Menu Tutup

Dalam Debat Online, Ini 5 Ujaran Kebencian atau Pelecehan yang Sering Dilontarkan

DatDut.Com – Pernah diskusi via online? Apakah diskusi Anda berjalan lancar sebagai diskusi ataukah justru tergelincir menjadi perdebatan bahkan debat kusir? Masih ingat bukan berbagai ujaran khas yang menjurus ke arah kebencian atau pelecehan terhadap lawan debat?

Memang ketika pembicaraan di medsos masih dalam tahap diskusi sehat, suasana akan terasa tenang. Meskipun timbul sedikit riak panas tapi selama tujuan diskusi adalah sama-sama menemukan kesepakatan, maka gejolak cenderung reda.

Tapi ketika diskusi dengan orang-orang tertentu yang sifatnya memanas susah diajak diskusi, maka obrolan online akan berubah menjadi debat. Jika tidak segera usai dan malah saling ejek atau pembicaraan kian tidak terarah, jadilah debat kusir tak berujung.

Dalam suasana diskusi yang niatnya sama-sama mencari kesepakatan dan mencari pencerahan, ujaran-ujaran berikut ini dianggap bumbu penyedap dan sekedar humor. Ini mengecualikan jenis ke 3, 4 dan 5. Termasuk dalam forum-forum diskusi langsung dengan bingkai bahsul masail (membahas berbagai persoalan), ujaran-ujaran tertentu hanya menjadi bumbu penyegar suasana.

Tapi dalam diskusi online yang sudah mengarah ke debat kusir, 5 ujaran atau ungkapan ini menjadi pelecehan dan penghinaan serta salah satu cara menjatuhkan mental lawan debat. Apa saja itu? Mari sama-sama kita ingat 5 ujaran kebencian atau pelecehan yang mungkin pernah Anda temui dan rasakan atau malah Anda pakai dalam debat online.

[nextpage title=”1. Sumbu Pendek dan Sejenisnya”]

1. Sumbu Pendek dan Sejenisnya

Dasar kaum sumbu pendek! Golongan 2 D, golongan senggol bacok, saya kelompokkan sebagai satu golongan. Biasanya sasaran ujaran ini adalah pengikut ajaran keras dan intoleran. Susah diajak memahami perbedaan, cenderung marah-marah dalam diskusi dan menyeret ajang diskusi menjadi debat kusir.

Semula ujaran tersebut sering terlontar kepada kalangan salafi-wahabi. Tapi pada perkembangannya merembet kepada setiap lawan debat yang dianggap mulai radikal.

Sumbu pendek sama artinya dengan orang yang mudah marah. Ibarat mercon/petasan sumbunya pendek dan mudah meledak.

Dua dimensi sama artinya orang yang hanya punya padangan hitam dan putih, benar dan salah. Yang sependapat, sealiran dan seide berarti benar, yang berbeda berarti salah. Jadilah ia disemati julukan 2 D.

Golongan senggol bacok sama artinya dengan sumbu pendek. Kesenggol sedikit, tersinggung sedikit langsung meledak, marah-marah dan keluarlah seisi kebun binatang dari mulutnya. Padahal binatang-binatang tersebut tidak berdosa lho.

[nextpage title=”2. Cebonger, Ahoker vs Gagal Move On”]

2. Cebonger, Ahoker vs Gagal Move On

Meskipun pilpres sudah terlewatkan jauh, namun ujaran seperti ini masih muncul karena memang perseteruan simpatisan dari dua capres tampak belum rukun.

Hingga kini munculnya kasus Ahok, maka ujaran ini kembali menghangat. Orang atau kelompok yang dianggap pro ahok, maka ujaran yang dilontarkan untuknya tak jauh dari kata-kata Cebonger dan Ahoker.

Cebong adalah anak kodok/katak. Pengibaratan untuk yang pro-Jokowi, sehingga para pembenci presiden terpilih sering melecehkan Presiden Jokowi dengan sebutan Jokodok dan Kodok.

Jawaban dari ujaran di atas biasanya tidak jauh dari poin 1 dan 2 atau dengan kata-kata gagal move on. Maksudnya mereka yang masih saja mengidolakan capres lain, sedangkan yang terpilih dan resmi adalah orang lain. Gagal melupakan idola yang tak terpilih.

[nextpage title=”3. Laknatullah, Syiah dan Sejenisnya”]

3. Laknatullah, Syiah dan Sejenisnya

Kelompok kelima ini sering terlontar dari mereka yang dilempari ujaran sumbu pendek, 2 D, atau senggol bacok. Baik itu dari penganut faham salafi atau non salafi tapi cenderung keras.

Faktanya dalam berbagai cekcok online para simpatisan dan pengikut FPI sering melontarkan ujaran Laknatullah, munafik, PKI, hingga kafir.

Sementara ujaran sekaligus tuduhan sebagai Syiah, agen zionis yahudi, pendukung kafir juga tercantum sebagai kosakata yang sering dilontarkan oleh sebagian orang yang berfaham salafi. Tapi tak menutup kemungkinan yang non salafi juga menggunakan ujaran ini.

Itulah 5 jenis ujaran kebencian atau pelecehan yang sering mewarnai dalam perdebatan via online. Semoga kita kian memahami bagaimana menggunakan internet secara cerdas, sehat dan bermanfaat. Diskusi yang sudah diwarnai saling lontar ujaran kebencian lebih baik ditinggalkan. Buang-buang waktu dan kuota.

[nextpage title=”4. Kurang Ngopi”]

4. Kurang Ngopi

Kopi identik sebagai minuman untuk mencegah atau mengusir rasa kantuk. Kalau orang sudah mengantuk, maka konsentrasi pasti menurun dan kesadaran berkurang. Dalam perdebatan, ujaran kurang ngopi, sudah ngopi? Atau ngopi dulu adalah sindiran yang artinya sama dengan kamu kurang cerdas.

Sebagai minuman yang menjaga konsentrasi, maka kopi bisa menjadi salah satu jalan meningkatnya wawasan. Karena kalau mata terjaga, konsentrasi maksimal, otomatis belajar dan penambahan wawasan mudah dilakukan. Karenanya ujaran tersebut dilontarkan untuk merendahkan lawan debat dan menganggapnya kurang cerdas.

[nextpage title=”5. Kurang Piknik”]

5. Kurang Piknik

Kurang piknik sama artinya kurang wawasan, kurang pengetahuan, dan kurang membaca. Kalau versi kasarnya adalah bisa digambarkan dengan kata bodoh. Ketika lawan debat sudah mulai ngelantur dan cenderung mau menang sendiri, tidak peduli argumen peserta lain, maka biasanya keluarlah ujaran ini, “Kurang piknik ya?!

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *