Menu Tutup

Mau Pesantrenkan Anak? Jangan Berikan 5 Benda Ini Selama Dia Nyantri!

DatDut.Com – Bagi sebagaian orangtua yang belum mengenal pesantren dan ingin memasukkan putra-putrinya ke pesantren, mungkin akan menemui hal-hal baru yang dianggap aneh. Terutama jika tahu ternyata anaknya tak bisa leluasa menghubungi orangtua via HP.

Masing-masing pesantren bisa saja berbeda aturannya. Tetapi rata-rata sih benda-benda tertentu sama gak boleh dibawa. Alasan utamanya jelas mengganggu konsentrasi belajar, atau berpotensi disalahgunakan.

Bagi orangtua, kalau sayang dengan anaknya jangan membekali dengan benda-benda yang dilarang. Banyak kasus orangtua santri menitipkan semisal HP ke tempat makan si anak atau ibu kantin. Alasannya kalau ada perlu biar si anak cepat menghubungi.

Padahal, apa sih butuhnya selain minta jatah kiriman? Kiriman seharusnya sebulan sekali atau dua kali. Selebihnya? Bisa saja kan si anak malah memanfaatkan Hp buat ber-say hello dengan gebetan waktu di rumah.

Lebih jelasnya, mari perhatikan 5 benda yang tidak perlu dibawa ke pesantren berikut ini:

[nextpage title=”1. Handphone”]

1. Handphone

Handphone maupun berbagai gadget, baik yang jadul maupun yang canggih, tidak perlu diikutsertakan anak ke pesantren. Karena, pengurus pesantren telah menyediakan fasilitas khusus berupa telepon atau HP umum apabila santri ingin menghubungi orang tua.

Apa pun alasannya, HP bagi santri akan jadi benda yang mengganggu. Tahu sendiri kan Anda kalau punya HP? Rasanya kalau gak lihat sekali sejam kok gimana gitu. Ada semacam “tali kasih” antara jiwa dengan si HP. Hehe.

Sangat tidak baik jika orangtua menyiasati aturan ini dengan menitipkan HP ke tempat makan si anak. Sebagian pesantren memang memperbolehkan warga sekitar untuk ikut menyerap penghasilan dengan menerima layanan makan santri.

Asal tahu saja, kalau kasus penitipan benda terlarang di tempat makan itu sudah berulang kali terungkap oleh pesantren, bisa saja pengurus memblokir atau mengembargo pemilik jasa layanan makan karena dianggap membantu pelanggaran santri. Artinya, si pemilik jasa makan santri dianggap memfasilitasi santri untuk melanggar aturan.

Tapi ada juga pesantren yang menerapkan aturan agak longgar dengan menetapkan syarat tertentu santri boleh punya HP. Misalnya bagi pengurus dan ustaz boleh memakai dan memiliki HP karena dianggap sudah butuh dan berkaitan dengan tugas. Ada juga yang memperbolehkan santri secara umum memiliki HP apabila telah mencapai jenjang madrasah diniyah aliyah, misalnya.

[nextpage title=”2. Benda Elektronik”]

2. Benda Elektronik

Benda elektronik semacam radio, tape recorder, Mp3 player, laptop, notebook, juga termasuk benda yang tak perlu dibawa ke pesantren. Alasannya sama, bisa mengganggu konsentrasi belajar. Bisa-bisa nyetel musik terus lupa hafalan dan belajar.

Kalau radio dan tape sekarang sudah bukan zamannya lagi. Tapi dengan Mp3 player yang lebih canggih, santri terkadang mengelabui para pengurus. Mp3 Player sekarang kan ada berbagai model dan bentuk. Tak terduga kalau bentuknya korek api ternyata adalah Mp3 Player. Ada juga lho yang berwujud kaleng minuman bersoda yang banyak beredar itu.

[nextpage title=”3. Pakaian Gaul”]

3. Pakaian Gaul

Untuk ke pesantren, pakaian sehari-hari tidak jauh dari sarung (untuk pesantren salaf), jubah, atau celana panjang kain (bukan jeans). Kadang perlu juga jaket dan pakaian tebal.

Untuk berbagai pakaian modis dan gaul, tak perlu dibawa karena akan menyita tempat yang tersedia. Apalagi untuk pesantren salaf dan semi modern, fasilitas lemari masih terbatas. Jadi santri dituntut menggunakan lemari kecilnya seefektif mungkin.

Selain menyita tempat, bisa-bisa pakaian itu disita pengurus karena dianggap tidak pantas. Selain itu, santri memang dididik untuk berpakaian islami. Baik ala arab maupun ala muslim nusantara.

Intinya harus sopan dan menutup aurat. Seharusnya, pakaian-pakaian gaul dan modis tersebut nantinya kalau pas pulang liburan si santri sudah tidak mau memakai lagi. Kalau masih pakai, berarti anak Anda belum sukses terdidik etika ala santri.

[nextpage title=”4. Pakaian Berlebih”]

4. Pakaian Berlebih

Menyesuaikan tempat dan fasilitas, pakaian yang dibawa santri hendaknya sejumlah yang dibutuhkan saja. Seragam sekolah, pakaian salat, celana panjang biasa, kadang juga pakaian olahraga, dan sarung bagi pesantren salaf dan modern yang masih memberlakukan sarung sebagai pakaian santai.

Kenapa secukupnya saja? Biarkan anak Anda belajar lebih rajin dan mandiri dengan mengatur pakaiannya. Segera mencuci pakaian kotor, minimal teliti mana yang harus segera diantar ke laundry.

Zaman sekarang, santri salaf pun sudah terjangkit malas mencuci sendiri. Selain kegiatan pesantren yang padat, murahnya ongkos mencuci juga jadi alasan santri untuk memilih laundry ketimbang mencuci sendiri.

[nextpage title=”5. Peralatan Tidur Berlebihan”]

5. Peralatan Tidur Berlebihan

Bagi pesantren modern, mungkin telah tersedia fasilitas kamar tidur yang layak sehingga santri tak perlu membawa peralatan tidur sendiri. Tetapi bila pilihan Anda adalah pesantren salaf atau semi modern, sebaiknya perlengapan tidur juga jangan berlebihan.

Tak perlu bawa kasur dan selimut tebal. Yakin, si anak akan kesulitan merawat barang-barang itu. Karena, tuntutan bermasyarakat dan senasib mengharuskan mereka rela benda-benda itu untuk dipakai bersama.

Menyiasati agar tidak tidur di lantai, bisa menggunakan kardus tebal, busa atau kasur lipat kecil untuk alas tidur. Ha? Kok mirip gelandangan? Ini pesantren, Bung, bukan apartemen apalagi hotel.

Para tokoh dan pembesar bangsa ini, banyak lahir dari pesantren salaf yang tidurnya mirip ikan asin dijemur ini. Kalau sang anak Anda relakan untuk sejenak hidup dalam kekurangan dan mencicipi kemiskinan, insyaallah ia akan tak akan lupa diri ketika jadi orang yang berkecukupan.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *