Menu Tutup

Bendera Bertuliskan Kalimat Tauhid Dipolisikan! Yang Bergambar Iwan Fals dan Metallica?

DatDut.Com – Sejak penangkapan salah satu peserta demo yang membawa bendera merah putih dengan tulisan kalimat tauhid dan gambar pedang, banyak beredar kembali berbagai model argumen dari pihak-pihak yang mengatasnamakan membela kalimat tauhid.

Menurut mereka, penulisan bendera dengan kalimat tauhid tidak ada salahnya. Bagaimana mungkin kalimat tauhid yang mulia diniatkan untuk menodai bendera negara?

Berbagai foto dan gambar perbandingan pun beredar masif dan kompak. Ada yang mempertanyakan kenapa bendera bergambar logo dan bertulsikan nama kelopok band terntentu tidak dihukum? Ada juga yang mengunggah foto seorang yang membawa bendera bertuliskan Arema, salah satu klub sepakbola.

Bendera AREMA yang berwarna merah putih biru dipotong hanya tampak merah putihnya saja. Kabar terbaru pemilik foto tersebut mengklarifikasikan fotonya dan akan menelusuri siapa yang telah mengedit dan mengunggah foto miliknya untuk bahan hoax.

Video salah seorang angota DPR yang membela kalimat Tauhid dalam bendera juga beredar di kalangan pendukungnya. Banyak yang simpatik dengan caranya berargumen. Selaras dengan semangat menggelora untuk membela kalimat tauhid itu sendiri.

Namun apakah itu semua lantas cukup kuat untuk “melegalkan” coret-coret terhadap bendera negara. Bahkan dengan kalimat suci sekalipun? Lalu bagaimana kasus pencoretan bendera yang lainnya? Salahkah kalau kebanyakan umat Islam Indonesia maupun penegak hukum phobia terhadap bendera-bendera beruliskan kalimat tauhid?

Dengan bahasa ringan namun menusuk, penulis komik Sketsa Islam Kita mempunyai jawaban telaknya. Mungkin banyak orang yang tak suka karena menganggapnya hanya esorang komikus. Namun perlu diingat bahwa komik karya Fihril Kamal bukan lagi sekedar komik biasa.

Muatannya merupakan jawaban, protes, dan sindiran terhadap perilaku dan cara beragama dan benegara sebagian orang. Begini komentar Fihril Kamal dalam salah satu unggahan status FB-nya:

Kemarin saya Nonton TV Waheed. Disana sedang diwawancarai Anggota DPR fraksi partainya Abu Wawan yang membahas soal Bendera Merah Putih yang ditulisi Kalimat Tauhid.

Dengan muka memelas dan diteduh-teduhkan dia bilang si pembawa dan pembuat bendera itu sedang diperlakukan tidak adil oleh sebagian masyarakat. Karena, kenapa saat konser musisi seperti Metallica dan Iwan Fals ada bendera yang bergambar logo Metallica dan gambar Iwan Fals itu masyarakat kok tidak mempermasalahkannya?

Kenapa mereka kok boleh, sedangkan kami tidak? Padahal Kalimat yang ditulis itu kan kalimat suci. Masak dianggap menodai. Reaksi sebagian masyarakat itu sebenarnya sudah menistakan Kalimat Tauhid karena dianggap bisa menodai bendera, dan terkesan lebih menodai daripada foto Iwan Fals dan logo Metallica. Paradigma masyarakat yang seperti itu jelas berbahaya untuk masa depan Umat Islam, katanya.

Meskipun menulisi dan menggambari bendera dengan logo Metallica ataupun Kalimat Tauhid itu sama-sama dilarang UU No 24 Tahun 2009 pasal 24 d? Tapi reaksi masyarakat yang cenderung lebih keras terhadap penulisan Kalimat Tauhid di bendera itu sebenarnya dapat dimaklumi. Lho kok begitu? Lho iya… reaksi itu cukup wajar.

Jadi begini wan.. Memangnya kita pernah dengar dan lihat di suatu negara ada pemberontak sambil membawa bendera Metallica atau Iwan Fals mengacaukan stabilitas negara dan angkat senjata melawan pemerintah yang sah untuk kemudian mengganti dasar negara mereka dengan hukum Metal dan Rock and Roll, dan mendirikan Khilafah Iwan Falsiyyah atau Daullah Metallica?

Kalau yang satunya lagi kan ada, IS, Taliban, Boko Haram, Al-Qaeda dan banyak lagi itu semua membawa bendera Kalimat Tauhid semuanya memberontak dan menebar terror, membunuh sesama, memaksakan kehendak mereka atas nama agama. Bukankah dilihat dari situ kekhawatiran masyarakat itu sangat bisa dimaklumi, kecuali oleh mereka yang memaklumi terorisme itu sendiri.”

Anda tentu boleh tidak setuju dengan penjelasan ini. Namanya juga pendapat. Karena faktanya kekerasan dan teror itu tidak hanya terjadi karena ideologi semata, tapi juga tak jarang karena fanatisme yang berlebihan, termasuk kepada grup musik atau figur tertentu. Toh jawaban di atas seperti ada tendensi untuk menekankan islamofobia yang berlebihan, khas propaganda Barat. Semoga tidak begitu.

 

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *