Menu Tutup

Ini 5 Catatan Terpenting dari Ceramah Grand Syaikh Al-Azhar di UIN Jakarta

DatDut.Com – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendapat tamu sangat terhormat pada Selasa (23/2/2016) kemarin. Ini untuk pertama kalinya pemimpin tertinggi yang membawahi lembaga pendidikan terpenting di dunia Islam, berkunjung ke universitas Islam terpenting di Indonesia.

Kehadiran Grand Syaikh Al-Azhar disambut langsung oleh Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada. Acara yang bertempat di Auditorium Utama Prof. Dr. Harun Nasution, penuh sesak oleh alumni Universitas Al-Azhar Kairo, di samping tentu saja para pejabat, dosen, dan mahasiswa UIN Jakarta.

Agenda Grand Syaikh ke UIN ini sepertinya merupakan agenda terpenting dalam kunjungan beliau di Indonesia (Baca: Catat! Ini 5 Agenda Penting Grand Syaikh Selama di Indonesia). Selain mengadakan silaturahmi dengan alumni Universitas Al-Azhar Kairo yang ada di Indonesia, Grand Syaikh juga menyampaikan orasi perdamaian. Dari orasi tersebut, ada 5 pesan penting:

[nextpage title=”1. Indonesia Model Negara Muslim “]

1. Indonesia Model Negara Muslim 

Hal terpenting yang disampaikan oleh Grand Syaikh bahwa saat ini Indonesia telah menjadi model Negara Muslim yang dapat dibanggakan oleh umat Islam seluruh dunia, karena Indonesia telah mampu mencapai kemajuan ekonomi yang luar biasa terutama di Asia Tenggara.

Apa yang disampaikan Grand Syaikh ini sekaligus menggugurkan pendapat sebagian orang yang menyebut Indonesia bukan negara Islam, bahkan ada yang menyebut Indonesia sebagai darul harb (wilayah perang).

[nextpage title=”2. Hubungan Indonesia dan Mesir”]

2. Hubungan Indonesia dan Mesir

Grand Syaikh menyebut beberapa sejarah terkait hubungan Indonesia dan Mesir. Sehingga kita menjadi paham mengapa Mesir menjadi negara pertama yang mengakui Indonesia sebagai negara merdeka pada tahun 1945.

Beberapa sejarah terkait hubungan itu, misalnya, terkait hubungan dagang, pendidikan dan kebudayaan. Jamaah haji Indonesia di masa lalu sengaja datang ke Mesir untuk menuntut ilmu di Al-Azhar. Para sejarawan Eropa mencatat bahwa pada pertengahan abad ke-19 mahasiswa dan pelajar Indonesia untuk pertama kalinya datang di Al-Azhar.

Selain itu banyak penerbit Mesir yang menerbitkan berbagai karya ulama Indonesia. Pelajar Indonesia di Mesir juga banyak terpengaruh oleh gerakan-gerakan pembaharuan Mesir terutama yang dilakukan oleh Syaikh Mohammad Abduh dan para muridnya, ditambah dengan gerakan kebangsaan yang dipimpin oleh Mustafa Kamel serta para tokoh nasional Mesir lainnya saat itu.

Saat ini ada sekitar 5000 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Al-Azhar, yang sebagiannya mendapatkan beasiswa. Saat ini setiap tahun Al-Azhar memberikan 20 beasiswa kepada mahasiswa Indonesia. Selain itu, setiap tahun Al-Azhar mengirim guru bahasa Arab ke sekolah sekolah di Indonesia dengan jumlah 31 orang.

[nextpage title=”3. Teroris yang Sesungguhnya”]

3. Teroris yang Sesungguhnya

Grand Syaikh menyinggung kelompok yang gemar menebar kekacauan, perang, dan pertumpahan darah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas sifat teroris yang belakangan dikait-kaitkan dengan Islam. Dan, ini merupakan kezaliman yang luar biasa.

Grand Syaikh menggap perilaku sebagian umat Islam yang berani membunuh juga meneteskan darah umat Islam atau umat lainnya, sebagai mengotori kesucian Islam. Apalagi bila tindakan itu dianggap sebagai jihad di jalan Allah demi menegakkan Negara Islam. Semua itu tidak pernah diajarkan oleh Islam, bahkan Islam sangat menentang perbuatan tersebut.

Hal lain yang juga penting bahwa jika gara-gara tindakan segelintir orang itu Islam disebut agama teroris, lalu bagaimana dengan banyak pemeluk agama lain yang juga menggunakan kekerasan dan tindakan kejahatan dengan mengatasnamakan agama mereka?

Grand Syaikh memberi contoh Perang Salib serta perang atas nama agama di Eropa, termasuk pengadilan-pengadilan yang menjatuhkan vonis pada penganut agama Yahudi dan umat Islam.

Menurutnya, semua tindakan dan peperangan itu merupakan salah satu bentuk terorisme dan kejahatan yang merusak tata nilai kemanusiaan sepanjang sejarah?

[nextpage title=”4. Umat Islam Paling Adil dan Objektif dalam Menilai Satu Agama dan Tindakan Penganutnya”]

4. Umat Islam Paling Adil dan Objektif dalam Menilai Satu Agama dan Tindakan Penganutnya

Grand Syaikh menegaskan bahwa umat Islam merupakan umat yang paling adil dan objektif di mana mereka dapat membedakan antara agama dan sikap sebagian pengikutnya.

Sebagai contoh sikap umat Islam dalam menilai perang yang dilakukan oleh orang Barat terhadap Islam. Umat Islam tak pernah menuduh agama yang dianut oleh orang Barat itu sebagai landasan ideologis tindakan barbar yang dilakukan Barat terhadap negara-nagara Islam.

[nextpage title=”5. Fikih Kemudahan dan Belajar Pada Ulama Sunni”]

5. Fikih Kemudahan dan Belajar Pada Ulama Sunni

Grand Syaikh mengingatkan perlunya segera menanamkan fikih yang penuh kemudahan dalam rangka memerangi fikih ekstrim. Namun, tetap terus berupaya mengantisipasi upaya westernisasi dan penghancuran identitas umat Islam serta ajaran agamanya, secara bersungguh-sungguh.

Umat Islam juga diingatkan untuk memperbaiki sitem pendidikan dalam menanamkan fikih penuh kemudahan menerima orang lain secara berdampingan berdasarkan Alquran dan sunah dengan menghindarkan berbagai perbedaan kecil dalam hal-hal yang bersifat tidak prinsipil.

Pada bagian akhir, Grand Syaikh juga mengingatkan pentingnya meminta fatwa kepada ulama yang menganut faham sunni, serta dari mereka yang menguasai pengetahuan modern di abad ini.

Meski demikian, Grand Syaikh juga mewanti-wanti umat Islam untuk menjauhi fanatisme terhadap golongan. Menurutnya, fanatismelah penyebab perpecahan umat, sehingga para musuh Islam dengan mudah dapat memecah belah umat Islam dan menyebarkan kebencian antarsesama umat Islam.

 

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *