Menu Tutup

Ingin Ilmu Berkah? Lakukan 5 Hal Ini, Salah Satunya Hormati Guru!

DatDut.Com – Jasa yang paling besar adalah apabila seseorang dapat berbagi manfaat bagi sesamanya. Inilah salah satu kriteria ilmu yang berkah. Ilmu yang dapat memberikan manfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain di sekelilingnya.

Sejatinya ilmu yang berkah adalah bertambahnya kebaikan bagi dirinya apabila ia mengamalkan ilmu yang diperolehnya. Kalau ingin ilmu yang kamu peroleh menjadi berkah, lakukan 5 hal berikut ini:

[nextpage title=”1. Ikhlas dan Tawadu”]

1. Ikhlas dan Tawadu

Keikhlasan dan ketulusan adalah kunci utama dalam menuntut ilmu. Sebab keikhlasan adalah permata putih, bersih yang tiada noda sedikit pun yang ingin dipersembahkan hanya untuk-Nya. Kemurnian hati dan niat yang suci adalah kunci mendasar dalam menggali kedalaman ilmu-Nya, menyelami samudera hikmah dan manfaatnya.

Oleh karena ilmu-Nya sangatlah luas, sementara kemampuan manusia terbatas, maka bertawadulah kepada-Nya. Sebab tiada yang dapat memampukan seseorang untuk menerima keluasan ilmu-Nya kecuali berkat agungnya Kuasa dan kebijaksanaan-Nya.

[nextpage title=”2. Hormati Guru”]

2. Hormati Guru

Etika saat ini sangatlah mahal harganya. Hampir jarang sekali kita temui murid atau siswa yang benar-benar menaruh takzim (rasa hormat) kepada gurunya saat ini.

Pernah diceritakan oleh Syaikh Burhanuddin pengarang kitab al-Hidayah bahwa suatu ketika ada seorang pembesar dari Bukhara sedang duduk dalam suatu majlis ilmu. Tiba-tiba ia berdiri secara spontan. Lantas teman-temannya bertanya perihal mengapa ia berdiri dengan spontan.

Lalu ia menjawab, “Aku tadi melihat anak dari guruku sedang bermain bersama teman-tamannya di halaman. Aku pun berdiri untuk menghormati guruku.” Sungguh luar biasa perghormatan dan rasa takzim para penuntut ilmu terdahulu.

Karenanya, hormatilah gurumu, maka Tuhan akan memposisikanmu dalam kedudukan terhormat pula. Muliakanlah gurumu, maka Tuhan akan memuliakanmu dengan cinta-kasih-Nya.

[nextpage title=”3. Menjaga dan Memanfaatkan Waktu”]

3. Menjaga dan Memanfaatkan Waktu

Salah satu ciri pembelajar sejati adalah bagaimana ia memanfaatkan waktu. Ketika dalam masa studi, maka manfaatkan waktu luangmu untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya.

Karenanya, tidak waktu yang terbuang sia-sia. Tidak ada waktu luang yang berlalu begitu saja. Setiap menitnya dimanfaatkan untuk hal-hal posisi. Setiap jamnya digunakan untuk mendidikan diri menjadi pembelajar sejati.

Coba perhatikan bagaimana para ulama terdahulu benar-benar mengelola waktunya. Imam Malik misalnya beliau adalah ulama besar yang lahir di kota Madinah pada 711 M. Beliau selalu menyedikitkan waktu tidur untuk dipergunakan belajar dan mencari ilmu pengetahuan.

Seorang ulama fikih bernama Ibnul Qosim mengisahkan bahwa dirinya sering menemui Imam Malik sebelum fajar dan waktu sahur. Beliau tidak tidur, tetapi terus belajar.

Hal yang kurang lebih sama juga bisa ditemui dari Imam Syafi’i. Dari keseluruhan waktu 24 jam setiap harinya, Imam Syafi’i membagi sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk salat malam, dan sepertiga ketiga untuk tidur.

Sehingga, Imam Syafi’i memiliki waktu tidur normal, yakni 8 jam setiap hari. Selebihnya, 8 jam berturut-turut dipergunakan untuk beribadah dan belajar.

[nextpage title=”4. Bersungguh-sungguhlah dan Bersabarlah”]

4. Bersungguh-sungguhlah dan Bersabarlah

Kesabaran juga pilar utama dalam meraih ilmu yang manfaat dan berkah. Kesabaran membuka pintu kesulitan menuju kemudahan dan kegemilangan.

Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari, misalnya, pernah melakukan perjalanan (rihlah untuk menuntut ilmu) ketika usianya baru dua belas tahun. Ayahnya mengizinkannya untuk pergi selama hidupnya. Ayahnya hanya mengirimkan sesuatu sebagai bekal untuk belajar.

Ibnu Jarir bercerita, pernah terjadi keterlambatan (kiriman) nafkah dari orangtua saya, sehingga saya terpaksa merobek kedua kantong jubah saya dan menjualnya  (untuk biaya belajar).

Berbeda pula dengan Imam Malik yang karena ketidakmampuannya secara ekonimi, Imam Malik berupaya menuntut ilmu hingga menghabiskan atap rumahnya karena kayunya dijual.

[nextpage title=”5. Sebarkan dan Ajarkan”]

5. Sebarkan dan Ajarkan

Setelah ilmu diperoleh maka amalkanlah. Setelah ilmu didapat maka ajarkanlah. Sebanyak mungkin kamu tebarkan benih-benih manfaat melalui ilmu yang kamu ajarkan kepada orang lain.

Sebab semakin kamu berikan, maka ilmumu akan bertambah. Bertambah kabaikannya dan kemanfaatan yang kamu rasakan. Sebab, sebaik-baik kamu adalah yang mengamalkan ilmunya. Mulailah dari hal yang kecil yang dapat kamu berikan. Sekalipun sedikit pada akhirnya akan berbuah menjadi besar apabila didasari dengan keikhlasan dan ketulusan.

Baca Juga:

1 Comment

  1. Lintang Fajar

    Pak saya mau tanya, apakah prinsip tersebut berlaku untuk ilmu yang bersifat keduniawian. Soalnya kebanyakan pembahasan selalu menitikberatkan keberkahan ilmu dengan pencarian ilmu agama. Sementara di era sekarang, konsep pencarian keberkahan seolah tidak pernah berinovasi. Bagaimana sebaiknya menjadi manusia millenial biasa tapi hidup tetap penuh berkah ?
    Terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *