Menu Tutup

Kunjungan Hary Tanoe ke Pesantren Blokagung, Ini Penjelasan Soal Sumbangannya

DatDut.Com – Beberapa waktu lalu masyarakat heboh mengkritik cara sebagian santri saat menyambut kedatangan Hary Tanoe (HT), politisi pemilik dari MNC Group, yang merupakan Pendiri dan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Partai Perindo). Penyambutan dan salaman yang dilakukan itu mengundang kritikan dari sebagian orang. Utamanya mereka yang sedang antipati dengan sosok calon pemimpin dari kalangan non-Muslim dan sebagian dari kalangan Islam garis keras.

Langkah politik bos MNC Group tersebut memang terus mendapat “pengawasan”. Berbagai gerakan politiknya dianggap banyak orang adalah dalam rangka mempersiapkan diri untuk menjadi Capres pada pemilu 2019 nanti. Meskipun ia menegaskan bahwa dirinya tidak berambisi mencalonkan diri, namun lebih fokus pada pemenangan partainya. Dia hanya ingin Indonesia dipimpin oleh orang yang tepat, punya integritas dan kapasitas. Demikian dilansir Madiun Pos , 19/01/16.

Karena sikap anti yang berlebihan, maka kedatangan HT ke berbagai pesantren tak lepas dari sorotan kecurigaan, bahkan komentar miring kepada pesantren terkait. Ramadan ini, Hary Tanoe memulai Safari Ramadan ke berbagai pesantren di Jawa, dan memilih Pesantren Darussalam Blokagung, sebagai titik awalnya. Tak pelak, kedatangan HT ke Blokagung, 18 Juni 2016, juga mengundang komentar miring. Untuk itu, sebelum menjadi isu lebih luas, ini yang harus Anda tahu terkait penerimaan kunjungan Hary Tanoe oleh Pengasuh Pesantren Blokagung.

[nextpage title=”1. Sekadar Silaturahmi”]

1. Sekadar Silaturahmi

Sebagaimana telah disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, K.H. Ahmad Hisyam Syafa’at kepada Banyuwangi Times, kedatangan HT tidak dalam rangka membahas politik. Dalam acara temu muka dengan santri pun, HT hanya menyampaikan motivasi kepada para santri.

Dalam sambutannya, seperti dilansir Banyuwangi Times, Hary Tanoe menyampaikan, “Sukses itu tidak tergantung pada masa lalu atau latar belakang ekonomi keluarga, tapi lebih pada semangat, rajin, disiplin, ulet dan kejujuran.”

Menurut Ust. Qomarudin, salah satu pengurus pesantren yang saya konfirmasi, dalam sambutannya HT tidak menyinggung politik sedikit pun. Ia hanya menyampaikan motivasi dan tip berwirausaha kepada para santri yang hadir.

Sebagai catatan, acara silaturahmi tersebut digelar di teras Ndalem Kasepuhan (Rumah Peninggalan Mbah Kiai Syafa’at yang sering digunakan sebagai tempat menyambut tamu atau tokoh penting) antara pukul 11 hingga 12 siang. Saat para santri sedang rehat kegiatan ngaji kilatan Ramadan.

Otomatis, hanya segelintir santri yang hadir di halaman depan teras maupun dari dalam masjid untuk melihat tamu tersebut. Hary Tanoe yang tiba di pesantren hampir jam 11 siang itu pun segera meninggalkan pesantren usai acara temu muka dengan santri dan pengasuh.

[nextpage title=”2. Blokagung dan Tradisi Menghormati Tamu”]

2. Blokagung dan Tradisi Menghormati Tamu

Bagi Anda yang begitu anti terhadap kedatangan tokoh yang katanya calon pemimpin dari non-Muslim ini, sebaiknya memahami tradisi Pesantren Blokagung dalam menghormati tamu. Sudah jadi tradisi dan teladan dari Mbah Kiai Syafa’at, setiap tokoh yang bertamu ke Blokagung akan disambut selayaknya.

Hal ini sudah berlangsung lama. Telah banyak tokoh-tokoh nasional baik dari pejabat maupun calon pejabat yang berkunjung. Semuanya diterima sebagai tamu tanpa membedakan agama dan ras. Tanpa ada penolakan. Mungkin hanya beda cara penghormatan saja, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, bukan berdasarkan SARA.

Sebagai perbandingan, pertemuan santri dengan Menko Polhukam, Jend TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan, yang juga non-Muslim, pada 11 Januari 2016 yang lalu diadakan di masjid pesantren. Hal ini pun mengundang berkomentar pedas dari sebagian orang. Tetapi justru pertemuan dengan Gus Dur beberapa tahun lalu hanya digelar di teras Ndalem Kasepuhan karena beliua harus segera melanjutkan perjalanan.

Bagi Anda yang masih suka bahkan hobi mengkritik pesantren yang menerima atau membuka hubungan dengan non-Muslim, sebaiknya baca lagi artikel ini (Soal Harry Tanoe ke Pesantren, Ini 5 Teladan Rasulullah dalam Hubungan dengan Non-Muslim).

[nextpage title=”3. Sumbangan dari Harry Tanoe”]

3. Sumbangan dari Harry Tanoe

Dalam salah satu dokumentasi yang beredar via Banyuwangi Times, tampak Hary Tanoe memberikan sumbangan secara simbolis kepada Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam. Tidak ada penjelasan rinci dari media tersebut terkait sumbangan dari HT.

Konfirmasi dari pengurus pesantren menyatakan bahwa Hary Tanoe memberikan sumbangan pendidikan sejumlah Rp. 20 juta. Alokasinya akan dikelola langsung oleh pengurus pesantren (bukan pengasuh) untuk beasiswa santri berprestasi.

Mungkin ada yang berpendapat, menerima kedatangan, lalu mendapat sumbangan, berarti mendukung seorang Hary Tanoe untuk menjadi pemimpin. Ini adalah logika pamrih rendahan. Sebagaimana telah disinggung, banyak tokoh baik politik, pejabat, maupun tokoh publik berkunjung ke Blokagung dan tak sedikit pula yang meninggalkan sumbangan.

Dari sekian tokoh politik yang memang membangun pencitraan dan mencari jaringan massa untuk kepentingan pencalonan, karena kedatangan mereka dalam bingkai silaturahmu, maka bukan berarti uang sumbangan itu otomatis menjadi transaksi politik.

Itu di pesantren kami. Mungkin pesantren lain bersikap berseberangan dengan alasan tersendiri. Namun seharusnya hal itu tidak dijadikan bahan untuk sok-sokan yang akhirnya menyalahkan kiai atau ulama dari pesantren lain.

Demikian hal yang harus dipahami dari penerimaan Pesantren Blokagung terhadap kunjungan safari ramadan dari Hary Tanoe.

Baca Juga: