Menu Tutup

Terkait Hubungan Bos-Pekerja, ini 5 Pesan Rasulullah tentang Cara Memperlakukan Bawahan dengan Baik

DatDut.Com – Mei identik dengan Hari Buruh, yang selalu ditandai dengan demonstrasi atau aksi para buruh yang menuntut peningkatan kesejahteraan mereka. Entah itu tentang kesesuaian upah, jam kerja hingga sistem ikatan kerja yang berlaku. Mungkin menurut yang dirasakan kalangan buruh, apa yang diberikan sebagai imbalan keringat mereka belum cukup pantas.

Dalam Islam, pekerja atau buruh juga mendapat perhatian khusus dari Rasulullah Saw. Dalam sejarahnya banyak hadis-hadis yang mengajurkan agar umat Islam bersikap baik terhadap para budak, pembantu maupun buruhnya.

Budak jelas tidak sama dengan pekerja atau buruh. Karena budak adalah setingkat harta benda milik majikan. Sedangkan pekerja, buruh, pembantu zaman sekarang adalah orang merdeka yang dalam ikatan kontrak kerja. Kalau terhadap budak yang jelas-jelas berada dalam kasta sosial terendah saja Rasulullah berpesan untuk berbuat baik, tentu pekerja dan buruh lebih pantas lagi menerima perlakuan sebaik-baiknya.

Sebagian hadis berikut ini adalah ajaran Rasulullah tentang berbuat baik dan hubungan dengan budak. Namun layak diterapkan kepada para pekerja, buruh, pembantu karena mereka lebih terhormat ketimbang budak. Para pengusaha Muslim hendaknya memperhatikan 5 pesan Rasulullah tentang berbuat baik terhadap pekerja sebagai berikut:

[nextpage title=”1. Berikan Upah Secepatnya”]

1. Berikan Upah Secepatnya

Dalam hadis riwayat Ibnu Majah, Rasulullah sampai mengibaratkan pemberian upah atau gaji tepat waktu dengan ungkapan “sebelum keringatnya kering”. Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah Saw. bersada, “Berikanlah upah pada pekerja sebelum keringatnya kering,” (HR Ibnu Majah, 2/817).

[nextpage title=”2. Jangan Menzalimi Upah”]

2. Jangan Menzalimi Upah

Allah Swt. mengancam orang yang mempekerjakan buruh tetapi kemudian tidak memenuhi kewajibannya membayar upah. Dalam sebuah hadis Qudsi, dari Abu Hurairah Rasulullah Saw. bersabda, “Allah berfirman ‘Tiga orang yang aku musuhi pada hari kiamat: orang yang bersumpah atas nama-Ku lalu ia berkhianat; orang yang menjual orang merdeka lalu memakan hasilnya; dan orang yang mempekerjakan pekerja kemudian menuntut pemenuhan kewajiban, lalu ia tidak memberikan upah pekerja itu,” (HR Bukhari, 2/772).

[nextpage title=”3. Sederajat dengan Atasan”]

3. Sederajat dengan Atasan

Pekerja, baik dari level budak yang sudah ditiadakan di zaman sekarang, buruh, maupun pembantu rumah tangga pada hakikatnya adalah sama sebagai manusia. Sehingga tidak dibenarkan memandang rendah dan memperlakukan bawahan sesuka hati. Rasulullah berpesan bahwa para pembantu adalah seperti saudara.

Dari al-Ma’rur, berkata, “Aku bertemu Abu Dzar di Rabadzah. Ia mengenakan pakaian dan perhiasan sama dengan budaknya, lalu aku tanyakan hal itu (karena tidak wajar). Ia menjawab, Aku pernah mencela lelaki itu sebab keburukan ibunya, lalu Rasulullah Saw bersabda kepadaku, ‘Hai Abu Dzar, Kenapa kau mencelanya dengan ibunya? Sungguh dalam dirimu ada perbuatan kaum jahiliyyah. Para pembantu kalian adalah saudara kalian juga. Allah jadikan mereka di bawah kekuasaan kalian. Maka siapa yang saudaranya di bawah kekuasaanya, berilah makan mereka dari apa yang ia makan, berilah mereka pakaian dari apa yang ia pakai, dan jangan bebani mereka dengan pekerjaan yang mereka tak mampu. Kalaupun terpakasa memberatkan, bantulah mereka,’” (HR. Bukhari, 1/20).

Dengan budak saja Rasulullah berpesan seperti itu, apalagi terhadap sesama orang merdeka yang posisinya sebagai karyawan, tentulah harus dihormati dan dihargai sebagai sesama orang merdeka.

[nextpage title=”4. Anjuran Sikap Tawadhu Majikan”]

4. Anjuran Sikap Tawadhu Majikan

Rasulullah mengajarkan agar para majikan memperlakukan para budaknya sebagai orang terhormat sama dengan mereka. Dalam hal ini bersikap baik dengan bawahan justru mengikis benih takabur atau kesombongan dalam diri.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah sombong orang yang makan bersama pembantunya, menaiki himar di pasar-pasar, dan mengikat kambing lalu memerahnya,” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.)

Makan bersama pembantu bagi kebanyakan orang tentu suatu hal yang menjatuhkan gengsi atau harga diri. Namun tidak demikian dalam pandangan Rasulullah. Karena cara itu merupakan salah satu usaha untuk mengikis benih kesombongan, merasa lebih mulia dari sesama makhluk Allah, yang mengendap dalam diri seseorang.

[nextpage title=”5. Tidak Berlaku Keras dan Kasar terhadap Bawahan”]

5. Tidak Berlaku Keras dan Kasar terhadap Bawahan

Rasulullah Saw. memberi contoh perilaku yang baik terhadap para pembantu, budak dan pekerja. Sebagai seorang yang tergolong berkuasa, beliau tidak pernah memukul siapa pun dengan tangannya kecuali dalam pertempuran.

Dari Aisyah ra, berkata, “Rasulullah Saw. tidak pernah memukul siapa pun dengan tangannya, tidak memukul perempuan juga tidak memukul pembantu atau budak, kecuali ketika beliau berjihad fi sabilillah,” (HR Muslim, 4/1814).

Baca Juga: