DatDut.Com – Selama ini kita mendengar dan membaca klaim bahwa penemu pesawat terbang pertama adalah Orville dan Wilbur Wright (Wright bersaudara). Memang keduanya merupakan orang pertama yang menerbangkan pesawat bermesin pertama yang lebih berat dari udara dan merupakan awal dari pesawat modern.
Ternyata, sejak ratusan tahun sebelum mereka, ilmuwan muslim telah lebih dulu meneliti dan mencoba berbagai eksperimen untuk terbang seperti burung. Bahkan di antaranya ada yang telah menciptakan model pesawat terbang dengan mesin pendorong sejenis roket.
Tercatat ada 5 ilmuwan Muslim yang mendalami penelitian pesawat terbang sebelum penelitan oleh orang Barat. Berikut ini 5 ilmuwan muslim dalam sejarah pesawat terbang. Tulisan ini diramu dari Majlisdzikrullahpekojan.org, Republika.co.id, dan berbagai sumber lainnya.
1. Armen Firman
Sedikit sekali catatan yang menjelaskan tentang Armen Firman. Mungkin karena memang penemuannya hanya sebatas cikal bakal yang menginspirasi penemuan selanjutnya. Dia adalah seorang ilmuwan muslim yang hidup pada masa kekhalifahan Muhammad Amir bin Abdurrahman di Cordoba, Spanyol.
Uji coba terbangnya dilakukan pada musim gugur tahun 852. Armen terjun melayang dari menara Cordoba menggunakan jubah khusus yang telah dirancangnya. Percobaan terbang melayang itu terhitung berjalan mulus karena jubahnya mampu menahan angin musim gugur. Ia hanya mengalami sedikit cedera.
2. Abul Qasim Abbas ibnu Firnas (810-887 M)
Ilmuwan ini hidup sejaman dengan Armen firman. Sebagian sumber mengatakan bahwa Ibnu Firnas termasuk salah seorang yang menyaksikan percobaan terbang Armen Firman. Ada juga yang menyebutkan bahwa Armen firman adalah nama latin dari Ibnu Firnas.
Namun hal ini dibantah oleh al-Hassani dalam 1001 Inventions: Muslim Heritage in Our World. Lienhard dalam The Engines of Enginuity, menyebutkan bahwa Armen Firman adalah orang yang menginspirasi Abbas bin Firnas untuk terbang.
Pada tahun 875 Masehi Ibnu Firnas menciptakan alat terbangnya yang bernama ornitophter. Pesawat itu tak lain berupa sayap yang terbuat dari sutra dan bulu elang. Percobaan pertamanya dilakukan di menara Masjid Mezquita, Cordoba. Sayangnya, percobaan pertamanya ini tidak berhasil dan ia mengalami beberapa luka.
Setelah memperbaiki rancangan pesawatnya, Ibnu Firnas melakukan percobaan terbangnya yang kedua dari dataran tinggi Jabal al-Rus. Kali ini ia dapat melayang lebih dari 10 menit. Ini adalah prestasi yang mengagumkan pada masa itu.
Bahkan, Mu’min Ibnu Said, seorang penyair yang hidup sezaman dengan Ibnu Firnas mengabadikan aksinya dengan syair indah berikut:
Firnas terbang lebih cepat daripada burung Phoenix
Ketika ia mengenakan bulu-bulu di badannya
Seperti burung manyar
Ibnu Firnas berhasil terbang dan kembali ke tempatnya lepas landas. Namun sayangnya pesawatnya itu tak dilengkapi semacam alat penahan agar bisa mendarat mulus. Ia lupa bahwa burung yang merupakan sumber ide terbang manusia mendarat dengan mendahulukan ekornya.
Ibnu Firnas mengalami cidera tulang punggung parah. Karena cedera itu ia tak mampu meneruskan penelitiannya. Dua belas tahun kemudian Ibnu Firnas meninggal karena cederanya. Nama Ibnu Firnas diabadikan sebagai salah satu nama bandara di Baghdad.
