayap radikal” Syiah. Sementara Faris al-Shuwail adalah gembong Al-Qaeda di Arab Saudi. Menurutnya, sebagian besar mereka dihukum karena kasus “terorisme domestik” yang menimpa Arab Saudi sejak beberapa tahun silam.

“Hukuman terhadap ‘kelompok teroris’ ini semakin gencar sejak Kementerian Dalam Negeri dipimpin oleh Putra Mahkota, Muhammad bin Nayef yang ‘digadang-gadang’ oleh Amerika dan warga Arab Saudi sebagai pemimpin masa depan,” tulis pria kelahiran Batang, Jawa Tengah ini.

2. Arab Saudi Tidak Kompromi Tindakan Terorisme

Menurut pria yang pernah menimba ilmu di IAIN (UIN) Walisongo ini, Kerajaan Arab Saudi tidak pernah kompromi terhadap aneka gerakan dan aksi-aksi terorisme dan ekstremisme siapa pun pelakunya, baik Wahabi, Syiah, Sunni, Ikhwan, Al-Qaedah, ISIS, dan lain sebagainya. Hal itu, menurutnya, karena akan mengganggu dan mengancam stabilitas sosial-politik, ekonomi, dan keamanan negara dan masyarakat.

Banyak para tokoh “Wahabi atau Ikhwan radikal” yang dipenjara dan dieksekusi karena terlibat berbagai kasus kekerasan domestik seperti yang menimpa Juhayman al-Utaibi yang pernah “mengkudeta” Mekah.

3. Eksekusi Syekh Nimr Bukan karena Kesyiahannya

Pria kelahiran 1975 ini, menegaskan bahwa eksekusi terhadap Syekh Nimr al-Nimr bukan karena kapasitasnya sebagai tokoh Syiah, tapi karena keterlibatannya dalam berbagai upaya makar, separatisme, dan sektarianisme terhadap Pemerintah Arab Saudi.

Menurutnya, sejak Revolusi Iran 1979, dan diperkuat sejak tumbangnya “rezim Sunni” Saddam Hussein Irak, para tokoh Syiah Arab Saudi terbelah, ada yang “pro-Iran”, ada yang pro-Arab Saudi. Syekh Nimr, menurut Sumanto, adalah salah satu klerik (rohaniawan, red.) yang dianggap sebagai “perpanjangan tangan politik Iran” yang paling gencar dalam melakukan aksi-aksi resistensi terhadap Dinasti Saud.

4. Banyak Tokoh Syiah Moderat di Arab Saudi

Menurut Sumanto, tidak semua tokoh dan masyarakat Syiah mendukung tindakan-tindakan yang dilakukan Syekh Nimr. “Ada banyak tokoh Syiah Arab Saudi, seperti Syekh Hassan Al-Saffar, Syekh Jafar Al-Shayeb, Sayid Hasyim al-Salman, dan lain sebagainya, yang menentang tindakan-tindakan Syekh Nimr karena dianggap tidak ‘strategis’ dan merugikan warga Syiah Arab Saudi.”

“Banyak para tokoh Syiah Arab Saudi yang lebih memilih ‘jalan damai’ dan bergabung di Dialog Nasional yang diprakarsai oleh mendiang Raja Abdullah yang dikenal sangat moderat dan toleran terhadap kaum Syiah,” imbuhnya tertulis.

5. Masyarakat Indonesia Jangan Terbawa Arus

Dalam catatatan akhirnya di Facebook, Sumanto mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak merespons secara berlebihan terhadap kasus eksekusi mati yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi.

“Teman-teman di Indonesia tadak usah ‘overdosis’ dalam menanggapi kasus eksekusi terhadap Nimr al-Nimr ini. Saya lihat kubu liberal mengkritik keras eksekusi terhadap tokoh ini sambil mewacanakan tentang diskriminasi HAM Syiah tanpa melihat posisi dan aksi-aksi kubu Syiah yang moderat dan pro-Saudi. Sementara kubu radikal melihat fenomena ini sebagai momentum untuk mengganyang Syiah di Indonesia tanpa melihat alasan-alasan eksekusi dan peta geopolitik di Arab Saudi dan Timur Tengah. Mereka tidak melihat bahwa eksekusi itu bukan lantaran Nimr al-Nimr itu pengikut Syiah yang sesat tapi karena keterlibatannya sebagai spion dan pion Iran di Arab Saudi. Kedua kubu sama-sama melakukan “korupsi fakta” untuk kepentingan masing,” pungkas Sumanto menengahi.

harisPenulis : Ibnu Kharish | Penulis Tetap Datdut.com

Fb : Ibnu Harish


Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *