Menu Tutup

Ini Kelakuan Konyol Para Santri Saat Menghadiri Resepsi Pernikahan Sesama Santri

DatDut.Com – Masih bulan Dzulhijjah. Usai riuhnya kurban dengan serba-serbinya beberapa waktu lalu, bulan Dzulhijjah juga diramaikan dengan banyaknya resepsi pernikahan. Banyak orang yang melakukan akad nikah di bulan ini. Maka bagi sebagian masyarakat Indonesia, menyambut Idul Adha juga berarti menyambut datangnya banyak undangan dan so pasti persiapan dana sumbangan.

Umumnya, resepsi pernikahan yang dirayakan selalu berkaitan dengan beberapa kegiatan. Mulai gotong royong membantu yang disebut rewang dalam bahasa Jawa, lalu menyebar undangan yang sebagian diiringi dengan kiriman makanan. Istilahnya nonjok. Tapi ini beda artinya dengan menonjok yang berasal dari tonjok dalam bahasa Indonesia ya…

Nah, bagaimana soal resepsi pernikahan/walimatul urs di dunia santri? Apa yang harus santri persiapkan saat menikah lalu mengundang rekan-rekannya? Apakah santri juga memikirkan uang angpao untuk dimasukkan kotak sumbangan dalam resepsi? Berikut ini beberapa persiapan saat santri menikah dan mengundang rekan-rekannya.

1. Transportasi

Sebatas pengalaman saat sebagai santri di pesantren, para santri tidak terlalu pusing kalau ada rekan, ustadz, atau senior yang menikah dan mengundang kami. Kenapa? Karena pada prinsipya sohibul hajat-lah yang membutuhkan doa para santri. Hehehe… Karena para santri yang sedang menuntut ilmu diyakini doanya cepat diijabah.

Pemilik hajatan, utamanya teman kami yang lebih dulu nikah dan mengadakan resepsi lalu mengundang rekan-rekan dari pesantren, itu harus mempersiapkan transportasi. Khususnya kalau lokasi resepsinya jauh dari pesantren.

Dan satu yang harus dicatat dengan tinta merah dan besar: transportasi harus gratis bagi para santri. Kalau harus ngongkos sendiri, wah bisa-bisa para santri mogok nggak mau datang. Kalau pun ada pasti hanya sedikit.

2. Undangan Cukup Biasa Saja

Tidak perlu cetak undangan berkelas dan mewah untuk mendatangkan rekan-rekan santri. Karena toh santri jarang yang mau koleksi kertas undangan. Cukup undangan biasa saja. Bahkan ada rekan saya yang menikah dan kertas undangan ke santri cukup difotokopi saja. Atau ada juga yang kreatif dengan mencetak sendiri undangannya.

Cukup beli kertas undangan yang biasa dipasarkan di toko-toko, lalu unduh atau cari desain yang sudah jadi, edit sendiri, diprint sendiri sesuai kebutuhan. Kenapa cukup sederhana saja? Ini ada kaitannya dengan poin selanjutnya…

3. Ikhlaskan Niat

Ikhlas. Bukankah prinsip dasarnya walimahan adalah mensyukuri pernikahan dengan mangadakan acara makan besar? Prinsip ini harus kembali dilakukan saat mengundang santri pesantren untuk menghadiri walimah pengantin. Karena banyak orang yang mengadakan pesta pernikahan atau lainnya selain berharap doa, restu, juga mengharap “keuntungan” dari sumbangan para tamu. Minimal untuk menutupi modal yang telah dikeluarkan.

Saat salah satu santri menikah lalu mengundang rekan-rekannya, ia harus ikhlas, rela menyediakan transportasi, ikhlas menyuguh rekannya makanan yang beda dari hari-hari biasa di pesantren dan yang paling utama, ikhlas mendapat doa tanpa embel-embel sumbangan dari para santri. Makanya untuk alokasi dana pembuatan undangan kepada para santri, ia menekan biaya serendah-rendahnya.

Untuk Anda yang ingin mengundang dan berharap berkah lewat doa para santri persiapannya cukup sampai nomor 3 ini saja. Karena, untuk poin keempat hanya berlaku bagi sesama santri.

4. Surpraise dalam Amplop dan Kado Santri

Biarpun dalam kondisi minim, para santri tidak mengabaikan norma kepantasan lo… karena tahu umumnya orang walimahan ada acara nyumbang, yang dalam kajian fiqihnya tergolong hadiah kepada pengantin ataupun orang tuanya, maka para santri juga membawa sumbangan seadanya.

Kalau umumnya masyarakat menghadiri kondangan, sumbangannya minimal Rp.50.000. Untuk para santri uang Rp.20.000 sudah terbilang besar. Yang penting kan doanya…

Sesuai tradisi dan kepantasan, ya hadiah berupa uang dimasukkan amplop tertutup. Sebagian ada yang membawa hadiah dalam bentuk kado. Santri putri biasanya lebih wajar dan royal dengan hadiah yang bagus-bagus. Tapi beda lagi dengan santri putra.

Khusus hadiah dan amplop dari santri putra biasanya di luar dugaan. Karena sifat dasar para santri putra yang suka bercanda dan bisa kebablasan, jangan kaget kalau salah satu atau dua bahkan lebih kado dan amplop berisi aneh-aneh.

Mulai uang cuma Rp.5000, kertas bertuliskan “Maaf, Anda belum beruntung,” atau malah amplop kosong bertuliskan “Matur nuwon …” (Terimakasih). Hahaha… Tapi ada juga lo yang memberi amplop tebal. Jangan kaget pula kalau isinya beberapa lembar uang lima ratusan rupiah atau seribuan plus bonus satu sachet shampoo.

Sedangkan untuk kado harus lebih waspada lagi. Karena semakin besar ukurannya harus memperhatikan siapa yang memberi agar tidak kaget. Kalau pemberian dari murid di kelas, santri warga asrama yang diasuh, insyaallah isinya bagus.

Tapi kalau pengirim adalah rekan seangkatan, teman ngopi dan diskusi, kado besar kadang malah berisi snack ditambahi sobekan kertas. Kalau kadonya berbobot aneh, jangan dikira isinya televisi  atau VCD player. Bisa-bisa isinya batu bata.

Tapi, memang begitulah dunia santri. Selain penuh perjuangan juga dipenuhi canda tawa.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *