Menu Tutup

Drama Cinta Soekarno antara Siti Utari dan Inggit Ganarsih

DatDut.Com – Soekarno bukan hanya presiden pertama negeri ini. Ia pahlawan dan legenda penting dalam perjalanan Indonesia. Namanya banyak ditulis dalam buku-buku dengan kisah perjalanan hidupnya yang sangat heroik dan patriotik.

Namun di balik semua kisah heroiknya, ada kisah romantis dan dramatis yang membalut perjalanan hidupnya. Pernah suatu saat ketika Soekarno jatuh cinta pada seorang perempuan Belanda, namanya Mien Hassels, saat itu Soekarno baru berumur 19 tahun. Di usia yang masih muda belia Soekarno memang sudah banyak disukai orang, karena parasnya yang tampan dan berkarisma. Cinta Soekarno kepada Mien Hassels waktu itu begitu besar, karena itulah dia memberanikan diri menjumpai ayah Mien untuk berterus terang mengatakan kalau dia menyukai anaknya.

Dengan percaya diri dan gagah berani Soekarno menyampaikan perasaannya di depan ayah Mien. “Tuan kalau tidak berkeberatan, aku bermaksud meminta putri Tuan untuk kuajak hidup dalam suatu ikatan perkawinan,” Soekarno memohon dengan nada gemetaran. Seketika ayah Mien menimpali, “Kamu? Inlander  seperti kamu? Berani-beraninya kamu mendekati anakku. Keluar kamu binatang kotor, keluar!”

Pertama kalinya Soekarno menerima perkataan seperti itu, dengan muka muram dia meninggalkan rumah Mien. Peristiwa ini adalah kejadian pahit yang sulit dilupakan oleh Soekarno, cinta pertamanya berjalan tidak semulus yang dibayangkan. Kisah tragis cinta Soekarno ini tidak mematahkan semangatnya untuk belajar dan meneruskan jenjang pendidikannya.

Soekarno kemudian melanjutkan pendidikanya ke Hogere Burgerschool (HBS) di Surabaya pada tahun 1916. Ketika di Surabaya Soekarno tinggal di rumah H.O.S Tjokroaminoto, teman dari ayahnya. Ayah Soekarno sengaja menitipkan anaknya kepada Tjokroaminoto, karena Tjokroaminoto dianggap hebat oleh ayahnya dengan posisinya sebagai pemimpin politik di Jawa dan sebagai ketua Sarekat Islam. Di rumah pak Tjokro, Soekarno tinggal bersama orang-orang yang kelak menjadi tokoh nasional seperti, Kartosuwiryo, Semaun, Alimin, dan Sigit Bachrum Salam.