Menu Tutup

Untukmu yang Ingin Bertobat, Kuatkan dengan 5 Niat Ini

DatDut.Com – Kita semua pasti pernah berbuat kesalahan, sengaja atau tidak. Tak jarang kita juga terlambat menyadari bahwa kita telah melakukan suatu kesalahan. Bahkan, kadang kita tak sadar seolah telah bangga dengan dosa dan kesalahan yang kita buat.

catatanPrinsipnya, saat melakukan dosa, jangan pernah berputus asa dari ampunan Allah. Rahmat Allah lebih luas daripada murkanya. Allah selalu mencintai hamba-Nya yang kembali dari kesesatan jalan. Asal, kita tidak dengan sengaja terus-menerus melakukannya, seolah-olah kita menantang Tuhan yang tak menurunkan hukuman atas dosa dan kesalahan kita.

Inilah godaan terbesar seorang yang berdosa. Mau tobat, selalu ada godaan untuk bermaksiat. Kadang hinggap juga perasaan untuk menunda dulu karena takut justru mempermainkan tobat. Tobat, takut kumat. Tobat, takut masih maksiat lagi. Nah, ini 5 niat yang mungkin bisa meneguhkan tekad kita untuk bertobat, seperti yang ditulis Muhammad Hussein Yacoub dalam bukunya Kayf Atub:

1. Niatkan untuk Memilih Jalan Lurus 

Allah Swt. berfirman,  “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepadaku,” (QS al-Dzariyat [52]: 56). Jin dan manusia diciptakan bukan untuk melakukan dosa, bukan untuk bermain-main, bukan untuk memuaskan hawa nafsunya, bahkan bukan untuk memakmurkan bumi dan melahirkan keturunan.

Mereka diciptakan untuk beribadah. Oleh karenanya, seorang yang berbuat dosa jelas tidak bisa disebut sebagai orang yang beribadah. Jika kita mengatakan, “Bertobatlah,” maka itu berarti, “Kembalilah kepada asal penciptaanmu karena di dalamnya terdapat manfaat yang begitu nyata!”

2. Niatkan sebagai Bentuk Ketaatan kepada Allah

Dialah Allah yang berfirman dalam kitab sucinya, “Bertobatlah kalian kepada Allah, hai orang-orang beriman supaya memperoleh keberuntungan,” (QS Al-Nur [24]: 31). Kita diperintahkan bertobat karena tobat merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. “Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang paling tulus,” QS al-Tahrim [66]: 8).

Tobat adalah perintah Allah, Sang Maha Raja, Yang Maha Menguasai, Pemilik Kerajaan, yang perintah-Nya harus kita patuhi. Oleh karenanya, kita bertobat sebagai ibadah dan sebagai bentuk ketaatan kepada Sang Pemilik Kerajaan.

3. Niatkan Meninggalkan Kezaliman Menuju Kebahagiaan

Allah Swt. berfirman, “Siapa saja yang tidak mau bertobat, maka ia termasuk kelompok orang yang zalim,” (QS al-Hujurat [49]: 11). Kezaliman terbesar adalah melalaikan tobat, menempuh jalan yang menyalahi titah Tuhan, dan mengikuti nafsu. Ketiga hal inilah yang menyebabkan kebinasaan.

Mengikuti jebakan maksiat sama dengan menzalimi diri sendiri. Padahal, Allah memberikan kabar gembira berupa pertolongan dan kebahagiaan bagi siapa pun yang mau bertobat. Allah mengaitkan terciptanya kebahagiaan sebagai buah dari tobat. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Bertobatlah kalian kepada Allah, hai orang-orang beriman supaya memperoleh keberuntungan,” (QS al-Nur [24]: 31).

Ayat ini termasuk kategori ayat madaniyyah. Allah menyeru kaum beriman dan umat terpilih agar bertobat kepada-Nya, setelah mereka melakukan keimanan dan kesabaran. Allah juga mengaitkan kebahagiaan dengan tobat. Allah menggunakan kata “supayasebagai informasi pemberian harapan dan isyarat bahwa jika mau bertobat, maka bisa berharap kebahagiaan. Karena, hanya orang-orang yang bertobat yang boleh berharap kebahagiaan. Semoga kita termasuk kelompok ini.

