Menu Tutup

Agama dan Politik Itu Saudara Kembar, Jangan Dipisahkan!

DatDut.ComAd-Din wa as-siyasah tauaman, petuah Imam Ghazali dalam Nasihat al-Muluk. Agama dan politik itu bagai dua saudara kembar. Tidak mungkin dipisahkan satu sama lain, seperti dua sisi dari sebuah mata uang.

Agama berfungsi menjaga kehidupan dunia, termasuk politik, dari segala bentuk penyimpangan. Sementara politik memfasilitasi aktualisasi agama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Tak terbayangkan, apa jadinya jika agama dipisahkan atau dipinggirkan dari kehidupan politik. Dibentuknya kementerian agama merupakan salah satu apresiasi dan manifestasi dari sinergi agama dan politik dalam kehidupan bangsa Indonesia. Menafikan sinergi agama dan politik sama artinya mengingkari sila pertama Ketuhanan yang Mahaesa.

Bangsa ini sungguh telah banyak diuntungkan oleh eksistensi agama, khususnya Islam. Bayangkan saja, berapa banyak keuntungan diperoleh bank-bank pemerintah, maskapai Garuda, sejumlah perusahaan travel, KBIH, dsb. dari penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.

Berapa banyak warga bangsa yang dibahagiakan dengan banyaknya hari libur nasional terkait dengan apreasiasi terhadap kesucian suatu agama. Jadi, pemisahan agama dan politik hanya akan menyuburkan sekularisme dan komunisme. Yang berpandangan perlunya agama dan politik itu dipisahkan, jangan-jangan sdh sekuler dan komunis, ya?!

Dalam sejarah panjang peradaban Islam, agama, politik dan ekonomi itu menampilkan sinergi simbiosis mutualisme yang indah dan mengagumkan. Masjid (agama), istana (politik), pasar (ekonomi) dan alun-alun (sosiokultural) merupakan manifestasi simbiosis mutulistik yang sangat otentik dari Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Turki pernah menjadi kekuatan yang disegani dunia karena mampu mewujudkan caturlogi tsb: Masjid Biru (Blue Mosque) dengan mahakarya arsitektur Sinan yang luar indah dan mengagumkan), Istana Sultan (yang sekarang menjadi museum Topkapi Sarayi), grand Bazar, dan alun-alun.

Demikian pula konsep caturlogi itu hadir di tanah air, khususnya di Yogyakarta dengan Masjid Kauman, Keraton, alun-alun, dan pasar Malioboro, atau Masjid Keraton Surakarta, pasar Klewer, istana, dan alun-alunnya yang tetap menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat Solo dan sekitarnya hingga kini.

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *