Menu Tutup

Empat Teori Mengkader dan Memproduksi Ulama Menurut Gus Qoyyum Lasem

DatDut.Com – K.H. Abdul Qoyyum Mansur Lasem Jateng pada haul K.H. Abdul Fattah Hasyim dan masyayikh di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kamis (9/2/2017), menjelaskan teori produksi ulama dalam pandangan tasawuf.

Menurut Kiai muda yang merupakan keponakan almarhum K.H. Sahal Mahfuzh ini, setidaknya ada empat teori yang mengaitkan dengan berbagai aspek, seperti tempat, keluarga, seks, dan transfer. Empat teori yang disampaikan oleh Gus Qoyyum itu, hari-hari ini menjadi viral di media sosial dan whatsapp. Belum diketahui secara pasti siapa yang pertama kali mengunggahnya. Berikut keempat teori itu:

1. Teori Tempat

’’Tempat kelahiran mempengaruhi karakter seseorang,’’ kata Gus Qoyyum. Beliau lalu mencontohkan Hakim bin Hizam dan Sayyidina Ali yang lahir di dalam Kakbah. Hakim menjadi dermawan hingga rela menjual kantornya untuk disedekahkan. Sayyidina Ali menjadi ahli ilmu.

Nabi Muhammad SAW sampai berkata, aku gudangnya ilmu dan Ali pintunya. Kita mengenal Sayiddina Ali sebagai sahabat yang cerdas. Seorang ahli hadis India bernama Husyamuddin al-Muttaqi al-Hindi, menulis dalam kitabnya Kanzul Ummal bahwa Sayiddina Ali pernah berpidato secara spontan sebanyak 5 halaman tanpa huruf alif.”

“Jadi kalau akan melahirkan, cari tempat yang baik. Misalnya rumah sakit Islam. Bisa Rumah Sakit NU atau Rumah Sakit Muhammadiyah. Atau cari keluarga dan lingkungan yang baik,’’ sarannya.

2. Teori Keluarga

Di Alquran, ada 26 kali penyebutan keluarga dengan kata ali, ala, alu. Keluarga Nabi Ibrahim dua kali. Keluarga Nabi Luth empat kali. Firaun paling banyak 14 kali. ’’Siapapun, bisa punya jiwa Firaun. Penguasa maupun ulama juga bisa punya jiwa Firaun,’’ tuturnya.

Ilmuwan Jepang sepakat bahwa ketika anak usia empat bulan dalam kandungan diperdengarkan musik, bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. ’’Kalau ingin anak jadi penyanyi, sejak empat bulan di kandungan perdengarkan lagu-lagu. Kalau ingin anak pintar ngaji, perdengarkan bacaan Alquran,’’ sarannya.

3. Teori Seks

Ada wali yang buta bernama Ali al-Khawwash. ’’Semua ilmunya laduni,’’ tuturnya. Ali al-Khawwash menuturkan, siapa yang dibayangkan sebelum, selama dan setelah berhubungan seks, akan mempengaruhi anak. Sebab ada energi yang mengalir dari pikiran, ke dalam jiwa, lalu ke anak. “’Kalau yang dipikirkan ulama, jadinya ulama. Kalau yang dipikirkan penyanyi, ya jadi penyanyi,’’ ucapnya.

Beliau lantas menceritakan kandungan QS Ali Imran 37-39. Nabi Zakariya sangat mengagumi Maryam. Karena setiap kali mendatangi kamar Maryam di masjid, selalu ada makanan dari Allah. Nabi Zakariya lalu berdoa minta anak. Kemudian diberi anak Nabi Yahya. ’’ Nabi Yahya ini ada kesamaan dengan Maryam. Sama-sama tidak menikah,’’ paparnya.

Gus Qoyyum menambahkan, apa yang kita cintai, apa yang kita pikirkan, energinya akan menyalur dalam diri kita. ’’Kalau kita cinta Rasulullah, maka Allah akan mentransfer energi sehingga karakter kita mirip Rasulullah,’’ bebernya.

Beliau lalu mencontohkan Napoleon Bonaparte. Setiap ketemu wanita tua, dia selalu berhenti menghormat. Itu dia lakukan karena setiap melihat wanita tua, dia teringat ibunya. ’’Dia pun jadi pemimpin yang karakternya baik seperti ibu.’’

4. Teori Transfer

Gus Qoyyum cerita, ada ulama bernama Sa’duddin al-Taftazani. Beliau belajar puluhan tahun tapi tetap bodoh. Sampai suatu hari, ada orang datang kepadanya memberitahu bahwa dia ditunggu Rasulullah.

Dia lalu datang dan disuruh membuka mulut lalu diludahi Rasulullah. Sejak itu, dia menjadi ulama brilian. ’’Ada kesunahan, kita sowan ulama membawa kurma lalu minta ulama tersebut memamahnya. Kemudian kurma pamahan tersebut diberikan pada anak kita,’’ paparnya.

Waktu kecil, saya sering makan sesuatu yang dipamahkan oleh bapak saya. Bisa jadi, gus-gus itu jadi ulama karena kecilnya sering makan dari makanan yang dipamah bapaknya yang seorang kiai.

Tokoh Muhammadiyah Jombang, K.H. Muchid Jaelani sempat cerita, saat mondok di Tebuireng, mulutnya pernah diludahi Gus Kholiq, pengasuh Pesantren Tebuireng yang dikenal sakti. Sejak itu, beliau bisa membaca sendiri kitab-kitab kuning meskipun yang belum diajarkan.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *