Menu Tutup

Ini 5 Kata Bermakna Kepala Negara dalam Islam

DatDut.Com – Pembicaraan mengenai kosakata bermakna kepala negara dalam Islam selalu menarik perhatian para peneliti. Kepala negara dengan berbagai istilahnya yang terdapat dalam bahasa Arab, menurut Raziq (1925: 106-107) berarti ‘seseorang yang mengatur rakyat dalam satu kesatuan politik, yakni dalam suatu pemerintahan’.

catatanSekurangnya ada lima kata dalam bahasa Arab, terutama yang terdapat dalam Alquran dan Hadis, yang berkaitan dengan kepala negara, yaitu  amirulmukminin, khalifah, imam, sulthan, dan malik. Semua kata itu ternyata sudah masuk sebagai lema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga (2001). Dengan kata lain, semua kosakata terkait kepala negara dalam bahasa Arab telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Memang dalam kamus induk itu tidak terlihat jelas perbedaan dan persamaan antara setiap kosakata tersebut. Padahal, kelimanya memiliki makna dan penggunaan yang khas. Berikut penjelasan 5 kata tersebut:

1. Amirulmukminin

Kata amirulmukminin dalam bahasa Arab merupakan frasa nominal dari dua kata amir ‘pemimpin’ dan al-mukminin ‘orang-orang yang beriman’, yang bila digabungkan bermakna ‘pemimpin orang-orang beriman’. Dalam bahasa Indonesia, kata ini tampaknya dikategorikan sebagai kata majemuk, karena ditulis sambung (KBBI, 2001: 39).

Dalam bahasa Indonesia, amirulmukminin diergunakan sebagai sebutan atau gelar bagi pemimpin umat Islam (seperti khalifah), meskipun dalam bahasa Arab penggunaannya bisa lebih luas lagi, seperti amirulmukminin fil hadis (tokoh dalam bidang Hadis yang paling otoritatif).

2. Khalifah

Kata khalifah berasal dari akar kata kh-l-f, yang bermakna ‘orang yang menggantikan posisi yang lain’. Dalam bahasa Indonesia, selain dipergunakan untuk pemimpin negara, juga dipergunakan untuk mengacu pada manusia secara umum, sebagai hamba Tuhan di muka bumi.

Penggunaan seperti ini juga terjadi dalam bahasa Arab, meskipun penggunaan kata ini lebih luas lagi dalam bahasa Arab, seperti khalifah fil ahl, yang bermakna ‘pelingdung keluarga’.

3. Imam

Kata imam berasal dari akar kata a-m-m. Dalam bahasa Arab, kata imam bermakna ‘seorang yang dijadikan pemimpin oleh orang lain, baik sebagai kepala negara maupun yang lain’ (Anis, dll. 1972: 27). Pemaknaan seperti ini juga tampaknya ditemukan pada penggunaan kata ini dalam bahasa Indonesia, seperti imam salat (KBBI, 2001: 425).

4. Sulthan

Kata sulthan berasal dari akar kata s-l-th. Al-Fayyumi (t.th:285), ahli leksikografi Arab abad ke-8, telah menyatakan bahwa kata sulthan bermakan ‘orang yang berkuasa’. Selain itu, kata ini juga dipergunakan untuk mengacu pada orang, di samping dipergunakan sebagai abstract noun yang berarti ‘kekuasaan’ atau ‘pemerintahan’. Sementara itu, kata ini dalam bahasa Indonesia hanya dimaknai dengan ‘raja’ atau ‘baginda’ (KBBI, 2001: 1100).

5. Malik

Kata malik berasal dari akar kata m-l-k, yang menurut Ibn Zakariya (1994: 996) menunjukkan kekuatan dan vitalitas dalam satu hal. Seseorang disebut malik bila ia bisa mengendalikan kekuasaan dan pengaruhnya terhadap orang banyak (Al-Fayyumi t.th.: 579).

Menurut Al-Ashfahani (1961: 472), kata malik bermakna ‘orang yang memegang otoritas memerintah dan melarang orang banyak’. Kata ini hanya berlaku untuk kepemimpinan terhadap manusia. Dalam bahasa Arab, hanya ada frasa malik an-nas ‘raja manusia’ dan tidak ada frasa malik al-asyya’ ‘raja sesuatu’. Sementara itu, kata ini dalam bahasa Indonesia diberikan arti ‘yang mempunyai’, ‘tuan’, dan ‘raja’ (KBBI, 2001: 706.

Derivasi dan infleksi dari sebagian kata itu juga dikenal dan digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia, seperti kata imamah ‘kepemimpinan’, khilafah ‘kekhalifahan’, dan mulk ‘kerajaan’ yang masing-masing merupakan bentuk mashdar (nomina deverbal) dari kata a-m-m, kh-l-f, dan m-l-k.

Bentuk jamak dari keenam kata yang berkaitan dengan kepala negara tersebut juga dikenal dan digunakan, terutama dalam teks klasik berbahasa Melayu, seperti khulafa ‘para khalifah’, salathin ‘para sultan’, a’immah ‘para imam’, muluk ‘para raja’, dan umara’ ‘para pemimpin’.

Semua kata itu menjadi kosakata pokok dalam pembicaraan tentang kepemimpinan negara dalam Islam. Kosakata bahasa Arab muncul dalam pembicaraan mengenai konsep utama dalam Islam, tentu bukanlah hal kebetulan. Islam yang diwahyukan dalam Bahasa Arab menjadi faktor yang membuat semua itu dimungkinkan.

Menurut Azra dalam pengantar buku yang ditulis Lewis (1994: xx), Alquran dan Hadis sebagai sumber pokok Islam yang menggunakan bahasa Arab telah menjadi sumber dari hampir seluruh idiom, istilah, dan bahkan jargon politik, yang di antaranya berupa gelar yang dipergunakan untuk menyebut seorang kepala negara.

Adopsi idiom, istilah, dan jargon politik Islam yang berbahasa Arab pun tidak bisa dihindarkan lagi oleh masyarakat Islam di luar kawasan Arab. Meskipun harus juga disadari bahwa idiom, istilah, dan jargon itu sebenarnya berkaitan dengan pengalaman umat Muslim di semenanjung Arabia yang tidak harus selaras dengan konsep dasar yang digariskan oleh Alquran dan Hadis. Tidak jarang maknanya sudah bergeser dari makna asal pada saat idiom, istilah, dan jargon itu diperkenalkan.

Sebagai bahasa yang juga banyak dipengaruhi bahasa Arab, karena penutur bahasa Indonesia mayoritas beragama Islam, dapat dimengerti bila jargon-jargon kunci itu turut mempengaruhi khazanah kata di Indonesia. Juga harus disadari bahwa dalam proses penyerapan kosakata tersebut terdapat pergeseran dan pewarnaan lokal dalam nuansa maknanya. Dengan demikian keberadaan kosakata itu justru memperkaya, bukan memiskin kosakata Bahasa Indonesia.

syarif hadeDr. Moch. Syarif Hidayatullah | Founder DatDut.Com
Twitter: @syarifhade

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *