Menu Tutup

Bila 1 Saja dari 5 Ciri Ini Ada pada Dirimu, Itu Artinya Kamu Sombong!

DatDut.Com – Kebanyakan kita lebih merasa tersiksa dengan penyakit fisik yang diderita daripada penyakit batin yang tersembunyi di dalam dada. Sehingga upaya pengobatan pun selalu difokuskan pada anggota-anggota tubuh saja.

Padahal kondisi batin yang buruk, seperti ketika terjangkit penyakit sombong, memiliki efek negatif yang lebih berbahaya daripada kondisi fisik yang buruk. Penyakit fisik berakhir dengan kematian, sementara penyakit batin dapat menghambat kebahagiaan pascakematian.

Nah, kesadaran yang demikian ini seyogyanya mendorong kita untuk berupaya menyembuhkan penyakit sombong itu. Hanya saja mengobatinya tidaklah cukup dengan kesadaran semata, melainkan juga butuh latihan yang kasat mata.

Berikut 5 bentuk ujian untuk mendeteksi sekaligus mengobati kesombongan menurut Imam Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din:

[nextpage title=”1. Berdebat”]

1.     Berdebat

Berdebat merupakan sebentuk cara efektif untuk mendeteksi dan mengobati kesombongan. Iya, kah? Ya. Kok, bisa? Bisa, lah. Jadi, saat kita mendiskusikan suatu tema dengan seorang kawan, dan pada titik tertentu kita berbeda persepsi dengannya, maka di situlah kerendahhatian kita mulai diuji.

Jika kebenaran tampak berpihak pada lawan dan ternyata hati kita merasa berat untuk menerima dan mengakuinya, maka saat itulah kita dapat menyadari bahwa ada kesombongan terpendam di dalam hati. Kesombongan ini tentulah darurat untuk diobati.

Caranya, lakukan otokritik, ingatlah kelemahan diri, dan bahwa kesombongan hanyalah pakaian Ilahi. Selanjutnya, kita memaksa diri kita untuk menerima dan mengakui kebenaran itu, serta berterimakasih dan memuji teman diskusi kita yang telah menjadi perantara sampainya kebenaran itu kepada kita.

Bila latihan ini terus dilakukan, pada akhirnya sesuatu yang berat itu akan terasa ringan dan hilanglah kesombongan secara perlahan. Selamat mencoba tips ini dalam diskusi-diskusi media sosial Anda!

[nextpage title=”2. Berbaur dan Mengalah”]

2.     Berbaur dan Mengalah

Sekadar mau untuk berbaur saja sebenarnya sudah merupakan indikasi bahwa seseorang mampu mengendalikan egoismenya, dan dengan demikian ia telah membuka pintu untuk keluarnya sifat-sifat sombong dari dirinya.

So, cobalah kita berkumpul dan berbaur dengan kawan-kawan sebaya kita dalam beragam kegiatan. Dahulukan mereka atas diri kita dalam berbagai hal; melangkah di belakang mereka, duduk di bawah mereka, menjamah makanan setelah mereka, dan seterusnya.

Lalu kita tanya diri kita, “beratkah kau melakukannya?” Jika ya, berarti kesombongan tengah bercokol di batin kita. Mengobatinya adalah dengan terus memaksakan diri melakukan hal semacam itu hingga muncullah rasa setara dan hilanglah rasa unggul atas sesama.

Tetapi perlu juga dicermati bahwa melakukan semua itu untuk menunjukkan kerendahan hati justru merupakan takabur yang bertopeng ketawaduan.

[nextpage title=”3. Memenuhi Undangan Orang Miskin”]

3.     Memenuhi Undangan Orang Miskin

Memenuhi undangan orang miskin menjadi salah satu cara mendeteksi penyakit sombong. Karena pada umumnya, jika yang mengundang adalah seorang pejabat atau konglomerat, maka orang-orang kompak memenuhinya. Tetapi bila yang mengundang wong cilik, mereka seringkali enggan menghadirinya.

Nah, itulah letak masalahnya, yakni ketika motivasi untuk menghadiri undangan adalah kondisi finansial si pengundang. So, bila kita merasa berat menghadiri undangan orang miskin karena kemiskinannya, atau enggan makan bersama mereka karena jamuan yang seadanya, maka ketahuilah bahwa kita sedang terserang penyakit sombong kronis.

Segeralah obati penyakit itu dengan terus melawannya, sampai kita berhenti menganggap diri kita lebih mulia dari mereka dengan rupiah sebagai ukurannya.

[nextpage title=”4. Bekerja Mandiri”]

4.     Bekerja Mandiri

Pilah-pilih pekerjaan itu wajar. Memilih pekerjaan yang paling ringan namun menguntungkan juga manusiawi. Tetapi ingat, tidak sedikit pekerjaan yang bernilai mulia tetapi malah dipandang sebelah mata, yang utama dilakukan secara mandiri tetapi malah dirasa gengsi.

Membawa sendiri barang yang menjadi kebutuhan pribadi dan keluarga dari pasar ke rumah merupakan aktifitas yang seringkali dipandang remeh oleh banyak orang, bahkan menjadi tabu bila yang melakukannya adalah seorang yang terpandang, yang sebetulnya bisa saja menyuruh pembantu untuk melakukannya.

Nah, Imam Ghazali memandang aktifitas tersebut sebagai salah satu pendeteksi kesombongan diri. Artinya, bila hati kita merasa berat tak beralasan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga secara mandiri, itu pertanda bahwa kita sedang terjangkit penyakit sombong.

Tetapi bila keberatan tersebut hanya karena malu ketika dilihat orang lain, maka penyakit itu bernama “riya’”. Keduanya merupakan penyakit hati yang mencelakakan sehingga harus segera diobati.

[nextpage title=”5. Berpakaian “Sederhana””]

5.     Berpakaian “Sederhana”

Ada dua ciri untuk pakaian sederhana yang dimaksud. Pertama, pakaian yang umumnya dikenakan oleh kalangan “bawah”, termasuk seragam kerja kaum buruh. Kedua, kualitas bahannya sangat rendah bahkan terkesan murahan.

Oleh karena itu, kalangan “atas” biasanya enggan mengenakannya, agar tercirikan bahwa strata sosial mereka berbeda.

Nah, hal mengenakan pakaian sederhana ini menurut Imam Ghazali juga termasuk cara mendeteksi kesombongan. Mudah saja, cobalah kita memakainya. Bila hati kita merasa berat dan malu, maka berarti kita masih memposisikan diri kita lebih tinggi daripada mereka.

Itulah kesombongan yang nyata dan penghalang utama kesuksesan manusia. Karenanya, segeralah kita obati dengan cara melatih menyetarakan diri kita dengan mereka, termasuk dalam hal berpakaian sederhana.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *