Menu Tutup

Keren! Khatib Jumat Ini Berdoa untuk Gubernur Muslim di Jakarta, Netizen Kompak Mengamini

DatDut.Com – Di khotbah Jumat kemarin, meskipun isinya sama sekali tak berbicara soal politik, tapi di doa pada khotbah kedua, seorang khatib di salah satu masjid cukup besar di Jakarta Selatan menyelipkan doa yang menarik berikut:

Ya Allah, jadikan orang Muslim yang memimpin orang Muslim
Ya Allah, jangan jadikan orang Muslim dipimpin oleh orang non-Muslim
Ya Allah, jangan jadikan orang non-Muslim berkuasa atas orang Muslim

Si khatib mempersilakan kalau mau ada yang menuduhnya melakukan politisasi agama. Yang jelas, kata sang khatib, doa itu terinspirasi dari doa “allahumma la tusallith alayna man la yakhafuka wa la yarhamuna” (ya Allah, jangan kuasakan kami pada orang yang tak takut pada-Mu dan tak menyayangi kami).

Si khatib juga menyampaikan harapannya agar banyak orang yang melakukan hal yang sama di masjid, di majelis, dan di berbagai kesempatan. Ia meminta semua pihak berjuang sesuai kesanggupannya masing-masing.

Kata khatib itu, biarkan saja “akademisi partisan” yang sudah gelap mata dan hati, menyebutnya sebagai politisasi agama. Karena orang partisan tak pernah adil dalam menilai.

Faktanya, kalau ada pendeta atau pemuka agama lain memanfaatkan tempat ibadah atau kitab sucinya untuk mendukung calon dari agamanya, dia diam seribu bahasa dan tak menyebutnya sebagai politisasi agama.

Nah, coba kalau yang melakukan itu umat Islam, pasti dia teriak-teriak kesetanan dan menyebutnya sebagai politisasi agama. Ia tak segan mencaci-maki juga membully habis-habisan lewat tulisan di twitter dan FB-nya.

Padahal dia ini orang Islam. Tapi kok ya yang dibela kepentingan orang non-Islam. Menyebut dirinya terpelajar, tapi seperti orang yang tak paham bahwa ini soal kekuasaan politik, yang pasti berdampak panjang bagi kehidupan umat Islam. Kan aneh kalau kita cuma jadi penonton, padahal kita yang berkontrobusi besar dalam pembangunan negeri ini, termasuk dalam membayar pajak.

Kadang memang begitu. Semakin tinggi ilmu seseorang, justru semakin jauh dari kebenaran. Karena mata hatinya sudah rabun. Apalagi dia tinggalnya juga di luar negeri. Tapi sok paling tahu. Seolah dia yang paling tahu kebenaran.

Maka, jangan pernah silau pada apa pun yang berbau luar negeri. Kadang ya gak hebat-hebat amat kok. Atau kadang kehebatannya justru ditutupi oleh kesetanannya akibat disuapi angpao atau harapan dapat posisi tertentu yang diincarnya sepulang ke Indonesia nanti.

Dia tak merasakan langsung dampak dari kepemimpinan pemimpin non-Muslim dua tahunan ini, yang disebutnya tegas, padahal faktanya tidak manusiawi, minim prestasi, pembela cukong dan etnisnya sendiri. Menangnya hanya di pencitraan.

Setiap hari yang ditampilkan hanya kekasaran dan konflik. Ini yang kemudian sering jadi pertanyaan warga, kapan dia berpikir membangun Jakarta kalau tiap hari sibuk berantem. Semoga Pemilukada 2017 ini mengakhiri kesombongan, kepongahan, dan kecongkakannya. Termasuk membungkam mulut busuk orang-orang yang sok tahu itu.

Makanya, ketika doa khatib Jumat tersebut diposting di media sosial, langsung diamini oleh netizen. Mereka menjadi paham dan sadar, selama ini sudah dibohongi oleh media mainstream karena memberitakan capaian dan prestasi palsu dari si gubernur yang jadi gubernur karena limpahan jabatan.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *