Menu Tutup

Soal Doa Buka Puasa, Tak Perlulah Merasa Paling Sahih dan Menyalah-nyalahkan yang Lain!

DatDut.Com – Memasuki awal Ramadan ini, banyak yang membagikan tulisan terkait doa berbuka puasa yang benar. Sebenarnya hal itu sah-sah saja dan baik adanya. Namun menjadi kurang nyaman ketika disisipi degan ungkapan bernada menyalahkan doa yang tak sama. Artinya menolak doa yang mengmabil landasan dengan dalil umum.

Membaca doa saat berbuka puasa adalah suatu kesunahan. Maka seharusnya tak terlalu dipermasalahkan dan diperdebatkan. Selama ini doa yang umum dipakai dan beredar di masyarakat adalah doa dengan redaksi “allahumma laka shumtu …”.

Ada sebagian orang menemukan fakta lebih dalam terkait doa ini, lalu menganggap doa yang tak sesuai dengan hadis sahih adalah salah dan tak boleh dibaca. Bagaimana penjelasan dan sikap para ulama terkait doa berbuka puasa yang benar? Berikut ini 5 ulasannya:

[nextpage title=”1. Hadis Mursal Doa Berbuka”]

1. Hadis Mursal Doa Berbuka

Doa berbuka puasa yang paling kita kenali adalah redaksi:

اللهم لك صمت وبك أمنت وعلى رزقك أطرت برحمتك يا أرحم الرحمين

“Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, dan atas rezeki dari-Mu aku membatalkan, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang.

Di berbagai tulisan kalangan tertentu, doa ini dikritik dan disalahkan karena dianggap bertentangan dengan hadis sahih. Doa ini sebenarnya bersumber dari hadis riwayat Abu Daud dalam Sunan Abi Daud, no. 2358, dengan redaksi hanya: “اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت”.

Hadis tersebut juga dinukil oleh Imam Nawawi dalam al-Adzkar, bab “Doa Ketika Berbuka”. Imam Nawawi juga menjelaskan dalam kitab al-Adzkar tersebut dan dalam al-Majmu’ Syarah al-Muhazzab, jilid 6, h. 362 (versi Syamillah) bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Daud melalui Mu’az bin Zahrah sebagai hadis  mursal (hadis yang nisbah kepada Rasulullah, tetapi disebut oleh tabi’in, tanpa bersambung kepada sahabat Nabi).

[nextpage title=”2. Pendapat Ibnu Hajar”]

2. Pendapat Ibnu Hajar

Dalam Futuhat ar-Rabbaniyyah, jilid 4, h. 340, Ibnu Allan mengutip pendapat Ibnu Hajar dalam Syarh al-Misykat yang mengatakan, “Darulquthni dan Thabrany telah meriwayatkan hadis serupa dengan sanad muttashil (bersambung) namun sanadnya dhaif dan hadits ini menjadi hujjah dalam masalah seperti ini.

Artinya, Ibnu Hajar masih menganggap bahwa hadis tentang redaksi doa seperti dalam redaksi hadis riwayat Abu Daud meskipun daif masih bisa bisa menjadi hujah.

[nextpage title=”3. Doa yang Dianggap Sahih”]

3. Doa yang Dianggap Sahih

ذَهَبَ الظَّمَأُ ، وَابْتَلَتِ الْعُرُوْقُ ، وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى

Telah hilang dahaga, dan urat-urat telah basah, telah tetaplah pahala, Insya Allah,” (HR Abu Daud, al-Nisa’i, Thabrani, Hakim, dan Darulquthni).

Ibnu Mulaqqan dalam Badr al-Munir, jilid 5, h.710, menjelaskan bahwa Darulquthni  menyatakan, sanad hadis tersebut adalah hasan. Menurut Hakim, hadis itu sahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim.

Lantas apakah berarti doa yang boleh diucapkan saat berbuka puasa hanya dari hadis sahih saja? Ini yang harusnya dipertimbangkan para ustadz yang tulisannya diposting di berbagai situs, yang intinya doa selain yang tersebut di atas adalah salah dan tidak boleh, bahkan berdosa bila dilakukan.

[nextpage title=”4. Berbagai Redaksi Doa dalam Hadis-hadis al-Adzkar”]

4. Berbagai Redaksi Doa dalam Hadis-hadis al-Adzkar

Kenapa mereka harus mempertimbangkan lagi “fatwanya” tentang doa berbuka puasa harus berdasarkan hadis sahih? Karena Imam Nawawi sendiri, yang sering mereka jadikan rujukan hadis-hadisnya dalam al-Adzkar justru mencantumkan berbagai redaksi doa berbuka puasa.

Redaksi doa dalam al-Adzkar h.190 adalah sebagai berikut:

ذهب الظمأ ، وابتلت العروق ، وثبت الأجر إن شاء الله تعالى

Telah hilang dahaga, dan otot-otot telah basah, dan telah pahala, Insya Allah.” (HR Abu Daud, al-Nisa’i).

اللهم لك صمت ، وعلى رزقك أفطرت

Ya Allah, hanya untuk-Mu aku berpuasa, dan atas rezeki dari-Mu aku berbuka.” (HR. Abu Daud dari Mu’adz bin Zuhroh)

الحمد لله الذي أعانني فصمت ، ورزقني فأفطرت

Segala puji hanya milik Allah, yang menolongku sehingga aku berpuasa, dan yang memberi rejeki padaku sehingga aku membatalkan puasa.” (HR. Ibnu Sina dari Mu’adz bin Zuhroh)

اللهم لك صمنا ، وعلى رزقك أفطرنا ، فتقبل منا إنك أنت السميع العليم

Ya Allah karena-Mu kami berpuasa, atas rejeki-Mu kami berbuka, maka terimalah dari kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui,” (HR Ibnu Sina dari Ibnu Abbas).

Setelah menghadirkan berbagai redaksi hadis tentang doa berbuka puasa dengan berbagai tingkatannya, dari yang sahih, dhaif hingga mursal, Imam Nawawi menutup bab tersebut dengan hadis yang bermakna umum.

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما ، قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول :  إن للصائم عند فطره لدعوة ما ترد

Dari Abdullah bin Umar bin ‘Ash r.a., berkata, “Saya dengar Rasulullah Saw. bersabda, “Sungguh bagi seorang yang berpuasa ada doa yang tak tertolak ketika dia berbuka.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Sina).

[nextpage title=”5. Redaksi Doa Komplit”]

5. Redaksi Doa Komplit

Melihat keumuman hadis tentang doa orang puasa, maka berbagai redaksi doa tersebut, dengan variasi riwayatnya tidak seharusnya dipertentangkan. Dengan menggunakan keumuman hadis riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Sina, maka kita bebas membaca berbagai versi doa buka puasa, walaupun yang paling utama adalah doa yang diajarkan Rasulullah. Tetapi melarang berdoa dengan redaksi lain adalah tidak benar. Ini sama dengan masalah berbagai redaksi salawat yang bukan dari Rasulullah.

Bahkan sebagian ulama justru menggabungkan doa-doa itu dalam satu rangkaian. Seperti disebutkan Syekh Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiah al-Bujairimi ‘ala al-Khatib, jilid 6, h, 461, beliau menganjurkan doa berbuka puasa dengan redaksi:

اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَبِكَ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شاءَ اللهُ. يا وَاسِعَ الفَضْلِ اِغْفِرْ لِي الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ.

Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa. Dengan rezeki-Mu aku membatalkannya. Sebab dan kepada-Mu aku berpasrah. Dahaga telah pergi. Urat-urat telah basah. Insya Allah pahala sudah tetap.

Wahai Zat yang luas karunia-Nya, ampuni aku. Segala puji bagi Tuhan yang memberi petunjuk padaku, lalu aku berpuasa. Segala puji Tuhan yang memberiku rezeki, lalu aku membatalkannya.

Satu hal lagi, doa tersebut dibaca usai membatalkan puasa. Untuk sebelum berbuka, maka doanya ya tetap dengan bismillah dan allahumma bariklana …. Demikian tambahan wawasan tentang doa berbuka puasa yang benar dan lengkap. Selamat berpuasa.

Baca Juga: