Datdut.Com – Zaman memang sudah berubah. Kalau dulu mahasiswa hanya berani berbicara dengan dosen saat bertemu langsung, tapi sekarang tidak lagi.
Beberapa tahun lalu, meskipun sudah ada HP, mahasiswa merasa tidak sopan bila berkomunikasi dengan SMS. Mahasiswa kalau tidak ketemu langsung, pasti akan menelepon dosen. Itu pun dilakukannya dengan sangat terpaksa.
Nah, kalau sekarang, ada kesan mahasiswa tidak mengindahkan etika dengan dosen dalam berkomunikasi. Amat jarang mahasiswa yang menelepon dosen.
Ya kecuali kalau dia terdesak sekali karena mau komplain nilainya yang E. Atau ia ingin buru-buru untuk dapat persetujuan dosen agar bisa ujian skripsi atau biar bisa wisuda. Selebihnya, komunikasi dengan dosen lebih banyak melalui SMS atau WA (Whatsapp).
Para dosen sebetulnya sudah mafhum soal kondisi ini. Hanya kadang mahasiswa benar-benar tidak memperhatikan kepada siapa dia sedang berkomunikasi.
Ia mungkin lupa bahwa ia sedang berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dan tempatnya menimba ilmu. Bagaimanapun ia mestinya tetap memperhatikan etika dalam berkomunikasi dengan dosennya. Berikut 5 etika ber-SMS atau mem-WA dosen:
[nextpage title=”1. Sebutkan Identitas”]
1. Sebutkan Identitas
“Posisi Bapak sekarang lagi dimana? Kapan saya bisa ketemu?”
“Pak, untuk UTS besok materinya yang mana?”
“Bu, ini tugasnya dikumpul di mana? Bu, saya tadi ke ruangan ibu, tapi ibu gak ada.”
Ini beberapa SMS atau WA yang sering kali diterima dosen. Meskipun bahasanya masih bisa dikatakan cukup sopan dan tak melanggar etika secara serius, tapi mahasiswa tak mencantumkan namanya dalam SMS atau WA-nya.
Ini membuat dosen bingung, siapa yang SMS atau WA. Atau yang menggunakan WA, memang ada fasilitas foto profil, tapi tak jarang fotonya bukan bergambar foto diri mahasiswa, karena ada sebagian berupa poster kegiatan, meme, foto figur publik. Atau, kalaupun berupa foto dirinya, tapi dengan pose yang alay yang sulit dikenali.
Singkatnya, sebutkan identitas. Misalnya, mulailah dengan salam dan memperkenalkan diri: “Salam. Pak, saya Febri dari Jurusan Tarjamah, semester 3A….”
[nextpage title=”2. Tahu Waktu”]
2. Tahu Waktu
Sebagian besar dosen punya banyak kesibukan, entah itu mengajar, meneliti, rapat, mengisi seminar, menulis artikel atau menulis buku, termasuk membimbing.
Nah, pastikan kamu tahu jam-jam sibuk dosen agar tidak mengganggunya dengan pesanmu. Carilah waktu yang tepat. Mungkin pagi hari adalah waktu yang tepat bagi sebagian dosen, tapi juga jangan waktu subuh.
Di atas jam 6 dan sebelum jam kerja mungkin pas buat SMS atau WA. Atau untuk lebih amannya, tanyakan ke dosen yang bersangkutan, kapan waktu yang pas untuk SMS atau WA.
O iya, di atas jam 20.00 bukan waktu yang tepat bagi mahasiswa mengirim SMS atau WA ke dosen. Sebagian dosen bahkan ada yang hanya mau membalas SMS atau WA di jam kerja saja.
Yang perlu kamu tahu, dosen juga manusia. Ia harus diberi waktu untuk keluarga dan lingkungan sosialnya. Dosen juga butuh liburan. Dia bukan customer service yang melayani mahasiswa 24 jam, termasuk di hari libur. Jadi, beri kesempatan dosen untuk liburan. Singkatnya, jangan ganggu dosen di hari libur.
[nextpage title=”3. Jangan Pakai Bahasa Alay”]
3. Jangan Pakai Bahasa Alay
“Bu B0l3h g4k MinT4 m4t3ri yG d K3l45 t4d1?”
“Ma4c1H b1N9g!tzSz yA bU…”
Itu sebagian contoh bahasa alay yang bikin dosen keki. Yang kamu perlu tahu, dosen-dosenmu pada umumnya hidup di generasi yang berbeda denganmu. Ia tentu tak mengikuti apa saja perkembangan di generasimu.
Bahasa alay adalah salah satu bagian yang paling menyebalkan dari zamanmu. Apalagi tadi sudah disebut-sebut, dosenmu itu kan orangtuamu.
Coba pikirkan pantes gak pakai bahasa alay begitu ke orangtuamu. Kalau kamu jawab pantes-pantes aja, mungkin kamu bisa segera periksa ke klinik kejiwaan terdekat. Hehe…
[nextpage title=”4. Jangan Pakai Bahasa Terkesan Memerintah”]
4. Jangan Pakai Bahasa Terkesan Memerintah
“Pak tadi slide yang di kelas boleh minta, gak? Kirimnya lewat email aja yah pak.”
“Pak posisi dimana? Kapan masuk kelas? Teman-teman sudah lama nungguinnya.”
“Bu kok saya dapat nilai E, sih. Padahal saya kan rajin masuk kelas ibu. Pertimbangin lagi, ya Bu.”
Sekali lagi, perlu diinget nih, dosen kan ibarat orangtua kita di kampus. Jadi, bagusnya kita juga harus bersikap lebih sopan ketika berbicara dengannya, persis saat berbicara dengan orangtua.
Jangan samakan dengan ketika berbicara dengan teman. Saat hendak mengkomplain nilai, ada baiknya temui langsung beliau, bukan lewat SMS atau WA. Ini untuk mengurangi kemungkinan salah paham.
Jangan juga mengkomplain nilai di grup WA. Karena, selain tidak sopan, kamu bisa terkena konsekuensi hukum bila dosen tidak nyaman dengan komplainanmu.
[nextpage title=”5. Tuliskan Singkat dan Padat Keperluanmu dan Jangan Mengatur Jadwal”]
5. Tuliskan Singkat dan Padat Keperluanmu dan Jangan Mengatur Jadwal
Tulislah pesanmu dengan singkat dan jelas. Jangan bertele-tele atau kepanjangan. Cukup langsung ke keperluanmu saja. Sebagai contoh:
Salam. Hari ini saya ingin bimbingan. Apakah Bapak ada waktu?
Meskipun singkat dan padat, tapi jangan sampai kamu terkesan mengatur jadwal dosen, ya. Berikut ini beberapa SMS atau WA yang sering diterima para dosen:
“Pak bimbingannya diundur besok aja yah. Soalnya kucing saya mati.”
“Bu, saya masih ngeprint, bimbingannya jam 3 aja yah.”
“Waduh, pagi ini lagi ada kerja bakti di kosan saya Bu. Sore aja yah kumpulin tugasnya, bu.”
Ini yang mau bimbingan siapa, tapi yang merasa dibutuhkan justru kebalik. Kalau misalnya ada keperluan lain, sebaiknya kamu meminta maaf dan menyertakan alasan yang logis untuk dosen. Apa susah bersikap santun dan sopan, apalagi pada orang yang lebih tua dan orang yang memberimu ilmu.