4. Niatkan sebagai Jalan Meraih Kebahagiaan

Kebanyakan para pendosa hidup dalam kebahagiaan semu, fana, dan sementara. Bahkan, sebenarnya mereka tidak bahagia. Jika melihat seseorang yang lebih menikmati tanah ketimbang makanan atau manisan, maka apakah kita akan menilainya sebagai orang yang inderanya sehat ataukah sakit?

Orang yang memakan tanah atau batu, lalu menikmatinya hingga ketagihan, tak diragukan lagi bahwa ia sedang sakit dan perlu diobati. Begitu juga orang yang bergelimang dosa dan maksiat. Ia melakukan semua itu bukan karena kemaksiatan itu sesuatu yang nikmat, atau karena keburukan itu menyenangkan. Semua itu dilakukannya justru karena hatinya telah rusak. Ya Allah, perbaikilah hati kami semua.

Orang yang terlihat seperti ini memerlukan upaya pembersihan hati. Ia laksana seseorang yang bekerja di tempat penyamakan kulit binatang. Ia tak lagi mencium bau aroma busuk. Ia baru menciumnya ketika keluar dari tempat itu.

Kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan seseorang yang bukan karena Allah, maka semua itu tidak akan abadi, tetapi berpindah dari satu bentuk ke bentuk lain, dari satu orang ke orang yang lain. Ia akan menikmatinya dalam satu waktu, lalu ia akan merasa tersiksa pada waktu yang lain.

Sering kali sesuatu yang dirasakan lezat atau nikmat, pada hakikatnya justru tidak melezatkan atau memberikan kenikmatan. Kelangsungannya pun malah menyakitkan dan keberadaannya membuat malapetaka. Kenikmatan yang ditemukan hanya seperti kenikmatan kuku saat menggaruk bagian tubuh yang gatal. Ia melecetkan kulit dan menusuk-nusuknya. Bahaya pun bertambah. Seseorang menyukai melakukan itu karena kenikmatan menggaruk, yang sesungguhnya menyakitkan dan berbahaya.

Begitu juga penderitaan yang dirasakan oleh hati yang mencintai selain Allah. Pada hakikatnya, itu adalah siksaan, penyakit, dan malapetaka bagi pemiliknya. Kenikmatannya tidak melebihi kenikmatan menggaruk tubuh yang gatal. Seorang yang berakal sehat pasti akan mempertimbangkan dua hal, lalu memilih hal yang lebih masuk akal dan lebih bermanfaat.

Berbeda dengan orang yang tobat. Allah merasa bangga saat kita bertobat. Dia akan membalas kita yang bertobat dengan pahala kebahagiaan dan kesenangan. Jika kita ingin bukti dari semua ini, maka lihatlah kebahagiaan yang dirasakan oleh seorang yang bertobat sejati, juga lihatlah kesenangan dan kenikmatan yang ia temukan. Karena, kala ia bertobat, Allah membanggakan tobatnya, lalu membalasnya dengan kebahagiaan yang besar.

5. Niatkan untuk Menjauhkan Diri dari Azab, Kesepian, dan Keterasingan

Kita diseru oleh Allah, “Bersegeralah menuju Allah,(QS al-Dzariyat [51]: 50). Dengan tobat, kita berlari meninggalkan maksiat menuju Allah. Kita tinggalkan semua dosa, setan, serta nafsu yang menyebabkan keburukan. Kita tinggalkan dunia, syahwat, harta benda, dan kekuasaan. Kita tinggalkan semua itu demi menuju Allah Yang Maha Penguasa.

Dialah pemilik kerajaan yang menggenggam semua kunci. Jika Dia melihat bahwa memberikan sesuatu yang kita inginkan itu baik, maka Dia akan memberi kita. Sebaliknya, jika Dia melihat bahwa memberikan sesuatu yang kita inginkan itu tidak baik bagi kita, seperti halnya seorang dokter yang melarang pasiennya minum air, maka Allah tidak memberikan yang kita minta itu.

Tobatlah yang membuat kita terselamatkan dari azab, kesepian, dan keterasingan. Mari kita camkan pesan berikut ini agar kita paham semua ini manfaatnya untuk kita:

“Allah menjaga hamba-Nya yang mukmin di dunia karena Dia mencintainya, sebagaimana halnya seseorang di antara kita menjaga orang sakit dari air karena ia pun mencintainya.”

Ya Allah, hilangkanlah tabir antara kami dengan Engkau hingga kami mampu mengenal-Mu, lalu kami bisa mencintai-Mu.

syarif hadeDr. Moch. Syarif Hidayatullah | Founder DatDut.Com
Twitter: @syarifhade