3. Ismail bin Hammad al-Jawhari atau Ismail Cevheri (Wafat 393 H/1003 M)
Al-Jawhari sebenarnya adalah seorang guru bahasa Arab di Nisabur, Khurasan, Iran. Namun ketertarikannya pada pesawat mendorong untuk melakukan penelitian dan merancang alat terbang.
Seperti Ibnu Firnas, al-Jawhari melakukan percobaan dari tempat yang tinggi untuk melayang. Bertempat di menara sebuah masjid di Khurasan, ia menguji terbang pesawatnya pada tahun 1003 M. Sayangnya, percobaan itu gagal. Ia terjatuh saat melakukan percobaan terbang dan meninggal seketika itu.
4. Hezarfen Ahmed Celebi (1609-1640 M)
Hezarfen Ahmet Celebi berasal dari Istanbul. Ia terkenal karena penerbangan pertamanya menggunakan sayap buatan berhasil dengan baik. Percobaan itu dilakukan di hadapan Sultan Murad IV dan warga Istanbul pada tahun 1630.
Ia meluncur dari menara Galata yang tingginya 183 kaki dengan pesawatnya yang berupa rangka-rangka dari kayu dan kulit. Hezarfen berhasil terbang setinggi 150 meter dari permukaan laut menuju Uskudar. Ia menempuh jarak 3.200 meter dan berhasil mendarat dengan mulus.
Peristiwa itu diabadikan oleh Evliya Celebi, sejarawan penulis dan saksi mata, dalam catatan perjalanannya yang bernama Seyahatname yang berarti ‘Buku Perjalanan’.
5. Lagari Hasan Celebi
Ia adalah saudara Hezarfen Ahmet Celebi. Seperti saudaranya, Lagari juga giat melakukan penelitian dan percobaan terkait penerbangan. Lagari Hasan Celebi meneliti penerbangan dengan pesawat bertenaga dorong dari ledakan. Sekarang alat itu kita kenal dengan sebutan roket.
Lagari Hasan celebi memperagakan alat temuannya saat kelahiran putri Sultan Murad IV dari istana Topkapi, Istanbul pada tahun 1633. Ia masuk ke dalam alat semacam kerangkeng yang dihubungkan dengan 7 roket berisi mesiu seberat 300 pon. Sesaat kemudian pesawat bertenaga roket itu meluncur vertikal setinggi kira-kira 300 meter dalam waktu 20 detik.
Ketika bubuk mesiu habis terbakar, ia keluar dari kerangkeng dan mendarat selamat dengan bajunya yang dirancang untuk menjadi semacam parasut. Peristiwa ini merupakan penerbangan vertikal pertama dengan tenaga dorong.
Kalau dalam penerbangan modern kita tahu Wright bersaudara, maka dari kalangan ilmuwan muslim kita punya Celebi bersaudara. Untuk mengenang prestasi Celebi bersaudara, Hezarfen Ahmed Celebi dijadikan nama sebuah bandara di Turki.
Kreativitas kelima ilmuwan muslim tersebut mudah-mudahan menginspirasi para pemuda muslim saat ini. Memang gagasan mereka tidak secanggih pesawat terbang yang kita saksikan pada saat ini. Namun, pada masa mereka menggagas kreativitasnya tersebut, itu sangat luar biasa, membuat kagum masyarakat setempat pada waktu itu, dan dapat dikatakan sekelas membuat pesawat terbang dalam konteks saat ini.
- Pengumuman Kelulusan Sertifikasi Dai Moderat ADDAI Batch 3 - 2 September 2023
- ADDAI Akan Anugerahkan Sejumlah Penghargaan Bergengsi untuk Dai dan Stasiun TV - 18 November 2022
- ADDAI Gelar Global Talk Perdana, Bahas Wajah Islam di Asia Tenggara - 7 Oktober 2022
bagus