Menu Tutup

Ini 5 Fakta Sebenarnya tentang Krisis Pangan di Suriah

DatDut.Com – Pekan ini, diantara panasnya berita Arab Saudi-Iran, dunia dikejutkan dengan pemberitaan krisis pangan yang terjadi di daerah Madaya, Suriah. Pertempuran antara pasukan pemerintah bersama Hizbullah melawan kelompok militan yang terdesak dan bersembunyi di kawasan tersebut membuat kawasan ini terisolir. Pemerintah dan Hizbullah dituduh bertanggung jawab atas bencana kemanusiaan dengan mengepung Madaya sehingga warga tidak punya akses untuk mendapat bahan makanan.

Madaya sendiri merupakan daerah di area perbukitan yang berdekatan dengan perbatasan Lebanon-Suriah. Terletak di pinggiran Damaskus berjarak kurang lebih 35 Km. dari pusat kota.

Menurut liputanislam.com, foto-foto yang beredar untuk memberitakan kelaparan di Madaya adalah hoax. Itu telah dibuktikan dengan penelusuran yang membuktikan bahwa foto gadis kecil yag dipakai oleh Aljazeera dan al-Arabiya adalah foto Maryana Yousef Mazeh, seorang gadis Lebanon, dan bukan foto warga Suriah. Sumbernya di sini.

Kemudian foto  anak kurus kering ternyata adalah foto lama tahun 2009 saat Suriah sedang damai. Ini tautan sumbernya.

Dengan berita itu, media membentuk opini publik bahwa semua kesalahan atas kelaparan yang dialami warga sipil Madaya adalah tanggung jawab pemerintah Suriah dan Hizbullah yang melakukan blokade.

Apa yang sebenarnya terjadi di Madaya? Benarkah warga sipil di sana kelaparan? Apakah rezim Assad dan Hizbullah melakukan kejahatan perang? Berikut hasil liputan seorang reporter asal Lebanon, Rina M. Harbi, yang dikutip Liputanislam.com.

1. Bantuan Makanan Terakhir Kali

Tanggal 18 Oktober 2015 yang lalu, bantuan kemanusiaan berupa bahan makanan masuk untuk terakhir kalinya ke Madaya. Ini adalah bagian dari kesepakatan Al-Fou’aa dan Kefraya. Perlu diketahui bahwa Madaya hingga saat ini berada di bawah kendali militan pemberontak. Jumlah mereka sekitar 600 personil dengan perincian 10% FSA, 30% Jabhat al-Nusra, dan 60% Ashar al-Sham.

2. Kendali Ada pada Kelompok Militan

Milisi yang menguasai Madaya inilah yang mengontrol distribusi makanan. Persediaan makanan mereka tempatkan dalam gudang besar. Penguasaan distribusi  bertujuan untuk menekan warga sipil agar mendukung mereka. Mereka juga menggunakan warga Madaya sebagai tameng hidup terhadap serangan pasukan pemerintah.  Selain itu, warga Madaya dijadikan bahan eksploitasi media untuk tujuan politik mereka.

3. Tidak Ada yang Meninggal

Tidak seperti yang diklaim media, penduduk Madaya tidak ada yang meninggal akibat kelaparan. Sebenarnya, warga sipil banyak yang ingin keluar dari Madaya, namun usaha mereka dicegah oleh milisi yang menguasai daerah mereka.

4. Tiga Ratus Milisi Gagal Menyerah

Semula, dalam kesepakatan Zabani yang telah disetujui, akan ada sekitar 300 anggota milisi yang akan menyerah. Namun hal itu urung mereka lakukan karena disabotase oleh kelompok lain. Ada konflik internal antar kelompok-kelompok tersebut. Bahkan milisi yang terluka pun tidak bisa meninggalkan tempat tersebut karena ancaman akan ditembak.

5. Konfirmasi Palang Merah Suriah

Konfirmasi  Palang Merah Suriah menegaskan bahwa ada persediaan makanan cukup untuk 2 bulan di Madaya. Bantuan makanan itu telah masuk ke Madaya pada bulan Oktober lalu. Jadi, kalau sampai ada kelaparan di Madaya kuncinya ada pada para milisi antipemerintah.

Palang Merah Suriah juga membantah berita yang beredar di media bahwa ada warga Madaya yang meninggal. Foto-foto yang beredar juga dibantah oleh Palang Merah Suriah.

Upaya rezim yang memblokade Madaya hingga warga tak bisa memperoleh makanan dari satu sisi merupakan strategi yang berdampak buruk dan bisa dikatakan salah. Sementara tindakan kelompok milisi yang menjadikan warga sebagai tameng hidup dan mengeksploitasi mereka sebagai bahan berita dan senjata media adalah juga kesalahan. Lebih fatal lagi, ada banyak media yang terkecoh oleh berita berbahan foto palsu.

nasrudin maimun

Kontributor : Nasrudin | Penulis Tetap DatDut.Com

FB: Nasrudin El-Maimun


Baca Juga:

1 Comments

  1. ACT

    Sebagai umat muslim di Indonesia yang paling penting adalah kepedulian dan solidaritas antar umat muslim, membantu suriah khusunya yang tertindas akibat perang ini
    Sama hal nya negara Timur Tengah dan juga Eropa juga memberi bantuan kepada warga dan korban pengungsi yang tak banyak bisa aktig masalah politik “perang”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *