Menu Tutup

Berita 11 Juta Warga Siap Lakukan Tindakan Radikal, Membidik Siapa?

DatDut.Com – Waktu aksi bela Islam ditakut-takuti akan diboncengi kepentingan mensuriahkan Indonesia, saya termasuk yang mengkritik keras fobia berlebihan yang disampaikan oleh beberapa akademisi yang partisan ke kubu penista. Pertanyaan saya yang tak bisa mereka jawab waktu itu, datanya dari mana dan indikasinya apa. Buktinya, semua aksi bela Islam berlangsung damai, tertib, dan menjaga kebersihan.

Setelah saya lacak, ternyata fobia itu bersumber dari Denny Siregar. Nah, agak janggal para akademisi yang gelarnya sudah sundul langit dan belajarnya di luar negeri, malah taklid buta pada Denny Siregar. Di sini jadi ketahuan levelnya kalau akademi-akademisi itu jadi buzzernya Denny Siregar.

Hari-hari ini ramai lagi. Dalam situasi Pilkada yang seperti ini, tiba-tiba ada berita soal 11 juta warga siap lakukan tindakan radikal (Tempo, 17/2).

Seperti dilansir Tempo.co, hasil survei Wahid Foundation bersama Lingkar Survei Indonesia pada 2016 mengungkapkan 11 juta dari 150 juta penduduk muslim Indonesia siap melakukan tindakan radikal. Jumlah tersebut mencapai 7,7 persen dari total penduduk muslim Indonesia. Sedangkan 600 ribu atau 0,4 persen penduduk muslim Indonesia pernah melakukan tindakan radikal.

Menurut Siti Kholisoh, project officer di Wahid Institute, survei itu dilakukan pada bulan Maret-April tahun 2016. Hasil survei sudah diluncurkan pada bulan Mei dan Awal Agustus 2016. Jauh sekali sebelum ramai dan ruwetnya isu Pilkada seperti saat ini.

Hasil survei ini ketika dirilis tidak banyak menarik perhatian banyak kalangan, meskipun diberitakan oleh media-media besar. Nah, ketika hari-hari ini diberitakan kembali, sontak memancing komentar dan reaksi dari masyarakat. Mengapa begitu? Karena kata radikal di Indonesia selama ini diidentikkan dan diarahkan untuk membidik umat Islam. Muncul kecurigaan siapa sebetulnya yang dibidik oleh berita ini.

Agar juga masyarakat tidak punya praduga negatif terhadap hasil survei ini, ada baiknya selain ancaman terkait radikalisme, mungkin perlu juga dilakukan survei terhadap ancaman liberalisme, ateisme, LGBT, dan komunisme. Belum lagi peluang cinaisasi dan cinaisme yang menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan pribumi dan bangsa Indonesia, terutama umat Islam, di masa mendatang. Semoga hal-hal ini juga menjadi perhatian Wahid Institute di masa-masa yang akan datang.

Pada musim kekacauan seperti ini, kita perlu cerdas, kritis, analitis, dan tak mudah larut dalam penggiringan opini oleh para pemilik kuasa atas opini. Bagaimanapun juga semua opini hari-hari ini pasti ada tendensi dan intensinya. Di sinilah kita perlu cerdas wacana, meskipun harus membuang praduga apalagi fitnah.

1 Comment

  1. Sugiono

    Sepertinya anda sudah overside menjadi sombong. Merasa jauh lebih jago dalam analisa dibanding yang lain. Nyatanya anda juga berat sebelah. Justru dengan itu anda kelihatan belum pantas merasa lebih benar dalam cara anda beragama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *