Menu Tutup

Fenomena Habib Syekh, 5 Fakta Menarik tentang Pelantun Salawat Terpopuler Ini

DatDut.Com – Sosoknya yang memiliki suara khas yang berat namun merdu, iringan musik yang memiliki ciri sendiri, dan lantunan salawat yang semangat merupakan identitas istimewa bagi habib satu ini. Habib Syekh bin Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf nama lengkapnya. Lahir pada 20 September 1961. Beliau merupakan salah satu dari 16 bersaudara.

Dalam setiap acara salawatnya, ribuan jamaah dari berbagai kalangan membanjiri. Suasana kian semarak dengan kibaran bendera-bendera Syekher Mania. Bahkan banyak juga yang membawa bendera suporter bola atau grup band ternama. Jamaah dari berbagai macam kelompok berkumpul hanya untuk satu tujuan, bersalawat dan mencurahkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw.

Habib Syekh mengenyam pendidikan agama dari ayahandanya sendiri, Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman Assegaf, lalu kepada pamannya, Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf. Ia mendapat pendidikan pula dari Habib Muhammad Anis bin Alwy al-Habsyi, Imam Masjid Riyadh, Gurawan, Solo.

Dakwahnya yang unik diterima oleh banyak kalangan. Bahkan sudah merambah mancanegara. Lantunan salawatnya pun sudah bisa dinikmati dalam bentuk NSP (Nada Sambung Pribadi). Habib Syekh, Ahbabul Musthafa, dan Syekher Mania merupakan tiga hal berkaitan yang tak terpisahkan. Membahas salah satunya tak akan sempurna tanpa menguak yang lain. Jadi, kali ini coba kita kenali 5 fakta menarik tentang Habib Syekh, yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Pernah Jadi Pengusaha Bangkrut

Habib Syekh ternyata pernah menjadi pengusaha. Nikmatnya menjadi pedagang sukses pernah ia rasakan. Singkat kata, usai menikmati kejayaan, Habib Syekh harus merasakan pula kebangkrutan hingga gulung tikar.

Saat diterpa kesulitan itulah Habib Syekh justru diperintahkan gurunya, Habib Muhammad Anis untuk berdakwah ke berbagai pelosok daerah. Semuanya ia tempuh hanya dengan sepeda. Karena kondisinya yang sederhana itu, membuat banyak orang mencibir Habib Syekh sebagai habib jadi-jadian dan orang yang tak punya pekerjaan. Tapi semua ditanggapi dengan senyum. Bahkan terkadang Habib Syekh justru bersedekah kepada orang yang mengejeknya.

2. Majlis Ahbabul Musthofa

Ahbabul Musthofa, majlis pengajian Habib Syekh yang kini anggotanya telah mencapai ribuan, berdiri sekitar Tahun 1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan. Jamaah ini berawal dari majlis Ratibul Haddad dan Burdah serta Maulid Simthut Durar. Dalam majelis inilah, Habib Syekh rutin membacakan Simthut Durar. Semakin lama, anggota majlisnya bertambah, dan nama Habib Syekh kian tenar dengan salawatnya.

Habib Syekh juga berinisiatif untuk mengkolaborasikan salawat dengan syair dan lagu-lagu Jawa. Sebagai seorang keturunan Arab dari garis ayah dan Solo dari garis ibu, maka Habib Syekh tak banyak kendala untuk berbahasa Jawa. Kolaborasi salawatnya kian bervariasi dengan menyisipkan berbagai pesan moral maupun doktrin agama Islam ahlusunnah wal jamaah ala NU. Dari syair pula beliau mencoba lebih mengakrabkan istilah kepengurusan NU semisal Syuriah, Tanfidiyah, dan sebagainya.

