Menu Tutup

Ada 5 Fakta yang Tak Banyak Diketahui di Balik Haul, Tradisi Mengingat Ulama yang Wafat

DatDut.Com – Salah satu tradisi tahunan bagi pesantren-pesantren di Indonesia antara lain adalah haul. Suatu acara memperingati wafatnya seorang ulama. Biasanya adalah pendiri dan pengasuh pertama dari pesantren tersebut. Kalau pesantren itu merupakan cabang atau kiainya adalah alumni dari pesantren lain yang lebih tua, biasanya yang diperingati adalah haul pendiri pesantren induk atau tempat pengasuh dulunya mondok.

Seperti biasa, tradisi haul adalah acara bidah, sesat dan berpotensi syirik menurut kelompok Wahabi yang akhir-akhir ini mulai mengaku sebagai ASWAJA. Padahal kata ASWAJA dahulunya sering mereka plesetkan aneh-aneh. Eh, akhirnya diambil juga untuk “dakwah”.

Sebenarnya apa saja yang ada dalam acara haul itu? Bagi para santri alumni, apa fungsi lain sebuah acara haul? Berikut ini 5 ulasannya.

[nextpage title=”1. Zikir, Manakib, Mendoakan yang Wafat”]

1. Zikir, Manakib, Mendoakan yang Wafat

Isi dari acara haul tidak lain adalah rangkaian berbagai acara dan ritual doa. Hampir semua tradisi NU tumplek blek ada dalam rangkaian haul. Jauh-jauh sebelum hari H biasanya panitia sudah menyebar surat edaran ke berbagai jamaah tahlilan agar membacakan al-Fatihah atau surat yang lain dengan jumlah tertentu. Pahalanya didoakan agar menjadi hadiah kepada ulama yang diperingati haulnya.

Dalam tertib acara haul, biasanya berupa pengajian. Ada pembacaan Alquran, dzikir bersama, tausiyah atau mauizhah. Sebagian ada yang menyisipkan kisah-kisah para alumni atau orang tertentu tentang ulama yang dihauli. Menceritakan kembali kebaikan dan teladannya. Kadang ada juga yang menceritakan pengalaman tentang karamah kiai yang wafat tersebut.

Secara umum, dalil-dalil haul ya gak jauh dari dalil tradisi tahlil dan zikir bersama. Jadi dalam tulisan ini tidak akan dihadirkan dalil-dalil tersebut. Cukuplah Anda rujuk tulisan tentan hal itu.

Khusus haul, selain tentang tahilan dan dzikir bersama, ada juga penceritaan kembali biografi kiai yang dihauli. Terkait hal ini, dalam al-Fatawa al-Kubra, II/18 diterangkan sebagai berikut:

Haram meratapi mayit sambil menangis seperti diceritakan dalam kitab al-Azkar dan dipedomani dalam al-Majmu’. al-Asnawi membenarkan cerita ini, dst… sampai pernyataan, “Kecuali menuturkan biografi orang alim yang wirai dan salih guna mendorong orang mengikuti jalannya dan berbaik sangka dengannya. Juga agar orang bisa berbuat taat, melakukan kebaikan seperti yang telah dilakukan almarhum. Inilah sebabnya sebagian sahabat dan ulama selalu melakukan hal ini sekian kurun waktu tanpa ada yang mengingkarinya.”

[nextpage title=”2. Reuni Sesama Alumni”]

2. Reuni Sesama Alumni

Dalam acara haul kiai, kehadiran para santri alumni yang tersebar di berbagai daerah memunculkan acara lain antarmereka. Reuni. Kembali bertemu rekan seangkatan, seasrama atau satu bilik. Kadang mereka ada yang kurang memperhatikan dan mengikuti kegiatan maupun ceramah yang ada. Mereka sibuk kumpul bareng dengan rekan-rekannya.

Namanya kumpul teman lama, pasti ada kangen-kangenan. Ada saling cerita. Ada pula saling ledek dengan ledekan khas pesantren. Mereka kadang lupa bahwa statusnya sudah berubah bahwa saat itu mereka bukan santri lagi. Mengisahkan hal-hal unik dan lucu, sering kali jadi sesuatu yang paling dirindu dalam suasana haul.

[nextpage title=”3. Ukuran Ketaatan dan Penghormatan kepada Guru”]

3. Ukuran Ketaatan dan Penghormatan kepada Guru

Kehadiran dalam haul juga kadang menjadi ukuran hormatnya santri kepada guru. Alumni yang bertahun-tahun pulang dan sama sekali tidak pernah menjenguk pesantren, sowan pengasuh, minimal saat haul pendiri, biasanya mendapat anggapan kurang baik.

Maka, tidak heran bila para santri, terutama di pesantren tradisional, mengupayakan dengan segala cara agar bisa menghadiri acara haul di pesantrennya, meskipun kadang harus berhutang segala. Selain ada kepercayaan juga bahwa ada keberkahan yang akan didapat setelahnya.

[nextpage title=”4. Ziarah ke Makam Guru”]

4. Ziarah ke Makam Guru

Selain reuni, mengikuti kegiatan pengajian dan lain-lain, tradisi ziarah ke makam guru yang diperingati haulnya juga termasuk sebagian rangkaian acara dalam haul. Terlebih bagi alumni yang telah pulang dari pesantren, momentum pengajian haul harus ia lengkapi dengan sowan atau menghadap almarhum guru di makamnya.

Bukankah orang mati masih bisa mengetahui siapa-siapa yang berziarah ke tempatnya? Soal dalilnya, terlalu banyak dan rasanya tidak perlu dituangkan di sini. Yang jelas ini kan terkait dengan kebolehan berziarah.

[nextpage title=”5. Ada Juga yang Menemui Calon Menantu”]

5. Ada Juga yang Menemui Calon Menantu

Ini yang langka tapi memang ada. Karena pacaran adalah hal terlarang dan bisa diganjar pecat status santri, para santri senior dan sudah berani nikah biasa juga beraksi melobi calon mertua dalam acara haul. Karena kedua keluarga terpisah jarak yang jauh, acara haul dijadikan momen untuk mempertemukan kedua pihak calon besan.

Si santri senior dan mbak santri yang sudah lebih dulu akrab jarak jauh (terhalang dinding pesantren) saling mempertemukan keluarganya. Kalau semua sudah cocok dan setuju, tinggal tentukan hari, sambil ziarah tabarukan ke makam kiai pendiri pesantren, makin mantaplah rencana pernikahan mereka.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *