Menu Tutup

Difitnah Orang? Tak Usah Galau! Belajarlah dari 5 Hal yang Dilakukan Istri Nabi Ini

DatDut.Com – Kalau Anda sekarang sedang dikurung oleh opini negatif yang beredar di sekitar Anda, tak usah galau dan perlu terlalu risau. Apa yang Anda alami saat ini pernah juga dialami Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Ummul mu’minin ini diterpa gosip berselingkuh dengan salah seorang sahabat yang sebenarnya memang sedang ditugaskan sebagai seksi perlengkapan dan bertanggung jawab atas barang-barang yang tertinggal.

Aisyah adalah istri Nabi yang paling muda dan paling cerdas. Dia dikenal sebagai satu-satunya wanita yang banyak sekali meriwayatkan hadis (al-muktsirin fi al-riwayat). Jumlah hadis yang diriwayatkannya tidak kurang dari 2210 hadis. Hadis-hadis tentang permasalahan hukum Islam juga banyak dirujuk darinya.

Dalam banyak hadis, kita juga mendapati bahwa diskusi-diskusi terkait dengan permasalahan umat banyak dilakukan Aisyah bersama sahabat lain, seperti Umar dan Abu Hurairah. Tidak mengherankan bila Nabi sudah meminangnya pada saat dirinya masih berumur 7 tahun.

Pastilah gosip ini amat memukul Aisyah. Tapi yakinlah tak ada peristiwa yang tak ada hikmah yang dapat kita ambil. Setidak-tidaknya ada 5 hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa Aisyah ini:

1. Memperbanyak Baca Alquran dan Bertasbih

“Sebelum pergi kemana-mana, setiap pagi aku pasti lebih dulu mendatangi rumah Aisyah r.a. Pada suatu pagi, dia berdiri, lalu bertasbih, dan membaca ayat, ‘Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka,’ (QS Al-Thur [52]: 27).

Dia mengulang-ulang terus ayat ini sembari berdoa dan menangis. Saat itu aku hanya berdiri hingga aku bosan di situ. Aku lalu pergi ke pasar untuk membeli keperluanku. Setelah selesai, aku kembali lagi lewat di rumah Aisyah.

Yang mengherankan, Aisyah masih seperti yang aku lihat tadi saat sebelum aku tinggalkan. Dia tetap mengerjakan salat dan menangis.” (Al-Thabari, Al-Simth Al-Tsamin fi Manaqib Ummahat Al-Mu’minin, h. 90).

2. Menangis Kadang Sedikit Mengobati

Dia dituduh berselingkuh dengan seorang sahabat lainnya yang bernama Safwan bin Muaththal. Tuduhan itu bermula ketika ekspedisi kembali pulang dari Bani Mushthaliq tahun 5–6 Hijri. Pada saat pasukan sudah disiapkan berangkat, Aisyah tidak ada dalam tendanya, karena sedang pergi ke luar mencari kalungnya yang jatuh.

Sekembalinya ke tempat kemah, ternyata rombongan sudah berangkat. Dia pun memutuskan untuk menunggu dengan harapan bahwa bila dia diketahui tidak bersama mereka, maka akan ada orang yang menjemputnya. Waktu sudah malam. Aisyah akhirnya tertidur. Keesokan harinya dia ditemukan oleh Safwan yang memang ditugaskan untuk mengambil segala sesuatu yang tak sengaja tertinggal.

Melihat Aisyah yang tertingal, dia lalu meminta istri Nabi itu untuk naik ke atas untanya, sementara dia sendiri menuntunnya dengan berjalan kaki. Saat sudah menyusul rombongan, pemandangan itu lalu menjadi kesempatan bagi musuh-musuh Islam untuk menebar gosip murahan.

Tersebarnya gosip itu membuat Aisyah menangis siang dan malam. Aisyah terlihat begitu terpukul dengan gosip itu. Gosip yang menerpanya sungguh amat menyakitkan dan merendahkannya baik sebagai wanita maupun sebagai istri Nabi.

Wanita yang tidak bersalah dan beriman sempurna seperti dia dituduh berzina! Alangkah teganya para pembuat gosip itu. Gosip memang sudah lama menjadi senjata para pengecut, kaum munafik, dan orang-orang bodoh.

3. Tak Usah Pergi  Kemana-mana agar Tak Lebih Sakit Saat Mendengar Fitnah yang Masih Tersebar

Peristiwa itu sebetulnya tidak hanya memukul Aisyah. Nabi berikut seluruh keluarga juga turut terpukul dengan gosip yang terlanjur beredar di masyarakat kala itu. Meski yakin istri beliau terbebas dari apa yang dituduhkan dalam gosip, Nabi tetap saja merasa tidak nyaman dengan peristiwa ini.

Menurut Aisyah, setelah beredarnya gosip, Nabi tidak pernah beranjak dari tempat duduknya. Keluarga Nabi yang lain juga tidak berani keluar rumah. Aisyah sendiri juga terus berada di rumah karena berita seperti itu pasti cepat menyebar dan gampang orang mempercayainya. Sebagai orang yang terfitnah, apa pun yang kita sampaikan, pasti tak dengan mudah diterima. Orang lebih percaya pada penebar fitnahnya.

Dengan segala kelebihan Aisyah itu, sungguh gosip ini menjadi celah yang sangat penting bagi orang-orang munafik untuk meruntuhkan kredibilitas Aisyah dan kesucian keluarga Nabi. Aisyah jelas menjadi pihak yang terzalimi dengan kejadian ini. Dia lebih suci daripada para penebar fitnah itu, karena semua ternyata hanya fitnah belaka. Padahal, bila tidak atas pertolongan Allah, gosip ini hampir saja berhasil meruntuhkan sendi kemuliaan tali pernikahan di rumah Nabi.

4. Tak Henti Berdoa agar Dibebaskan dari Fitnah

Selama kabar tak sedap itu berhembus pada dirinya, Aisyah tak henti-hentinya memohon kepada Allah agar dibebaskan dari gosip itu dan masyarakat ditunjukkan kejadian yang sebenarnya. Permohonannya dikabulkan. Pembebasan kesalahan atas dirinya justru datang langsung dari langit tingkat tujuh yang kemudian dicantumkan dalam Al-Quran, yang akan terus dibaca hingga Hari Kiamat.

Begitulah Aisyah akhirnya terbebas dari gosip yang disebarkan oleh orang-orang munafik yang tidak pernah menginginkan kebaikan. Yang mereka inginkan fitnah tersebar di mana-mana. Mereka pasti akan mempertanggungjawabkannya di dunia dan di akhirat.

Al-Quran telah mengancam mereka dengan siksa yang pedih. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kalian juga. Janganlah kalian kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kalian bahkan ia adalah baik bagi kalian. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS Al-Nur [24]: 11).

5. Pasrah Sepenuhnya pada Allah

Inilah balasan atas air mata Aisyah yang tertetes di tempat curahan pahala dan perlindungan dari Zat yang menjadi tempat berlindung satu-satunya. Pelajaran berharga dari kisah ini bahwa siapa saja yang terzalimi sebaiknya hanya menyerahkan sepenuhnya pada Allah. Perjalanan waktu pasti akan menampakkan kuman dan bakteri yang ingin menodai orang-orang suci. Mahabenar Allah pada saat berfirman, “Sesungguhnya telah merugi orang yang menebarkan kedustaan,” (QS Tha Ha [20]: 61).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *