DatDut.Com – Muhammadiyah secara tegas membolehkan tahlil, sebagaimana dikutip dari Fatwatarjih.com. Namun, tahlil yang dimaksud dalam situs Fatwatarjih tersebut tidak sama seperti yang dilakukan masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) pada umumnya.
Muhammadiyah menolak upacara tahlil yang dilaksanakan berdasarkan durasi waktu tertentu, seperti tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari dan seterusnya. Menurut mereka upacara semacam itu sisa-sisa budaya animisme, dinamisme, serta peninggalan ajaran Hindu yang sudah mengakar.
Selain itu, upacara tahlil ini tidak jarang mengeluarkan biaya yang cukup besar dan itulah mengapa Muhammadiyah melarang upacara tahlil (Baca: Muhammadiyah Larang Upacara Tahlil, Ini 5 Komentar Amien Rais).
Namun demikian, sebagian warga Muhammadiyah bersikap luwes menanggapi tradisi tahlil yang dilakukan mayoritas masyarakat Nahdlatul Ulama. Seperti dikutip dari Muslimoderat.com, Dr. Mujiono Abdillah, MA, Pengurus Majelis Tarjih Muhammadiyah Jawa Tengah, menawarkan 5 paradigma tahlil modern. Berikut uraiannya:
1. Tujuan Tahlil Modern
Menurut Mujiono, tujuan tahlil di antaranya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membaca bacaan-bacaan surah Alquran pilihan.
Selain itu, tujuan tahlil modern juga ditunjukkan untuk mohon ampun pada Allah untuk diri sendiri, keluarga tercinta, baik yang masih hidup maupun telah wafat, dan tentunya penyelenggara acara tahlil. Tahlil ini bukan bertujuan mengirimkan bacaan tahlil untuk arwah tertentu.
Ratusan ayat Alquran menjelaskan tentang anjuran memohon ampun untuk diri sendiri, orangtua, keluarga, dan saudara sesama Muslim. Di antaranya, Allah memerintahkan kita untuk mendoakan kedua orang tua, rabbigfirli wa liwalidayya warhamhuma kama rabbayani shagira. Perintah mendoakan ini berlaku baik saat orang tua masih hidup maupun sudah wafat.
2. Hukum Tahlil Modern
Hukum asal tahlil menurut Mujiono itu mubah. Artinya, seseorang yang membaca tahlil tidak mendapatkan pahala dan juga tidak berdosa.
Menurut kaidah fikih mayoritas mazhab Syafi’i, al-Ashlu fil asya’ al-ibahah, illa ma dalla ad-dalil ‘ala tahrimihi, hukum asal ibadah apapun yang tidak dijelaskan dalam Alquran, Hadis, dan ijma ulama itu mubah, kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
Adakah dalil yang mengharamkan subtansi tahlil? Adakah dalil yang secara spesifik melarang upacara ritual tahlil yang dilakukan dalam durasi waktu tertentu, tiga harian, tujuh harian, empat puluh harian?!
Dalam hal ini, kita dapat menerapkan kaidah fikih tersebut. Selain itu, Alquran juga membenarkan dakwah yang sejalan dengan tradisi masyarakat setempat (Baca: 5 Corak Dakwah Menurut Alquran).
3. Niat Tahlil Modern
Saking pentingnya niat dalam ibadah, Mujiono mencontohkan niat tahlil modern sebagai berikut: “Kita berkumpul dalam majelis ini bermaksud membaca tahlil modern dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tahlil ini diselenggarakan atas permintaan Bapak (sebut nama sahibulhajat) yang mendahului kita hari atau tahun yang lalu. Menurut informasi yang dapat dipertanggung jawabkan, almarhum ataualmarhumah merupakan orang baik (sebut kebaikannya).”
Niat seperti ini agar sesuai dengan Alquran yang menganjurkan kita untuk memohon ampun untuk diri sendiri, orang tua, keluarga dan sesama Muslim. Innamal A’malu binniyat, bukan?
4. Bacaan Tahlil Modern
Bacaan tahlil dengan pemilihan beberapa ayat tertentu, seperti al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan seterusnya memang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Alquran dan Hadis.
Bacaan-bacaan seperti di atas memang hasil kreatifitas ulama. Hal tersebut untuk mempermudah masyarakat membaca-membaca surah, ayat, dan zikiran tertentu.
Kenapa tidak membaca Alquran tiga puluh juz saja sekalian? Nah, dalam berdakwah itu kita juga harus melihat psikologis para jamaah yang hadir. Tidak semua masyarakat mampu membaca Alquran dengan tartil. Karenanya, ayat dan zikiran pilihan tersebut mentradisi sesuai dengan psikologi masyarakat.
5. Doa Tahlil Modern
Terkirimnya doa untuk orang yang sudah wafat yang tahu memang hanya Allah. Kita sebagai manusia yang mampu melihat hanya dengan kasat mata, tentu tidak tahu secara pasti apakah doa tertentu yang kita kirimkan untuk orang yang sudah wafat sampai atau tidak.
Namun demikian, apa salahnya jika doa ini diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Toh, minta lebih dari itu pun Allah Maha Kuasa. Hanya sekedar menerima doa yang dihadiahkan untuk orang yang sudah wafat saja masa Allah pelit? Bukankah Allah berfirman, ud’uni astajib lakum, “Berdoalah, maka doa kalian pasti akan Aku ijabah.” Begitu janji Allah.
Penulis : Ibnu Kharish | Penulis Tetap Datdut.com
Fb : Ibnu Harish
Allhamdulillah, tahlil dpt memperkuat hubgan silaturrahmi, menjalin ukhuwah islamiyah, berbagi bersama, saling kunjung,saling mendoakan, mengajarkan kita utk bersodaqoh (semampunya), krn islam mengajarkan utk berderma tdk hrs menunggu punya dulu, kaya dulu baru mau bersedekah, pdhl sekecil apapun amal Allah akn menampakkan bahkan bs jd dilipatgandakan, Nah klo tahlilan hnya bertumpu pd hidangan yg disuguhkan, mk bs jd memberatkan namun hendaklak kesederhanaan .ini yg hrs diperhatikan..!! ( beramallah walau dlm keadaan lapang maupun sempit).
WARISAN LELUHUR ,AGAMA KEPERCAYAAN NENEK MOYANG (ANEMISME, DINAMISME HINDU DAN BUDHA) OK… OK..!!
Semua itu kita ibaratkn wadah,, (tetap) namun isinya yg diganti,,, sbb dakwah justru lbh kpd hati drpd jasad,, lebih menyentuh qolbu, mk tubuh scr otomatis mengikutinya, namun bila lbh mengutamakan jasadnya, mk blm tentu hati dpt terpaut.. inilah kira” gmbaran sekilas peran seni dakwah org ” salafussholeh terdahulu… Barokallahu fikum