Menu Tutup

Menimbang Prestasi BPK, KPK, dan Ketidakkorupan Gubernur yang (Katanya) Anak Tuhan

DatDut.Com – Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) di Wina, Austria, menetapkan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai auditor eksternal IAEA untuk tahun 2016-2017. BPK terpilih dan ditetapkan sebagai auditor eksternal IAEA dalam Sidang Umum ke-59 IAEA yang dilaksanakan di Wina, Austria, pada tanggal 17 September 2015 yang lalu.

Itu artinya BPK diakui di dunia internasional sebagai lembaga pemeriksa keuangan yang kredibel. Dengan kata lain, kesimpulan BPK terhadap satu pemeriksaan keuangan, dilakukan secara profesional dan tak mungkin mempertaruhkan reputasi internasional mereka. Nah, kalau mereka memastikan ada masalah dalam kasus RS Sumber Waras, maka itu berarti memang ada masalah keuangan dalam masalah rumah sakit tersebut. Apalagi, BPK juga tak mau mengubah kesimpulannya, meski didesak-desak.

Nah, bagaimana dengan prestasi KPK periode sekarang? Saya pribadi merasa KPK periode ini miskin prestasi. Tak ada yang bisa dibanggakan dari KPK periode ini. Hasil tangkapannya tak ada yang spektakuler! Korupsi yang diungkap kelas teri. Itu artinya ada masalah dengan kemampuan KPK periode ini dalam mengungkap kasus, tak seperti periode-periode sebelumnya. Nah, kalau kesimpulan KPK berbeda dengan BPK, kita bisa paham mana lembaga yang kita bisa percaya dan mana yang tidak. Singkatnya, KPK yang sekarang tak sama dengan KPK sebelum-sebelumnya.

Maaf saya harus katakan, waktu komisioner KPK Muslim, KPK benar-benar menjadi lembaga yang tidak hanya disegani, tapi juga ditakuti bahkan membuat ketar-ketir para koruptor. Sekarang ketika mayoritas komisioner KPK dipegang orang non-muslim, lembaga ini justru menjadi tumpul, tak bertaji, dan mulai tak ditakuti. Jadi, tak lagi bisa diterima kalau pemimpin Muslim dianggap tidak berkualitas. Faktanya, apalagi yang terkait KPK, pemimpin-pemimpin Muslim menunjukkan prestasi yang membanggakan.

Yang menarik, setahu saya baru pertama kali dua lembaga ini berbeda kesimpulan. Lebih menariknya lagi kedua lembaga ini berbeda pandangan dalam kasus yang membelit gubernur yang (katanya) anak Tuhan dan tidak korup itu. Kita akhirnya bisa paham kenapa si gubernur hari-hari ini galau luar biasa dan marah-marah, bahkan kepada insan media yang selama ini justru membesarkan namanya dan memoles pencitraannya. Mungkin dia sudah mulai puyeng dengan posisinya. Pertanyaannya, mengapa dia sepertinya mulai puyeng?

Padahal, para pemujanya keburu mempopulerkan ungkapan yang cacat logika “lebih baik pemimpin non-Muslim yang adil daripada pemimpin Muslim yang korup”. Nah, kalau terbukti korup, gimana nasib ungkapan ini. Pasti nelen ludah lagi kan orang-orang itu!

Saya dari awal sangat tidak setuju dengan ungkapan aneh ini. Perbandingan yang benar-benar sesat dan tak masuk akal. Pemimpin Muslim masih terlalu banyak yang tidak korup, berintegritas, dan juga berprestasi. Sebaliknya, pemimpin non-Muslim yang korup, tidak berintegritas, dan tak berprestasi pun banyak.

Nah, kalau ungkapan ini diarahkan untuk kepentingan kampanye pencalonan cagub (calon gubernur) tertentu, tentu butuh waktu apakah dia benar-benar adil atau tidak. Butuh waktu juga apakah dia termasuk pemimpin yang korup atau tidak. Toh, kita sudah banyak contoh, pemimpin-pemimpin sebelumnya yang selalu mengelak dituduh korupsi, bahkan mengkampanyekan iklan antikorupsi segala, akhirnya pakai baju oranye juga.

Ini politik, Bung! Jangan terlalu polos menelan mentah-mentah opini yang sengaja menggiring dan memerosokkan kita.