3. Syekher Mania

Ini merupakan komunitas fans dan simpatisan Habib Syekh yang ada di mana-mana. Menurut Habib Syekh, keberadaan Syekher Mania bukan inisatifnya, tapi muncul secara alami. Dari komunitas ini awalnya ada yang berinisiatif membuat blog. Kemudian diikuti banyak orang di media sosial FB yang membuat akun maupun grup dengan nama Ahbabul Musthofa.

Karena kian banyaknya orang yang membuat akun atau grup dengan identitas sama, maka Habib Syekh menganjurkan agar dibuat suatu Fanpage (FP) pusat untuk mengakomodir dan mengkoordiasikan grup maupun akun yang mengatasnamakan Ahbabul Musthofa.

Selanjutnya, setelah melalui berbagai pertimbangan, untuk menyatukan para pencinta dan penggemar tersebut, dipilihlah nama untuk FP pusat yang lebih mudah diterima oleh kalangan fans Habib Syekh yang ternyata banyak dari kalangan muda. Terpilihlah nama Syekher Mania yang resmi diluncurkan FP-nya pada 9 November 2009.

4. Proses Terkenal dan Identik dengan Salawat

Menurut Habib Syekh, sebagaimana dilansir oleh Majalah Langitan, sejak kecil Habib Syekh telah suka dengan salawat. Namun tidak ada yang mengenal dan mau mendengar suaranya selain sang Ayah. Setiap ada tamu yang datang, Habib Abdul Qadir selalu memanggilnya untuk membacakan salawat dan qasidah. Saat itu hanya dua lagu saja yang dibawakan Habib Syekh. Siapa pun tamunya, hanya dua lagu saja.

Sewaktu pamannya, Habib Ahmad bin Abdurrahman dari Hadramaut Yaman, datang ke Indonesia, beliau berpesan, “Kamu itu punya suara bagus, Shimtud ad-Durar ini antum baca dan istiqamahkan. Jangan hanya mengandalkan ceramah. Nanti kamu akan didatangi banyak orang.”

Pesan itu lalu dilaksanakan dengan baik. Kemudian mulailah jamaah majlis ta’lim Habib Syekh kian bertambah. Habib Syekh juga mempelajari bahasa Jawa lebih baik agar penyampaian kepada jamaah yang kebanyakan orang Jawa bisa lebih maksimal. Dari situlah awal ketenaran Habib Syekh sebagai habib yang identik berdakwah dengan salawat.

5. Pesan Habib Untuk Syekher Mania

Terkait keberadaan Syekher Mania, Habib yang kini tinggal di Jl. K.H. Muzakir, Gg. Bengawan Solo VI, No. 12 Semanggi Kidul ini, selalu menekankan agar menjaga akhlak. “Kedepankanlah akhlak,” pesannya. “Kalau lagi bersalawat, maka niatkan membuat gembira Nabi Muhammad. Silakan gembira dengan cara bagaimanapun, namun jangan terlalu over.”

Namun beliau menyayangkan karena dalam setiap kali bersalawat, ada saja yang berjoget dan berdandan aneh-aneh. Menanggapi hal itu, beliau hanya pasrah dan berharap mereka yang melanggar pesan itu masih tercakup dalam wadah rahmat majlis salawat.

Dalam kesempatan lain, seperti dilansir oleh nu.or.id, saat acara maulid di desa Meteseh kecamatan Tembalang Semarang, Jawa Tengah, Habib Syekh menghimbau kepada para jamaah untuk tidak mengibarkan bendera selain bendera NU, Merah putih, dan Ahbabul Musthafa.

Acara itu digelar oleh Majlis Ashhabul Yamin asuhan Habib Farid bin Muhammad al-Muthahar. “Ahbabul Musthafa bukan partai, Ashhabul yamin bukan partai,” tegasnya. Karena himbauan tidak diindahkan, panitia akhirnya menyita bendera partai yang dibawa jamaah. Ini bukti bahwa Habib Syekh mengajarkan cinta tanah air, dan tidak mau dakwahnya disusupi kepentingan politik partai tertentu.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *